BRAK…. Suara seseorang yang tengah saling bertabrakan di sebuah kantor. “Aw….. punya mata gak!” protes Christopher dengan geram.
“Ma-maaf, Tuan, saya tidak sengaja.” Jawab Agatha sembari membersihkan jas mahal Christopher dengan tangannya karena tidak sengaja ketumpahan kopi.
“Singkirkan tanganmu itu! Beraninya menyentuh saya!!! Gajimu satu tahun tidak mampu membayarnya!” pekik Christopher mengibaskan tangan Agatha dengan kasar.
“Ma-maafkan saya, Tuan….” Jawab Agatha ketakutan dan terus menunduk.
Belum sempat melampiaskan amarahnya, ada sebuah panggilan dari seseorang yang membuat semakin emosi. “Halo, ada apa?”
“Damn!!! Kenapa harus secepat itu?” protes Christopher ditengah obrolannya via telepon yang membuat Agatha hendak kabur namun sayang sekali tangannya berhasil digenggam dengan kuat.
“Jangan mencoba kabur dari saya! Masalah kita belum selesai!” ancam Christopher menatap tajam.
Agatha tidak bisa berkutik sama sekali, bahkan menatap saja tidak berani. Christopher terkenal sebagai bos yang sangat dingin, arogan dan juga angkuh, maka tak heran, jika karyawan sangat berusaha untuk tidak membuat marah.
“Apakah dia saja yang menjadi kandidatnya?” batin Christopher sembari melihat Agatha dari atas sampai bawah dengan tatapan yang sulit diartikan.
Merasa tidak nyaman, akhirnya Agatha mencoba bertanya, “Mengapa melihat saya seperti itu, Tuan?”
“Saya ada penawaran untukmu,” jawab Christopher terlihat serius.
“Tawaran apa, Tuan?” tanya Agatha penasaran.
“Kamu tidak perlu mengganti jas mahal saya, asalkan….” Ucap Christopher menggantung, membuat Agatha semakin dilanda penasaran.
“Asalkan apa, Tuan?” tanya Agatha memberanikan diri.
“Kamu bersedia membantu untuk pura-pura menjadi calon istri saya.” Jawab Agatha membuat siapapun yang mendengarnya pasti terkejut. Rasanya, mustahil sekali, bos yang sangat dingin dan menjaga jarak dengan karyawannya, tanpa ada angin dan hujan, tiba-tiba mengajak untuk bersandiwara.
Jangankan pura-pura, serius pun, semua wanita yang ditawari seperti itu, pasti akan langsung menerima. Siapa yang tidak mau berpasangan dengan pria kaya raya, hartanya tidak akan habis sampai sepuluh keuturunan sekalipun.
“Sa-saya? Apa anda tidak salah orang, Tuan? Saya ini hanya bawahan anda.” Tanya Agatha memastikan.
“Saya butuh segera, kebetulan saja di sini yang ada itu kamu! Bagaimana? Mau atau tidak?” tanya Christopher tidak suka basa-basi.
“Mengapa menyuruh saya pura-pura menjadi calon anda?” tanya Agatha dengan penuh keraguan
“Karena mamah meminta saya untuk segera membawa calon dalam satu bulan ini, atau nantinya wajib menerima perjodohan yang akan dilakukan dengan teman arisannya. Jelas saya menolak, ini bukan jaman kuno yang mencari pasangan dengan perjodohan!” jawab Christopher membuat Agatha kini mengerti.
Seharusnya setelah mendengar alasan bosnya, bisa membuat Agatha segera mengambil keputusan untuk menerima tawaran tersebut, namun entah mengapa, di hatinya terdapat keraguan. Seperti akan ada hal besar yang menimpanya jika menerima ini.
“Maaf, saya tidak bisa, Tuan…. Lebih baik cari wanita lain saja yang setara.” Tolak Agatha berbicara dengan hati-hati.
“Berani menolak saya? Memang cari masalah, sudah bosan hidup rupanya!” pekik Christopher murka.
“Bu-bukan begitu…. Saya merasa tidak pantas untuk dikenalkan sebagai calon istri, meskipun hanya pura-pura, takutnya nanti tidak selesai sampai situ saja.” Jawab Agatha berusaha membela diri.
“Alasan klise! Setelah selesai menjalankan tugas, anggap saja hutangmu lunas!” jawab Christopher ketus.
“Memang berapa harga jas anda?” tanya Agatha memastikan.
“Dua ratus lima puluh juta,” jawab Christopher dengan angkuhnya sehingga membuat Agatha terkejut.
“Maaf, tapi sepertinya mustahil ada jas semahal itu.” Jawab Agatha membantah dengan sopan.
“Ini jas custom! Bahkan, bahannya juga sangat premium dan desainernya pun ternama.” Ucap Christopher dengan sangat angkuh.
