Share

Bab 4

Darwin menatap celana dalam di tangan Lukas, dia merasa seakan bumi terbelah dua. Pandangannya mengarah ke Lisa, penuh rasa sakit “Apa maksudnya ini?” desaknya.

Lisa menatapnya, paniknya hilang digantikan oleh cibiran, “Ya sudah, kamu sudah tau...” cemoohnya. “Aku dan Lukas sudah berpacaran selama beberapa bulan.”

“Beberapa bulan?” Darwin tersentak, “Selama ini kamu berbohong dan berselingkuh di belakangku?” Pengkhianatan Lisa menusuknya bagaikan pisau.

Lisa memutar bola matanya. “Aduh ayolah, jangan sok kaget,” katanya sambil mengibaskan rambut.

Kata-kata Lisa menusuk tajam, tapi Darwin tidak gentar. “Kamu membuang semua yang kita lewati bersama hanya demi dia?” Darwin menunjuk Lukas. “Kenapa, Lisa? Aku tidak mengerti kenapa kamu melakukan ini!”

Lisa memutar bola matanya seakan meremehkan. “Hubungan kita berdua memang sejak awal tidak akan bertahan lama. Apa kamu benar-benar berpikir aku mau dengan orang miskin yang bodoh sepertimu? Aku ingin hidup yang enak, bukan hidup susah yang tiap hari memikirkan tagihan. Lukas bisa menjamin kehidupan seperti itu untukku.”

Kepala Darwin berputar terisi rasa sakit dan pengkhianatan. Dia ingin menyangkal kenyataan dihadapannya, namun bukti-buktinya terhampar jelas didepan mata. Ingatannya kembali pada semua momen di mana Lisa mengabaikan kekhawatirannya, meyakinkannya bahwa tidak ada yang salah. Kini dia sadar Lisa selama ini telah berbohong padanya.

Lukas menyaksikan kejadian yang sedang berlangsung dengan geli, menikmati rasa sakit Darwin. “Ini sebenarnya sangat sederhana,” potongnya dengan halus. “Lisa ingin hal-hal yang lebih baik di kehidupkan ini. Dan aku mampu dan bersedia untuk memfasilitasinya...pada aspek mana pun.” Dia menyeringai menekankan kalimat terakhirnya.

Amarah Darwin meluap mendengar nada congkak Lukas, ingin sekali dia menghapus senyum sombong dari wajah pria itu.

Tangannya mengepal saat dia melangkah mendekati Lukas, “Kamu pikir ini lucu?” geramnya. “Kamu menghancurkan pernikahanku hanya demi kesenanganmu saja?”

Lukas membalas lagi dengan kata-kata setajam pisau. “Tapi dipikir-pikir bukankah memang lucu, apa kamu tahu taman bermain yang kamu sewa untuk ulang tahun Lisa itu adalah milik keluargaku?” Lukas tertawa dengan kejam. “Selama ini Lisa sudah tahu, ujung-ujungnya kejutan itu hanya membuang-buang tabunganmu yang tidak seberapa itu.”

Tak tahan lagi, Darwin menerjang Lukas, kedua tangannya menjulur hendak mencekik Lukas. “Kamu!” dia berteriak. “Kamu menjebakku hanya untuk menghinaku!”

Lukas hanya menggidikkan bahu, sama sekali tidak menyesal. "Memang. Sungguh menyenangkan melihatmu berjuang untuk menabung, tanpa menyadari Lisa sudah memilihku sejak lama." Dia tersenyum puas.

Darwin sudah cukup mendengarnya. Dengan teriakan kemarahan dan kesedihan yang tak terucapkan, dia meluncurkan dirinya ke arah Lukas, tinjunya beterbangan. Rasa sakit dan patah hati memicu kemarahan Darwin, dia pun memukul orang yang telah mencuri segalanya darinya.

Saat dia hendak memukul, dia merasakan pukulan tajam di bagian belakang kepalanya. Dia jatuh terjerembab ke lantai, linglung dan berdarah.

"Kamu pikir kamu punya kesempatan, ya?" dia mendengar suara yang dikenalnya. Darwin mendongak untuk melihat Lisa, sebuah vas di tangannya.

Darwin terkejut dan bingung, bagaimana mungkin ini terjadi? Bisa-bisanya Lisa menyakitinya?

Darwin berusaha tetap sadar saat darah mulai mengalir di wajahnya, dia menatap Lisa dengan tidak percaya. “Lisa, kamu... teganya kamu melakukan ini padaku?” napasnya tesendat, suaranya menunjukkan amarah dan gelisah.

Lisa melotot pada Darwin yang masih terbaring di lantai, tangannya menggenggam erat vas itu, “Kamu tidak tahu apa-apa Darwin. Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan, kamu tidak sadar Lukas bisa memberi semua itu padaku sedangkan kamu tidak mampu.”

Hati Darwin retak mendengar kata-kata Lisa. “Aku mencintaimu, Lisa. Aku memberimu semuanya yang aku punya, semua bagian dari diriku aku serahkan padamu. Kenapa kamu tega menusukku dari belakang?”

Senyum pahit Lisa melebar. “Cinta saja tidak cukup, Darwin. Cinta tidak bisa membayar tagihan atau memberiku hidup yang aku impikan. Lukas bisa menjamin hal itu, dia memberiku keamanan finansial, dan juga kegembiraan yang selama ini aku idamkan.”

“Apakah isi pikiranmu itu hanya materi dan uang, Lisa? Sampai kamu tega menghancurkan segala yang kita punya?” Darwin bertanya sambil menyeka darah yang menetes.

Lukas menyeringai sambil memeluk pinggang Lisa. “Lihat Darwin, Lisa memilihku. Dia menginginkan kehidupan yang akan aku berikan padanya.”

Darwin gemetar “Kalian berdua dibutakan oleh keinginan kalian yang egois, tapi ingat Lukas, kebahagiaan yang dibangun diatas tipu daya dan pengkhianatan pasti akan hancur.”

Lukas mencibir dengan acuh, “Jangan repot-repot menceramahi kami, Darwin, sudah terlambat untuk itu. Permisi ya, aku dan Lisa masih ada urusan.”

Darwin merasa perasaannya sakit saat dia memproses kata-kata Lukas. Dia hanya mematung dengan tidak berdaya saat Lukas mencium Lisa. Rasa kagetnya hampir tak tertahankan menyaksikan Lukas dan Lisa saling berpelukan.

Lukas menatap Darwin dengan penuh hinaan sambil menggandeng Lisa menuju kamar. “Kamu lihat, Darwin? Inilah yang Lisa inginkan. Sekarang, aku akan memberi semua yang dia inginkan, di sini, di ranjangmu.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status