Bunga duduk begitu saja di samping ranjang, tampak sangat lemah, membuat Surya menjadi tidak tahu harus berbuat apa."Senior, kamu nggak merasa kalau aku nggak sopan, 'kan?" tanya Bunga dengan malu-malu.Surya terbatuk sekali, lalu berkata, "Sudah mau masuk musim hujan, hati-hati masuk angin.""Senior, sebenarnya aku tahu kalau aku nggak layak untukmu, tapi kalau kamu butuh, lakukan saja. Aku nggak akan mengikat Senior, malah akan merasa sangat terhormat. Selain itu, aku masih perawan," kata Bunga sambil menggigit bibirnya dengan wajah merah merona.Mendengar itu, Surya mengerutkan dahinya, lalu berjalan perlahan ke hadapan Bunga.Bunga memejamkan matanya, lalu perlahan-lahan berbaring di ranjang.Detik berikutnya, Surya menutupi Bunga dengan selimut, lalu berkata, "Kalau lelah, istirahatlah sebentar. Nanti kita berangkat tepat waktu."Bunga langsung dibuat kebingungan dengan selimut itu. Dia hanya membalas dengan suara kecil, "Oke, Senior."Surya menggelengkan kepalanya, lalu duduk di
Bunga melihat ke arah pria berusia empat puluh tahun lebih yang mengenakan jas dan yang rambutnya disisir ke belakang itu.Surya menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke depan meja, lalu berkata, "Pak Julianto, aku ingin membicarakan masalah Berlin denganmu."Julianto makan satu suap sashimi dan minum seteguk anggur merah, baru melihat ke arah Surya dengan santai dan bertanya sambil tersenyum, "Siapa kamu? Apa kamu berhak bicara denganku?""Kamu juga orang yang mempunyai identitas terhormat. Apa kamu nggak merasa nggak sopan bicara seperti ini?" tanya Surya.Julianto berkata sambil tersenyum, "Sopan digunakan dengan orang yang setingkat denganku. Dengan orang kampungan sepertimu yang entah muncul dari mana, aku bersedia bicara denganmu saja sudah menjadi kehormatanmu.""Benar-benar lucu. Kamu pikir kamu siapa sampai berani datang ke tempat seperti ini untuk berdiskusi dengan Pak Julianto? Aku lihat kamu pasti sudah gila," hina seorang wanita yang cantik di samping Julianto.Bu
Bunga mengepalkan tangannya dengan marah sambil menggertakkan giginya.Shelly memperlakukan dirinya seperti ini, membuat dia merasa sangat terhina hingga Bunga ingin sekali menampar mantan sahabatnya itu.Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa bersikap impulsif sekarang. Kakaknya masih berada di tangan mereka. Jadi, dia hanya bisa menahan diri.Pada saat ini, Surya berkata perlahan, "Shelly, tindakanmu ini sangat kejam. Cepat atau lambat kamu akan mendapat karma. Julianto, kamu juga menggunakan kekuasaanmu untuk menindas orang lain, konsekuensinya nggak akan baik. Aku menyarankan kalian untuk memperbaiki kelakukan kalian.""Omong kosong. Pak Julianto, dia berani bicara dengan kita seperti ini. Dia sudah keterlaluan. Kenapa kamu masih belum mengurusnya juga?" teriak Shelly dengan marah.Wajah Julianto juga menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Bocah, apa kamu pikir kamu bisa bersikap seenaknya di Kota Yogu? Elga, patahkan kedua kakinya, lalu lempar dia ke Sungai Hondura."Elga sang p
Julianto tertawa keras.Ketika Surya dan Bunga keluar dari hotel, Bunga berkata dengan cemas, "Senior, bagaimana bisa aku membiarkanmu membayar hingga triliunan seperti ini?""Jangan khawatir. Aku sudah bilang kalau uangku nggak semudah itu didapatkan," kata Surya dengan tenang.Ketika keduanya masuk ke dalam mobil, Bunga masih berkata dengan cemas, "Bagaimana dengan konferensi pers besok? Juga uang dua triliunmu?""Kita akan pergi ke konferensi pers untuk meminta maaf seperti biasa. Aku akan menjadi juru bicaramu. Sedangkan untuk uang itu, kamu nggak perlu khawatir. Aku akan membuat mereka membayarnya kembali dengan bunga," kata Surya.Bunga menghela napas lega. Meskipun dia belum mengetahui rencana pasti Surya, tapi kekuatan Surya memberinya kepercayaan diri yang tidak bisa dijelaskan. Jadi dia tidak bertanya lagi.Keduanya kembali ke kamar hotel. Bunga memesan makan siang untuk diantar ke kamar.Surya makan dengan lahap, sementara Bunga yang merasa khawatir hanya makan beberapa suap
