Linda mengenakan gaun pengantin tradisional. Seluruh gaunnya berwarna merah terang, sementara wajahnya bahkan lebih merah dari pakaiannya.Surya juga mengenakan pakaian tradisional berwarna merah yang khas. Keduanya membawa minuman, memberikan penghormatan satu per satu pada keluarga dan teman-teman yang hadir dalam pernikahan tersebutOrang tua kedua belah pihak tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. Sebagai orang tua, yang paling dikhawatirkan adalah pernikahan anak-anak mereka.Sekarang, keduanya telah menemukan pasangan yang begitu baik. Kebahagiaan mereka jelas tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Orang-orang lainnya juga ikut bersukacita. Mereka mengangkat gelas, lalu minum dengan gembira.Mereka adalah teman, bawahan, serta orang-orang yang setia pada Surya dan Linda. Mereka sangat senang melihat kebahagiaan keduanya.Tidak ada pembawa acara di pesta pernikahan ini, semuanya dilaksanakan dengan sangat sederhana, tapi juga sangat meriah dan penuh kegembir
"Surya, kenapa kamu memerkosa Maya?"Menghadapi pertanyaan dari Keluarga Lintang, Surya Pratama menjawab, "Semalam, Maya pulang dengan mabuk dan bajunya sudah berantakan. Aku hanya memapahnya ke tempat tidur untuk beristirahat, tapi kalian malah menuduhku memerkosanya. Lagi pula Maya adalah istriku, dari mana tuduhan pemerkosaan ini?""Walaupun kalian adalah suami istri, kalau kamu menggunakan kekerasan, sama saja kamu memerkosanya," teriak Kevin Lintang dengan marah. Pria ini adalah ayah mertuanya Surya.Ibu mertuanya, Dinda Safitri, menambahkan, "Benar, hari ini kalian berdua harus cerai. Sedangkan kamu harus keluar dari sini tanpa membawa apa pun!"Surya mengerutkan keningnya. Dia mulai marah.Tepat pada saat itu, adik iparnya yang bernama Mona Lintang berkata, "Ayah, Ibu, apa yang kalian lakukan? Kalau waktu itu Kak Surya nggak memberikan kita 100 miliar, bisakah kita menjadi keluarga yang memiliki belasan supermarket dan memiliki kekayaan senilai 2 triliun? Apakah kalian suda
Mendengar pertanyaan Surya, Adhi pun menggelengkan kepala. "Apa gunanya dirimu? Konsorsium Pelita adalah konsorsium tingkat dunia. Mau mereka ke mana, mereka akan menjadi berita populer. Ini saja kamu nggak tahu, benar-benar nggak berguna.""Dia hanya sampah, apa gunanya memberi tahu dia semua ini." Sang ibu mertua melirik Surya dengan kesal.Ayah mertuanya pun menatapnya marah dan menambahkan, "Selain makan dan tidur, apa lagi yang kamu tahu? Jangan permalukan dirimu di sini!"Surya kesal sampai tertawa. Jika mereka tahu identitas aslinya, entah bagaimana reaksi mereka nantinya.Untung saja dia menyembunyikan identitas aslinya. Jika tidak, dia tidak akan melihat bagaimana sifat asli mereka.Saat ini, beberapa pelayan mulai menghidangkan makanan-makanan lezat di atas meja makan.Tak lama kemudian, Kevin berkata, "Pak Adhi, ayo kita makan.""Ayo." Adhi perlahan berdiri, Maya pun menggandeng Adhi dengan mesra. Mereka berempat duduk bersama mengelilingi meja makan.Surya melihat j
"Apa katamu?" Wajah Surya seketika menjadi dingin. Pria ini tidak hanya menabraknya, tetapi juga bersikap kurang ajar.Pria itu mendengus dan berkata, "Dari departemen mana kamu, siapa namamu?""Kamu yang berasal dari departemen apa?" balas Surya dengan dingin.Pria itu dengan arogan menjawab, "Aku Revan Saputra, wakil CEO Konsorsium Pelita. Apa kamu karyawan di sini?""Bisa dibilang karyawan di sini," jawab Surya dengan tak acuh.Revan mendengus lagi. "Kamu dipecat. Sekarang cepat pergi."Surya marah dan tertawa. "Apa kalian memecat orang semudah ini?""Kamu bisa apa? Kalau aku bilang kamu dipecat, ya kamu sudah dipecat," ucap Revan dengan kesal.Surya perlahan berkata, "Benar-benar pejabat yang hebat.""Aku adalah wakil CEO yang dikirim oleh kantor pusat luar negeri ke kantor pusat Provinsi Andaru. Aku juga bekerja sebagai direktur pengawasan. Bahkan Bu Linda berada di bawah pengawasanku, apalagi karyawan rendahan sepertimu," ucap Revan dengan kesal sambil memandang rendah S
