“BERANINYA BERKATA SEPERTI ITU!!! MULAI SEKARANG, PAPAH CABUT SEMUA FASILITAS YANG SELAMA INI KAMU PAKAI DAN ENYAHLAH DARI PERUSAHAAN!” Pekik Hanrey murka karena sang anak selalu membela istrinya.
“Papah lupa? Peusahaan sudah menjadi atas namaku,” jawab Christopher tersenyum tipis.
“Apa?” pekik Hanrey lalu mengingat kembali, memang benar jika anaknya itu sudah mengakusisi perusahaan, karena, beberapa tahun lalu mengalami kolabs dan hanya Christopher yang mampu mengembalikan kejayaan perusahan, sebagai rasa terima kasih, Hanrey memberikan saham tujuh puluh persen kepadanya dan sekarang, dirinya hanya mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaannya sendiri.
“Kenapa, Pah? Baru tersadar? Hanya tiga puluh persen saham Papah di sana, jika aku mau, bisa saja semua saham menjadi milikku. Ingat, Pah, sebelum melangkah, aku sudah memikirkannya beberapa puluh langkah ke depan beserta resikonya.” Ucap Christopher setelah itu meninggalkan kedua orang tuanya yang menahan emosi lantaran tidak enak dengan undangan yang hadir jika terus berdebat.
Christopher lalu menemui penghulu bayaran yang sudah berada di dalam mobil. “Terima kasih sudah membantu saya, tolong jangan sampai ada yang tau,” ucapnya sembari memberikan amplop berwarna cokelat yang sudah disiapkan di saku jasnya.
Emmy yang kebetulan ingin pulang bersama suaminya, melihat dengan jelas anaknya baru saja memberikan sejumlah uang kepada penghulu. “Mencurigakan sekali, aku harus menyelidiki ini”
Sedangkan Hanrey yang juga ikut melihat kemana arah pandangan istrinya, segera memastikan, “Kenapa melihat anak kita seperti itu?”
“Tidak ada apa-apa, sepertinya Mamah mencurigai sesuatu tapi entahlah, buktinya belum kuat.” Jawab Emmy menoleh ke suaminya.
“Soal pernikahan mereka yang tiba-tiba?” tebak Hanrey namun istrinya menggelengkan kepala lantas mengajak suaminya untuk pulang saja karena moodnya tiba-tiba buruk, begitu juga dengan suaminya yang sebenarnya tidak mau datang.
Mereka akhirnya pulang mengendarai mobil sedan mewah tanpa berpamitan kepada kedua mempelai. Agatha yang melihat kepergian kedua mertuanya hanya bisa menghela nafas dengan perlahan sembari tetap menyapa tamu undangan yang datang.
****
Setelah tiba di rumah, Emmy lalu menghubungi seseorang untuk menyelidiki kecurigannya.
“Halo, ada tugas untukmu, segera cari tau siapa penghulu yang tadi menikahkan anak saya.” Ucapnya lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.
Menunggu hampir tiga jam lamanya, tak juga ada informasi yang didapat membuatnya merasa geram. “Kenapa lama sekali? Bisa kerja tidak?” protesnya ketika kembali menghubungi orang suruhannya. Yang membuat dirinya kesal, lantaran orang tersebut rupanya benar-benar seorang penghulu. “Sial! Rasanya tidak mungkin sekali!” batinnya lalu memutus panggilan dan membanting ponsel mahalnya di meja rias.
Tidak mau mneyerah begitu saja, Emmy berpikir dengan keras untuk membongkar rahasia anaknya. Tiba-tiba mendapatkan ide dengan menemui menantunya meskipun rasanya malas sekali, “Demi sebuah fakta, tidak masalah aku menurunkan harga diriku bertemu dengannya!”
Suami yang mengetahui istrinya gelisah dan mondr-mandir terus, segera bertanya, “Ada apa lagi, Mah?”
“Mamah mau mencari informasi mengenai istri Christopher.” Jawab Emmy tidak sabar.