Surya terdiam untuk waktu yang lama. Bunga tampak sedikit gemetar, seperti bunga yang menunggu untuk dihancurkan oleh badai. Dia merasa bersemangat, tapi juga sedikit takut. Ada sedikit harapan juga dalam ketakutannya. Berbagai emosi bercampur aduk. Bunga bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya.Pada saat ini, Surya bangkit, memberikan selimut untuk Bunga, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku mau berlatih, kamu tidurlah dengan nyenyak. Ada hal penting yang harus dilakukan besok, jadi kamu harus istirahat dengan baik."Setelah mengatakan itu, Surya pergi ke ruang tamu. Pada saat itu, Bunga baru melihat dengan jelas bahwa Surya bahkan tidak melepas pakaiannya.Begitu banyak emosi seperti malu, kecewa, juga berbagai perasaan lainnya muncul dalam hatinya. Dia memakai selimut untuk menutupi tubuhnya, merasa panas seperti demam tinggi.Dengan demikian, Surya duduk diam di ruang tamu, lalu bermeditasi sepanjang malam. Hingga pukul sebelas siang, Bunga masih belum keluar dari kamar.S
Saat ini Julianto berdiri, menghampiri mereka berdua, lalu berkata dengan dingin, "Bunga, jangan main-main. Jangan lupakan saudaramu."Surya membalas, "Haha, orang-orang kelas atas selalu bermain dengan trik-trik kelas rendah.""Apa yang kamu katakan?" tanya Julianto dengan tajam sambil mendekati Surya.Saat ini, Bunga berkata, "Pak Julianto, Pak Aksha adalah juru bicaraku. Kalau kamu ingin aku meminta maaf, sebaiknya kamu bersikap sopan."Julianto tiba-tiba menunjukkan tatapan tajam di matanya. Namun, dia segera tertawa sembari berkata, "Oke, mari kita bersiap untuk memulai acaranya. Aku yakin semua orang sudah nggak sabar menunggu."Kemudian, dia berbalik untuk kembali duduk di tempat duduknya. Namun, dia sudah memikirkan bagaimana cara menyiksa Surya setelah konferensi pers berakhir.Julianto mendengus dingin, melambai pada pembawa acara yang juga merupakan artis di bawah naungan Perusahaan Film Yogu. Segera, pembawa acara berjalan ke podium, lalu berkata dengan mikrofon, "Para tamu
Wajah Julianto tiba-tiba berubah muram.Julianto mencibir, lalu berkata, "Jadi, kamu mengatakan kalau Shelly menjebak Bunga, tapi bukti apa yang kamu punya? Kalau kamu nggak bisa memberikan bukti, itu sudah membuktikan kalau Bunga memang menyebarkan fitnah tentang Shelly. Kamu hanya bicara omong kosong, berusaha membingungkan orang."Julianto tentu saja sudah tahu tentang kutukan itu.Namun, Julianto juga tahu bahwa tidak ada yang akan memercayai hal seperti itu. Jadi, Aksha tidak mungkin bisa memberikan bukti.Tanpa adanya bukti, ini akan semakin menegaskan fakta bahwa Bunga memfitnah Shelly. Mari kita lihat apa yang akan dia katakan.Saat memikirkan hal ini, Julianto tidak tahan untuk memuji kecerdasannya.Pada saat ini, Surya berkata perlahan, "Pada saat itu, Bunga dan Shelly menandatangani kontrak dengan Perusahaan Film Yogu pada saat yang sama. Shelly takut Bunga akan menjadi lebih populer darinya, jadi dia membawa sebuah kalung, lalu menemui Asyim yang belajar ilmu sihir hitam. D
Banyak wartawan yang berusaha berbicara dalam waktu bersamaan, meminta Surya memberikan nomor telepon itu.Namun, Surya berkata sambil tersenyum, "Semuanya, harap bersabar. Kalau Julianto dan Shelly menolak mengakuinya, aku pasti akan memberi kalian nomor Gana dan kapten agen khusus setempat agar kalian bisa memeriksanya."Setelah mengatakan ini, semua orang pada dasarnya cenderung memihak Surya dan Bunga. Bagaimanapun juga, apa yang mereka katakan sangatlah meyakinkan, tapi Julianto dan Shelly masih terdiam sampai sekarang.Pada saat ini, Julianto yang melihat situasi mulai tak terkendali, berkata dengan keras, "Bunga, aku nggak tahu di mana kamu menemukan orang gila ini. Dia hanya bicara omong kosong di sini. Aku beri tahu padamu, kalau kamu memfitnah Shelly dan Perusahaan Film Yogu, kamu benar-benar nggak akan mampu menanggung konsekuensinya.""Haha, kebenarannya sudah terungkap, jadi kamu mulai mengancam lagi, ya?" Surya tersenyum menghina. Dia bahkan menyalakan rokok, lalu mulai m