Namun, saat pria tua itu membentuk Tombak Tak Terkalahkan, Surya sudah membuat beberapa segel mantra berturut-turut. Seiring dengan energi spiritual di tubuhnya yang melonjak, sebuah aura menakutkan mulai menyebar.Setelah Surya menyelesaikan segel mantra, dia merapatkan kedua tangannya sambil berteriak, "Peluru Batu Naga Bumi!"Seiring dengan teriakan itu, tanah di depan Surya langsung muncul kepala naga yang besar.Kepala naga itu membuka mulutnya lebar-lebar, lalu memuntahkan sebuah peluru batu.Dulu Yarno, murid Tarna, pernah menggunakan Peluru Batu Naga Bumi.Namun, Peluru Batu Naga Bumi milik Surya jelas jauh lebih kuat daripada miliknya Yarno.Peluru api berdiameter setengah meter itu tersulut dengan api energi spiritual yang membara. Di atasnya, terdapat mantra yang tak terhitung jumlahnya. Ia mengarah ke Tombak Tak Terkalahkan dengan kekuatan yang mengerikan.Kemudian, terdengar ledakan yang memekakkan telinga. Tombak Tak Terkalahkan seketika menjadi hancur berkeping-keping.S
Tak lama kemudian, Bunga kemari dengan buru-buru. Mereka pun duduk di ruang tamu."Senior, akhirnya kamu datang," kata Bunga yang langsung mengalirkan air mata.Surya menenangkannya, "Jangan menangis. Coba ceritakan dulu, sebenarnya apa yang terjadi?"Surya tidak terlalu mengerti. Keluarga Lasmani di Kota Yogu seharusnya juga mempunyai sedikit reputasi, kenapa bisa ditindas sampai seperti ini?Bunga menenangkan emosinya dengan susah-payah, kemudian baru bercerita, "Senior, setelah kembali ke Kota Yogu, kakakku berdebat dengan Shelly. Tapi Shelly sama sekali nggak mengakuinya, juga bilang kalau kakakku yang memfitnahnya."Surya terdiam. Masalah ini kalau tidak ada bukti, lalu orang itu juga tidak mengakuinya, memang sulit diurus."Shelly nggak mengakuinya, kakakku juga nggak mau menyerah. Mereka bertengkar beberapa kali. Nggak disangka akhirnya Julianto turun tangan. Dia langsung memenjarakan kakakku. Katanya kakakku sudah memfitnah artis perusahaannya, juga ingin aku meminta maaf dan m
Bunga duduk begitu saja di samping ranjang, tampak sangat lemah, membuat Surya menjadi tidak tahu harus berbuat apa."Senior, kamu nggak merasa kalau aku nggak sopan, 'kan?" tanya Bunga dengan malu-malu.Surya terbatuk sekali, lalu berkata, "Sudah mau masuk musim hujan, hati-hati masuk angin.""Senior, sebenarnya aku tahu kalau aku nggak layak untukmu, tapi kalau kamu butuh, lakukan saja. Aku nggak akan mengikat Senior, malah akan merasa sangat terhormat. Selain itu, aku masih perawan," kata Bunga sambil menggigit bibirnya dengan wajah merah merona.Mendengar itu, Surya mengerutkan dahinya, lalu berjalan perlahan ke hadapan Bunga.Bunga memejamkan matanya, lalu perlahan-lahan berbaring di ranjang.Detik berikutnya, Surya menutupi Bunga dengan selimut, lalu berkata, "Kalau lelah, istirahatlah sebentar. Nanti kita berangkat tepat waktu."Bunga langsung dibuat kebingungan dengan selimut itu. Dia hanya membalas dengan suara kecil, "Oke, Senior."Surya menggelengkan kepalanya, lalu duduk di
Bunga melihat ke arah pria berusia empat puluh tahun lebih yang mengenakan jas dan yang rambutnya disisir ke belakang itu.Surya menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke depan meja, lalu berkata, "Pak Julianto, aku ingin membicarakan masalah Berlin denganmu."Julianto makan satu suap sashimi dan minum seteguk anggur merah, baru melihat ke arah Surya dengan santai dan bertanya sambil tersenyum, "Siapa kamu? Apa kamu berhak bicara denganku?""Kamu juga orang yang mempunyai identitas terhormat. Apa kamu nggak merasa nggak sopan bicara seperti ini?" tanya Surya.Julianto berkata sambil tersenyum, "Sopan digunakan dengan orang yang setingkat denganku. Dengan orang kampungan sepertimu yang entah muncul dari mana, aku bersedia bicara denganmu saja sudah menjadi kehormatanmu.""Benar-benar lucu. Kamu pikir kamu siapa sampai berani datang ke tempat seperti ini untuk berdiskusi dengan Pak Julianto? Aku lihat kamu pasti sudah gila," hina seorang wanita yang cantik di samping Julianto.Bu