“Dengan cara?” tanya Hanrey memastikan.
“Bertemu langsung dengannya, tapi, di saat anak kita sedang pergi bekerja,” jawabnya membuat Hanrey menggelengkan kepala. “Mengapa ingin sekali membuka semuanya? Jika mereka terbukti saling mencintai, yang ada nanti malu sendiri.” Tegur suaminya namun tidak dihiraukan oleh sang istri.
****
Pukul sepuluh siang, Emmy menemui Agatha di rumahnya.
“Mama?” panggil Agatha memastikan lantaran tiba-tiba saja mertuanya sudah ada di depannya.
“Apa kabar, menantuku?” tanya Emmy basa-basi.
“Ba-baik, mari masuk.” Jawab Agatha sedikit kaget lantaran mertuanya mendadak bersikap baik.
Keduanya lalu memasuki ruang keluarga dengan suasana canggung, terlebih, tidak ada Christopher di sini sehingga dirinya bingung harus memulai obrolan darimana.
“Langsung saja, ya…. saya sebenarnya ingin bertanya banyak hal kepadamu, tolong jawab dengan jujur.” Ucap Emmy to the point yang membuat suasana semakin tegang dan menantunya hanya bisa menganggukkan kepala.
“Apa benar kamu ini manager di perusahaan anak saya? Mengapa jam segini ada di rumah?” tanya Emmy menatap dengan tajam.
“Saya masih cuti, dua hari lagi berangkat, Mah.” Jawab Agatha sedikit takut.
“Makan gaji buta namanya! Lalu, pertanyaan kedua, bagaimana kalian berdua bisa bertemu?” tanya Emmy semakin membuat menantunya tidak nyaman.
“Ka-kami tidak sengaja berpapasan ketika ada meeting, setelah itu kami lebih sering ketemu lantaran projek yang tengah berjalan waktu itu kebetulan saya penanggung jawabnya.” Jawab Agatha berusaha memikirkan alasan tepat dengan cepat.
“Apa hanya begitu saja? Saya tau betul, anak saya tidak akan suka apalagi sembarangan dengan wanita.” Tanya Emmy memancing.
“Memang begitu adanya, Ma.” Jawab Agatha berusaha tetap tenang.
“Masalah pernikahan, apa benar jika kalian saling mencintai? Padahal dulu, Christopher sudah ingin serius dengan seseorang, sayangnya wanita itu lebih memilih mengejar karirnya. Padahal kamu tau sendiri, tanpa bekerja pun, kehidupannya nanti juga pasti akan terjamin.” Tanya Emmy lagi semakin membuat Agatha kebingungan.
“Kami memang saling mencintai bahkan sudah menjalin hubungan terbilang cukup lama, dua tahun. Untuk masalah mengajak saya serius, awalnya juga saya tidak percaya dan saya selalu sadar diri jika status sosial kami tidaklah sama, namun anak anda selalu meyakinkan jika itu tidak penting, baginya, selagi saling mencintai, itu sudah cukup.” Jawab Agatha dengan tenang disertai senyuman manisnya yang membuat mertuanya muak.
“Mengapa selesai acara pernikahan kalian, Christopher memberikan amplop kepada penghulu? Apa tujuannya?” cecar Emmy mengejutkan Agatha namun sebisa mungkin tidak ditampakkan agar mertuanya tidak curiga.
“Mungkin sebagai uang tips, saya juga kurang tau perihal itu. Sampai sekarang belum bilang kepada saya, tapi nanti, setelah Christopher pulang, saya akan langsung menanyakan.” Jawab Agatha masih tetap tenang.
Emmy semakin kesal, sebab tidak ada celah baginya untuk menemukan kesalahan dalam pernikahan mendadak mereka. Karena tidak mau terlalu malu dan terlihat kalah, akhirnya memilih pamit pulang dengan alasan sebentar lagi ada arisan.