Agatha hanya mampu menelan ludahnya beberapa kali untuk menetralisir rasa terkejutnya, uang sebanyak itu hanya digunakan untuk membuat jas saja? Memang, orang kaya terkadang aneh.
“Kamu sudah banyak membuang waktu saya! Ini cek dan sudah saya tulis nominalnya, anggap saja sebagai uang muka.” Ucap Christopher memberikan selembar cek berisi nominal yang fanatstis.
Agatha menerima cek tersebut lalu membacanya, “Seratus juta?” gumamnya terkejut.
“Itu jumlah kecil bagi saya, besok malam, saya akan menjemputmu, tidak perlu pusing memikirkan mau menggunakan busana dan riasan bagaimana, nanti, akan ada MUA serta stylish yang datang ke rumahmu. Tepat jam tujuh malam saya akan datang.” Ucap Christopher tanpa memberikan jeda bagi Agatha untuk menentukan keputusannya.
“Tapi saya belum memutuskan,” protes Agatha kesal.
“Jika menolak, maka, jas ini wajib kamu ganti sekarang juga! Saya tidak suka bantahan” ucap Christopher dengan sangat egois.
“Saya mana memiliki uang sebanyak itu, Tuan?” ucap Agatha dengan lemasnya.
“Bukan urusan saya! Pilih membayar hutang atau menerima penawaran yang sudah dijelaskan!” jawab Christopher tidak mau tahu.
Sebelum menjawab, ada panggilan dari ponsel Agatha yang membuatnya tiba-tiba merasa panik. “Baiklah, aku segera ke sana!”
“Jika menolak maka jas ini wajib kamu ganti saat ini juga! Saya tidak suka bantahan” ucap Christopher dengan sangat egois.“Saya mana memiliki uang sebanyak itu, Tuan?” ucap Agatha dengan lemasnya.“Bukan urusan saya! Pilih membayar hutang atau menerima penawaran yang sudah dijelaskan!” jawab Christopher tidak mau tahu.Sebelum menjawab, ada panggilan dari ponsel Agatha yang membuatnya tiba-tiba merasa panik. “Baiklah, aku segera ke sana!” Melihat karyawannya tengah terlihat panik, sebenarnya mengundang rasa penasaran, namun terlalu gengsi untuk mengatakan.“Maaf, Tuan…. Saya permisi dulu, ada sesuatu hal yang penting terjadi.” Pamit Agatha seraya menelungkupkan tangan namun segera di tahan oleh atasannya.“Berani sekali meninggalkan saya? Lagian, lihat! Ini masih jam kerja! Perusahaan ini bukan milik nenek moyangmu!” protes Christopher.Agatha lalu menutup kedua matanya sembari mengumpat dalam hati, karena baru menyadari, jika memang masih jam kerja dan dirinya kini juga berhadapan
Tidak berselang lama, kini mereka sudah tiba di rumah megah dan juga luas. Agatha terpana dengan apa yang dilihat di depan matanya.“Siapa dia?” tanya seorang wanita setengah baya yang masih telhat cantik dengan pakaian mewah.“Perkenalkan dirimu dengan baik,” bisik Christopher di telinga Agatha.“Selamat malam, perkenalkan nama saya Agatha Cceillia Cameron.” Sapanya dengan ramah namun sayang sekali, lawan bicaranya tidak menanggapi dengan baik.“Mengapa make up serta berpenampilan segitunya? Pacar sewaanmu?” tebak mamahnya Christopher yang bernama Emmy Royce Prestone.Agatha yang mendengar itu, seketika langsung membelalakan mata karena merasa tidak percaya, semudah itu wanita yang ada di hadapannya mengetahui sandiwara ini.“Salah besar! Karena ini pertemuan penting yang dimana aku memperkenalkannya sebagai calon istri, jadi sudah umumnya sedikit mendapat polesan.” Jawab Christopher dengan tenang.“Cih! Mana mungkin mendapatkan pasangan segitu cepatnya, bilang saja kalau tidak menye
Tidak berselang lama, koper yang dimaksud sudah berada di tangan, "Bukalah.” Ucap Christopher memerintah dengan kedua tangan memegangi koper yang entah apa isinya.Perlahan namun pasti, koper yang terlihat berat sudah terbuka dengan sempurna. “Uang? Sebanyak ini uang semua?” gumamnya memastikan.“Ini ada lima puluh juta, gunakan untuk pengobatan orang tuamu.” Ucap Christopher meletakkan koper berisi setumpuk uang di meja.“Tapi kenapa anda baik sekali?” tanya Agatha penasaran.“Apa selama ini saya jahat?” tanya balik dengan geram.“Bukan begitu, anda baru saja mengenal saya, mengapa tiba-tiba percaya sekali memberikan banyak uang?” tanya Agatha penasaran.“Bukan tiba-tiba, melainkan ada maksud di balik itu semua.” Jawab Christopher membuat Agatha penasaran.“Maksudnya?” tanya Agatha tidak mengerti.“Sesuai apa yang sudah disepakati, kamu akan membantu saya dengan menjadi calon istri pura-pura, sekarang, saya ingin kamu bersedia menjadi istri pura-pura, agar sandiwara ini tidak menimbu