Bunga mengepalkan tangannya dengan marah sambil menggertakkan giginya.Shelly memperlakukan dirinya seperti ini, membuat dia merasa sangat terhina hingga Bunga ingin sekali menampar mantan sahabatnya itu.Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa bersikap impulsif sekarang. Kakaknya masih berada di tangan mereka. Jadi, dia hanya bisa menahan diri.Pada saat ini, Surya berkata perlahan, "Shelly, tindakanmu ini sangat kejam. Cepat atau lambat kamu akan mendapat karma. Julianto, kamu juga menggunakan kekuasaanmu untuk menindas orang lain, konsekuensinya nggak akan baik. Aku menyarankan kalian untuk memperbaiki kelakukan kalian.""Omong kosong. Pak Julianto, dia berani bicara dengan kita seperti ini. Dia sudah keterlaluan. Kenapa kamu masih belum mengurusnya juga?" teriak Shelly dengan marah.Wajah Julianto juga menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Bocah, apa kamu pikir kamu bisa bersikap seenaknya di Kota Yogu? Elga, patahkan kedua kakinya, lalu lempar dia ke Sungai Hondura."Elga sang p
Julianto tertawa keras.Ketika Surya dan Bunga keluar dari hotel, Bunga berkata dengan cemas, "Senior, bagaimana bisa aku membiarkanmu membayar hingga triliunan seperti ini?""Jangan khawatir. Aku sudah bilang kalau uangku nggak semudah itu didapatkan," kata Surya dengan tenang.Ketika keduanya masuk ke dalam mobil, Bunga masih berkata dengan cemas, "Bagaimana dengan konferensi pers besok? Juga uang dua triliunmu?""Kita akan pergi ke konferensi pers untuk meminta maaf seperti biasa. Aku akan menjadi juru bicaramu. Sedangkan untuk uang itu, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan membuat mereka membayarnya kembali dengan bunga," kata Surya.Bunga menghela napas lega. Meskipun dia belum mengetahui rencana pasti Surya, tapi kekuatan Surya memberinya kepercayaan diri yang tidak bisa dijelaskan. Jadi dia tidak bertanya lagi.Keduanya kembali ke kamar hotel. Bunga memesan makan siang untuk diantar ke kamar.Surya makan dengan lahap, sementara Bunga yang merasa khawatir hanya makan beberapa suap
Surya terdiam untuk waktu yang lama. Bunga tampak sedikit gemetar, seperti bunga yang menunggu untuk dihancurkan oleh badai. Dia merasa bersemangat, tapi juga sedikit takut. Ada sedikit harapan juga dalam ketakutannya. Berbagai emosi bercampur aduk. Bunga bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya.Pada saat ini, Surya bangkit, memberikan selimut untuk Bunga, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku mau berlatih, kamu tidurlah dengan nyenyak. Ada hal penting yang harus dilakukan besok, jadi kamu harus istirahat dengan baik."Setelah mengatakan itu, Surya pergi ke ruang tamu. Pada saat itu, Bunga baru melihat dengan jelas bahwa Surya bahkan tidak melepas pakaiannya.Begitu banyak emosi seperti malu, kecewa, juga berbagai perasaan lainnya muncul dalam hatinya. Dia memakai selimut untuk menutupi tubuhnya, merasa panas seperti demam tinggi.Dengan demikian, Surya duduk diam di ruang tamu, lalu bermeditasi sepanjang malam. Hingga pukul sebelas siang, Bunga masih belum keluar dari kamar.S
Saat ini Julianto berdiri, menghampiri mereka berdua, lalu berkata dengan dingin, "Bunga, jangan main-main. Jangan lupakan saudaramu."Surya membalas, "Haha, orang-orang kelas atas selalu bermain dengan trik-trik kelas rendah.""Apa yang kamu katakan?" tanya Julianto dengan tajam sambil mendekati Surya.Saat ini, Bunga berkata, "Pak Julianto, Pak Aksha adalah juru bicaraku. Kalau kamu ingin aku meminta maaf, sebaiknya kamu bersikap sopan."Julianto tiba-tiba menunjukkan tatapan tajam di matanya. Namun, dia segera tertawa sembari berkata, "Oke, mari kita bersiap untuk memulai acaranya. Aku yakin semua orang sudah nggak sabar menunggu."Kemudian, dia berbalik untuk kembali duduk di tempat duduknya. Namun, dia sudah memikirkan bagaimana cara menyiksa Surya setelah konferensi pers berakhir.Julianto mendengus dingin, melambai pada pembawa acara yang juga merupakan artis di bawah naungan Perusahaan Film Yogu. Segera, pembawa acara berjalan ke podium, lalu berkata dengan mikrofon, "Para tamu