Sedangkan menantunya, kini bisa bernafas lega, lantaran mertuanya tidak lagi banyak bertanya, jika sesi tanya jawab tadi berlangsung berjam-jam, mungkin dirinya sudah pingsan dan kehabisan alasan. “Untungnya aku bisa menghandle semua cukup baik, semoga Mamah tidak menaruh curiga.” Gumamnya memilih kembali ke kamar untuk mengistirahatkan pikiran karena tadi sudah terlalu berpikir keras. “Rasanya otak ini hampir keluar asapnya!”
Di dalam kamar, tak lupa memberitahu sang suami perihal kedatangan mertuanya tadi. “Tuan, tadi mama datang ke sini.”
Tidak berselang lama, pesan yang dikirimkan berubah biru, yang tandanya sudah terbaca, kemudian ada balasan masuk dari suaminya. “Apa saja yang mama tanyakan? Kenapa tiba-tiba?”
“Sepertinya mama dan papa curiga dengan kita,” jawab Agatha.
Karena pikirannya tidak bisa fokus bekerja, akhirnya Christopher segera pulang untuk mendengar secara langsung, apa maksud mama nya datang ke rumah.“Tolong, reschedule semua meeting hari ini sampai besok. Saya harus pulang, segera!” ucapnya kepada sekretaris yang hanya bisa patuh meskipun dalam hati rasanya ingin mengumpat terhadap bosnya yang sering bersikap semena-mena itu.“Bos tidak tau ap ajika reschedule mendadak begini yang ada aku dimarahi para kolega! Dasar!” batinnya lalu menghubungi klien dengan terpaksa.Di perjalanan, dirinya mengendarai mobil dengan sangat cepat, padahal suasana di jalan tengah ramai. Banyak dari mereka membunyikan klason sebagai bentuk protes atas sikap membahayakannya itu namun tidak diambil pusing olehnya.Biasanya, jarak dari rumah ke kantor membutuhkan waktu dua puluh menit, kini bisa dipangkas hanya dalam sepuluh menit saja. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ketika mengendara.“Mama tadi tanya apa saja?” tanya Christopher bergegas menemui istrin
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dari kejauhan dengan eskpresi penuh dendam dan amarah. “Gue tidak sudi jika harus saingan dengan sekretaris yang kecantikannya tidak ada seujung kuku pun dibandingkan gue!”Rebecca tidak terima jika ada seseorang yang mencoba bersaing dengannya, terlebih jika orang itu bukanlah selevel. Ia merasa jika hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang mutlak, makanya dengan segera ia mencari tau siapa sekretaris itu agar nantinya bisa memikirkan cara bagaimana menjauhkan mereka.****Siang hari, Rebecca sudah kembali datang ke kantor Christopher dengan membawa beberapa makanan serta minuman. Melihat suami sekaligus bosnya ada tamu, membuatnya enggan melangkahkan kakinya menuju kantin padahal perut sudah sangat keroncongan.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa Agatha dengan senyum ramah, dirinya tidak menyadari jika yang ada di depannya merupakan Rebbecca, wanita yang sempat membuatnya serta Christopher bersitegan
“Aku gak mau, Christopher!” protes Agatha hendak berdiri dari meja makan namun berhasil di tahan suaminya.“Diamlah!” bisik suaminya penuh penekanan. “Jangan sampai membuat malu!”“Aku sudah makan, perutku sangat kenyang, mengapa tidak makan apa yang di bawa Rebecca saja?” tanya Agatha kesal.“Karena tidak ada istriku di sana, aku tidak mau nantinya salah paham.” Jawab Christopher membuat istrinya geli mendengarnya.Karena tidak mau berakhir panjang, akhirnya ia memilih diam sembari bermain ponsel.“Siapa yang tengah berkirim pesan denganmu?” tanya Christopher penasaran.“Bukan urusanmu, jangan ikut campur.” Jawab Agatha sama sekali tidak menoleh.“Agatha! Jangan memancing emosiku.” Tegur suaminya menatap tajam.“Apa harus aku memberitahu siapapun yang tengah berkirim pesan denganku? Bahkan meskipun itu kakakku sendiri?”