“BERANINYA BERKATA SEPERTI ITU!!! MULAI SEKARANG, PAPAH CABUT SEMUA FASILITAS YANG SELAMA INI KAMU PAKAI DAN ENYAHLAH DARI PERUSAHAAN!” Pekik Hanrey murka karena sang anak selalu membela istrinya.“Papah lupa? Peusahaan sudah menjadi atas namaku,” jawab Christopher tersenyum tipis.“Apa?” pekik Hanrey lalu mengingat kembali, memang benar jika anaknya itu sudah mengakusisi perusahaan, karena, beberapa tahun lalu mengalami kolabs dan hanya Christopher yang mampu mengembalikan kejayaan perusahan, sebagai rasa terima kasih, Hanrey memberikan saham tujuh puluh persen kepadanya dan sekarang, dirinya hanya mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaannya sendiri.“Kenapa, Pah? Baru tersadar? Hanya tiga puluh persen saham Papah di sana, jika aku mau, bisa saja semua saham menjadi milikku. Ingat, Pah, sebelum melangkah, aku sudah memikirkannya beberapa puluh langkah ke depan beserta resikonya.” Ucap Christopher setelah itu meninggalkan kedua orang tuanya yang menahan emosi lantaran tidak e
Karena pikirannya tidak bisa fokus bekerja, akhirnya Christopher segera pulang untuk mendengar secara langsung, apa maksud mama nya datang ke rumah.“Tolong, reschedule semua meeting hari ini sampai besok. Saya harus pulang, segera!” ucapnya kepada sekretaris yang hanya bisa patuh meskipun dalam hati rasanya ingin mengumpat terhadap bosnya yang sering bersikap semena-mena itu.“Bos tidak tau ap ajika reschedule mendadak begini yang ada aku dimarahi para kolega! Dasar!” batinnya lalu menghubungi klien dengan terpaksa.Di perjalanan, dirinya mengendarai mobil dengan sangat cepat, padahal suasana di jalan tengah ramai. Banyak dari mereka membunyikan klason sebagai bentuk protes atas sikap membahayakannya itu namun tidak diambil pusing olehnya.Biasanya, jarak dari rumah ke kantor membutuhkan waktu dua puluh menit, kini bisa dipangkas hanya dalam sepuluh menit saja. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ketika mengendara.“Mama tadi tanya apa saja?” tanya Christopher bergegas menemui istrin
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dari kejauhan dengan eskpresi penuh dendam dan amarah. “Gue tidak sudi jika harus saingan dengan sekretaris yang kecantikannya tidak ada seujung kuku pun dibandingkan gue!”Rebecca tidak terima jika ada seseorang yang mencoba bersaing dengannya, terlebih jika orang itu bukanlah selevel. Ia merasa jika hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang mutlak, makanya dengan segera ia mencari tau siapa sekretaris itu agar nantinya bisa memikirkan cara bagaimana menjauhkan mereka.****Siang hari, Rebecca sudah kembali datang ke kantor Christopher dengan membawa beberapa makanan serta minuman. Melihat suami sekaligus bosnya ada tamu, membuatnya enggan melangkahkan kakinya menuju kantin padahal perut sudah sangat keroncongan.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa Agatha dengan senyum ramah, dirinya tidak menyadari jika yang ada di depannya merupakan Rebbecca, wanita yang sempat membuatnya serta Christopher bersitegan
“Aku gak mau, Christopher!” protes Agatha hendak berdiri dari meja makan namun berhasil di tahan suaminya.“Diamlah!” bisik suaminya penuh penekanan. “Jangan sampai membuat malu!”“Aku sudah makan, perutku sangat kenyang, mengapa tidak makan apa yang di bawa Rebecca saja?” tanya Agatha kesal.“Karena tidak ada istriku di sana, aku tidak mau nantinya salah paham.” Jawab Christopher membuat istrinya geli mendengarnya.Karena tidak mau berakhir panjang, akhirnya ia memilih diam sembari bermain ponsel.“Siapa yang tengah berkirim pesan denganmu?” tanya Christopher penasaran.“Bukan urusanmu, jangan ikut campur.” Jawab Agatha sama sekali tidak menoleh.“Agatha! Jangan memancing emosiku.” Tegur suaminya menatap tajam.“Apa harus aku memberitahu siapapun yang tengah berkirim pesan denganku? Bahkan meskipun itu kakakku sendiri?”