Share

Bab 5

Darwin merasa dipermalukan melihat Lukas menggandeng Lisa menuju kamarnya, seakan menantang Darwin untuk menghentikan mereka.

Lukas menyeringai sambil memeluk Lisa lebih erat. “Darwin temanku, apakah kamu benar-benar tidak keberatan?” ejeknya. Darwin mengepalkan tangannya, tak mampu berkata-kata.

Lisa memandang Darwin sekilas, dengan acuh berkata, “Kamu ini tidak pernah benar-benar mengenalku, Darwin.” Lukas terkekeh, “Sepertinya fantasimu hancur lebur ya.” Darwin hanya bisa terdiam perih melihat mereka berdua. Pengkhianatan mereka menyayat hatinya lebih dalam dari pada pedang paling tajam sekalipun, apalagi setelah mengetahui bahwa Lisa tidak pernah benar-benar mencintainya.

Darwin tahu dia harus meninggalkan tempat itu, dalam kesakitan pun dia berusaha bangkit meski belum sepenuhnya pulih dari pukulan di kepalanya.

Lisa mencemooh, “Lihatlah, dia berusaha kabur bagai anak anjing yang terluka.”

Lukas menimpali, “Kasihan sekali, dia tidak bisa apa-apa.”

Gelak tawa Lukas dan Lisa bergema dibelakang Darwin, tapi dia tidak mau semakin membuat mereka senang dengan penderitaannya.

Berjalan keluar dari apartemen itu sangatlah sulit baginya, setiap langkah terasa menyakitkan karena pandangannya yang kabur dan kepalanya yang berdenyut. Darwin bersandar ke tembok, mencoba bernapas di tengah rasa pusingnya. Dia tahu dia butuh pertolongan medis segera, tapi jarak antara rumah sakit dan apartemennya masih agak jauh.

Darwin mengerahkan segala tenaganya dan mulai tertatih-tatih berjalan. Setelah Lukas dan Lisa lepas dari pandangannya pun, hinaan mereka masih bergema di pikirannya. Setiap langkah yang dia ambil membuat kepalanya berdentum, tidak hanya sekali dia nyaris pingsan dibuatnya.

Saat Darwin sampai di jalan raya, pandangannya sudah benar-benar kabur karena kehilangan banyak darah. Dia terhuyung-huyung di jalanan, tidak menyadari apapun di sekelilingnya. Di depannya, sebuah mobil mendekat dari arah tikungan. Untungnya saat mobil itu semakin mendekat, sopirnya menyadari keberadaan Darwin dan segera menginjak rem sambil berserapah.

Ban mobil itu berdecit keras di aspal, namun terlambat, Darwin sudah terjerambap jatuh di depannya meski dia tidak sampai tertabrak. Sopir mobil melompat keluar, marah akan kecelakan yang hampir terjadi. “Hei, perhatikan sekitarmu!” bentaknya pada Darwin. “Kamu mau mati ya?!”

Darwin memohon dengan lemah, “A...Aku terluka, tolong aku.”

Sopir yang sedang kesal mengira Darwin mencoba menipunya, “Kamu bisa saja berpura-pura, kamu mencoba menipuku ya?”

Barulah ketika dia melihat Darwin dari dekat, sopir itu terkejut. Darwin terbaring dengan pucat tak berdaya. Saat itu dia menyadari luka di kepala Darwin yang masih meneteskan darah segar.

Dia bergegas ke sisi Darwin dan berlutut dengan khawatir. “Astaga, kamu terluka,” ucapnya, kemarahannya tergantikan oleh rasa khawatir. “Apa yang terjadi padamu? Sebentar, aku telepon ambulans...” suaranya perlahan terhenti melihat Darwin yang hanya mampu berbisik di ambang batas kesadaran.

Saat itulah, seorang wanita bangsawan berusia sekitar 50 tahunan keluar dari kursi penumpang. Rambutnya yang beruban diikat ke belakang dengan anggun, dia mengerutkan kening khawatir.

“Astaga, ada apa ini?” dia bertanya dengan suara yang terdengar elegan.

Sopirnya pun menjawab, “Pria ini tadi terjatuh di depan mobil dan hampir tertabrak, padahal saya sudah menginjak rem. Saat saya lihat ternyata dia terluka parah.”

Wanita itu berlutut di samping Darwin, menempelkan tangannya ke pipi Darwin yang pucat. “Kasihan sekali, kita harus cepat membawanya ke rumah sakit.”

Dia lalu membantu membopong Darwin ke kursi penumpang. Darwin terbaring nyaris geming, yang terlihat hanya tarikan napasnya yang pendek. Sopir mobil itu mengebut sambil menyalakan sirene yang menggelegar, hingga akhirnya mereka sampai di rumah sakit dalam waktu singkat.

Perawat rumah sakit segera memindahkan Darwin dengan tandu. “Dia kehilangan banyak darah,” seru seseorang pada dokter yang sedang bertugas.

Di ruang operasi, dokter memeriksa luka Darwin. “Dia mengalami koma, kita butuh donor darah secepatnya.”

Wanita bangsawan itu menatap sang dokter dengan penuh kekhawatiran, “Tolong, lakukan segala cara untuk menyelamatkannya, waktu sangat penting di sini.”

Darah Darwin masih mengalir deras, dokter yang menanganinya mengernyit. “Golongan darahnya AB negatif, apakah stoknya masih ada?”

Seorang perawat segera memeriksa catatannya, “Tidak, Dokter, stok kita memang hanya sedikit untuk golongan darah AB negatif yang langka. Pengiriman selanjutnya baru seminggu lagi.”

Wanita bangsawan itu tersentak di ruang observasi saat mendengar golongan darah Darwin yang langka. “Coba periksa catatan saya, saya sering mendonor karena golongan darah saya juga AB negatif,” katanya kepada dokter. “Tolong, pakailah darah saya untuk donor.”

Dokter itu mengerutkan kening dengan khawatir, dia menatap wanita itu sebelum mengalihkan padangan pada Darwin yang berbaring tak bergerak lalu berkata, “Mohon maaf, tapi itu melanggar protokol, Bu. Kami tidak mengizinkan donor dari keluarga dekat.”

“Tapi saya tidak kenal anak ini,” desak wanita itu, walau sebenarnya, benih keraguan mulai tertanam di benaknya. Setelah dilihat-lihat, dia dan Darwin memang terlihat mirip. “Ini pasti kesalah pahaman.”

“Anda tidak saling kenal?” Dokter itu terlihat kaget, dia melihat wajah wanita itu dan wajah Darwin secara bergantian sebelum akhirnya berkata dengan perlahan, “Tapi... wajah Anda berdua sangat mirip... maaf sebelumnya, tapi Anda tampak seperti ibu dan anak.”

“Apa?”

Wanita itu terkejut, dia tidak begitu memperhatikan wajah Darwin sebelumnya. Setelah mendengar perkataan dokter itu, dia mengamati wajah pucat Darwin dengan seksama.

Matanya, hidungnya, mulutnya...

Pikirannya langsung terpacu saat dia teringat rahasia masa lalunya yang terlah dia kubur dalam-dalam selama bertahun-tahun. Mungkinkah...?

Dokter itu akhirnya berkata, “Mohon maaf, tapi kalau memang tidak ada hubungan darah, kita bisa langsung melakukan proses donornya.”

Wanita itu merasa lemas, dengan gemetar meletakkan tangannya di kening Darwin. Di benaknya yang kacau balau, ada satu hal yang pasti, dia harus menyelamatkan pria ini, bagaimana pun caranya.

“Jangan Dokter, sepertinya kita harus tes DNA sekarang juga.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status