“Aaaaaa…….” Teriak Agatha sembari menutup mata dan kedua telinganya dengan tangan.“Turun!” bentak Christopher menggedor kaca mobil yang hampir menabrak istrinya.“Maaf, Tuan…. Saya tidak sengaja,” ucap seseorang membuka jendela mobilnya.“Punya mata gak? Anda hampir saja menabraknya!” bentak Christopher murka lalu pemilik mobil pun turun untuk memastikan keadaan.“Maaf, apa anda baik-baik saja?” tanya penabrak dengan suara lembut kepada Agatha yang tengah menundukkan kepalanya.“I-iya….” Jawabnya sembari mendongakkan kepala hingga mereka berdua saling melihat wajah satu sama lain.“Loh, Agatha? Ternyata kamu.” Tanya penabrak terkejut begitu juga dengan Agatha.“Siapa dia?” batin Christopher menatap penabrak sangat tajam.“Ka-kamu?” tanya Agatha sembari mencoba mengingat.“Ah, rupa
Agatha menimang dengan matang ajakan temannya itu, ingin sekali dirinya bertemu, namun entah mengapa, ada perasaan takut jika nantinya terjadi kesalah pahaman.Bukan ada maksud lain dirinya ingin bertemu Arnes, karena dulu, temannya itu selalu membantunya dan ada di kala susah, kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan, membuat Agatha merasa tidak adil jika belum membalasnya.Setelah berpikir dengan panjang, akhirnya setuju untuk bertemu di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, yaitu Bowerly Caffe.Kebetulan, Arnes datang lebih dulu, dirinya sangat excited untuk kembali bertemu Agatha. “Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja.”Tidak berselang lama, orang yang sedang ditunggu akhirnya datang juga. Agatha terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam selutut dengan rambut yang dibiarkan tergerai bebas.“Maaf, sudah lama nungguin ya?” ucap Agatha t
Ketika perseteruan belum usai, ada seseorang yang ikut menimpali secara tiba-tiba. “Wah…. Sepertinya terjadi sesuatu nih, seru kayaknya.”“Dia siapa lagi?” tanya Arnes memastikan.“Jangan-jangan kamu yang memberitahu Tuan Christopher jika ada aku di sini, iya kan?” tuduh Agatha.“Menuduh tanpa bukti termasuk fitnah!” tegur wanita yang tiba-tiba datang di tengah perdebatan ketiganya, ternyata adalah Rebecca.Karena sudah muak dengan perdebatan sengit yang tengah terjadi, ditambah kehadiran Rebecca semakin merusak suasana, akhirnya Christopher segera menarik paksa tangan istrinya, “AYO PERGI!”Tidak bisa berbuat banyak, akhirnya Agatha hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki suaminya. Sedangkan Arnes, hanya bisa diam sembari melihat kepergian teman semasa sekolahnya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.Melihat langsung semua itu, Rebecca seperti memiliki teman yang
Di lain sisi, ada bahaya tengah mengancam Agatha ketika nantinya pulang kerja. “Segera lakukan dan pastikan jangan sampai meninggalkan jejak sekecil apapun itu! Ingat! Aku membayarmu sangat mahal!” ucap seseorang tengah bertelepon.Setelah beberapa detik telepon selesai, kini Agatha berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi. Tidak berselang lama, ada sebuah taksi yang berhenti di seberang jalan. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung, membuatnya memilih segera menghampiri daripada menunggu taksi yang akan di tumpanginya putar balik dulu.Jalanan yang cukup sepi, membuatnya leluasa untuk berjalan, tanpa di sadari, ada mobil sedan tengah berusaha mencelakainya dengan mengendarai sangat kencang. Suara klakson yang sangat nyaring membuat telinga sangat sakit, terlebih Agatha yang refleks menutup kedua telinga serta memejamkan mata sembari berteriak karena saking terkejutnya tiba-tiba ada mobil melintas.Brak…. Tabrakan tidak bisa dihindari, mobi