Melihat keraguan Adhi, wajah Linda menjadi masam. "Pak Adhi, coba kamu pikirkan lagi. Pengawasan dana kami sangatlah ketat dan merupakan persyaratan yang dibutuhkan. Kamu punya kekhawatiran, kami juga punya. Kalau kamu nggak setuju, kerja sama kita bisa dibatalkan."Setelah merenungkannya berkali-kali, Adhi akhirnya memutuskan untuk menandatanganinya.Sepuluh triliun ini terlalu penting. Lagi pula, Konsorsium Pelita yang sebesar itu tidak akan tertarik dengan perusahaan kecilnya."Aku akan tanda tangan." Adhi pun menuruti permintaan mereka dan menandatangani dokumen tersebut.Linda bersandar dan sedikit memutar-mutar kursinya. Sebuah senyum menghiasi wajahnya.Setelah dokumen ditandatangani, Linda berdiri dan mengulurkan tangannya pada Adhi. "Senang berbisnis denganmu. Perusahaanmu akan segera menerima dananya, jadi tolong cek rekeningmu."Adhi pun berjabat tangan dengan Linda, wajahnya penuh dengan rasa terima kasih.Linda menarik tangannya kembali dan tersenyum. "Kalau begitu,
Dalam sekejap, Surya mengerahkan kekuatan di bawah kakinya dan jalan di sekitar kakinya pun hancur. Sosoknya melesat bagaikan kilat. Dengan cepat, dia memeluk anak itu dan menendang mobil di depan dengan ujung jari kakinya. Tubuh mereka terlempar sejauh beberapa meter. Setelah terlepas dari gaya yang diakibatkan oleh tabrakan itu, mereka pun mendarat dengan selamat.Semua ini terjadi hanya dalam waktu 2 detik.Ketika Surya menurunkan anak itu, beberapa pejalan kaki yang menyaksikan kejadian ini berseru tak percaya.Seorang wanita yang tadinya terkesiap, buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi anak tersebut.Sang pengemudi mobil juga turun dari mobilnya. Setelah melihat bahwa anak itu tidak terluka, dia pun menghampiri Surya."Kamu?" Surya dan sang pengemudi hampir bersamaan berseru.Surya mengangkat bahunya dan berkata, "Sungguh kebetulan.""Bos, maafkan aku. Aku nggak memerhatikan jalan, ini semua salahku. Apa kamu baik-baik saja?" Linda berdiri dengan wajah yang amat
Dada Linda berdebar dan tubuhnya membeku, seolah-olah dia terkena sihir. Tubuhnya tetap dalam posisi membungkuk dan tidak berani bergerak.'Akankah momen ini datang begitu cepat? Aku harus bagaimana?''Haruskah aku menolaknya? Atau lebih baik aku ragu-ragu menerimanya? Atau haruskah aku memarahinya dengan tegas?'Seketika berbagai macam pikiran muncul di hati Linda.Sementara itu, tangan Surya sudah mendarat di dadanya. Pemuda itu sedikit mengibaskan leher baju Linda, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Ada rambut, jangan sampai rambutnya masuk ke mangkuk."Linda diam-diam menghela napas, tubuhnya pun menjadi rileks.Dia tergagap berkata, "Maafkan aku, Bos. Akhir-akhir ini ... rambutku sering rontok.""Nggak apa-apa," jawab Surya dengan santai. Dia pun mulai menikmati semangkuk mi di hadapannya.Kemudian Linda berdiri, jantungnya masih berdebar. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan selanjutnya.Setelah dua suap, Surya tiba-tiba mendongak dan berkata, "Ini ena
Surya tertawa. "Aku sudah bilang jangan gunakan kekerasan, kalau nggak, kamu yang rugi.""Adhi, abaikan saja dia. Berurusan dengannya hanya akan merendahkan statusmu. Ayo kita pergi." Maya melirik Surya dengan sinis, lalu menarik Adhi pergi.Saat mereka berjalan pergi, Adhi menambahkan, "Bocah, kamu tunggu saja. Aku belum selesai berurusan denganmu. Saat aku punya waktu, aku akan mengurusmu.""Aku akan menunggu," balas Surya sambil tersenyum.Mereka berdua, ditemani dengan pengawal, pergi dengan kepala terangkat tinggi.Surya menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Aku juga menanti pernikahan kalian."Setelah itu, dia berkendara kembali ke Perumahan Lily dan memarkir mobilnya di gerbang rumah. Melihat area perumahan yang begitu luas, Surya memutuskan untuk berjalan-jalan dan mengenal area di sekelilingnya.Area perumahan ini sangat luas. Di tengahnya, terdapat sebuah taman dengan luas lebih dari 3 hektare.Saat berjalan di taman, Surya mulai mengenang kehidupannya.Dia telah ke