“BERANINYA BERKATA SEPERTI ITU!!! MULAI SEKARANG, PAPAH CABUT SEMUA FASILITAS YANG SELAMA INI KAMU PAKAI DAN ENYAHLAH DARI PERUSAHAAN!” Pekik Hanrey murka karena sang anak selalu membela istrinya.
“Papah lupa? Peusahaan sudah menjadi atas namaku,” jawab Christopher tersenyum tipis.
“Apa?” pekik Hanrey lalu mengingat kembali, memang benar jika anaknya itu sudah mengakusisi perusahaan, karena, beberapa tahun lalu mengalami kolabs dan hanya Christopher yang mampu mengembalikan kejayaan perusahan, sebagai rasa terima kasih, Hanrey memberikan saham tujuh puluh persen kepadanya dan sekarang, dirinya hanya mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaannya sendiri.
“Kenapa, Pah? Baru tersadar? Hanya tiga puluh persen saham Papah di sana, jika aku mau, bisa saja semua saham menjadi milikku. Ingat, Pah, sebelum melangkah, aku sudah memikirkannya beberapa puluh langkah ke depan beserta resikonya.” Ucap Christopher setelah itu meninggalkan kedua orang tuanya yang menahan emosi lantaran tidak enak dengan undangan yang hadir jika terus berdebat.
Christopher lalu menemui penghulu bayaran yang sudah berada di dalam mobil. “Terima kasih sudah membantu saya, tolong jangan sampai ada yang tau,” ucapnya sembari memberikan amplop berwarna cokelat yang sudah disiapkan di saku jasnya.
Emmy yang kebetulan ingin pulang bersama suaminya, melihat dengan jelas anaknya baru saja memberikan sejumlah uang kepada penghulu. “Mencurigakan sekali, aku harus menyelidiki ini”
Sedangkan Hanrey yang juga ikut melihat kemana arah pandangan istrinya, segera memastikan, “Kenapa melihat anak kita seperti itu?”
“Tidak ada apa-apa, sepertinya Mamah mencurigai sesuatu tapi entahlah, buktinya belum kuat.” Jawab Emmy menoleh ke suaminya.
“Soal pernikahan mereka yang tiba-tiba?” tebak Hanrey namun istrinya menggelengkan kepala lantas mengajak suaminya untuk pulang saja karena moodnya tiba-tiba buruk, begitu juga dengan suaminya yang sebenarnya tidak mau datang.
Mereka akhirnya pulang mengendarai mobil sedan mewah tanpa berpamitan kepada kedua mempelai. Agatha yang melihat kepergian kedua mertuanya hanya bisa menghela nafas dengan perlahan sembari tetap menyapa tamu undangan yang datang.
****
Setelah tiba di rumah, Emmy lalu menghubungi seseorang untuk menyelidiki kecurigannya.
“Halo, ada tugas untukmu, segera cari tau siapa penghulu yang tadi menikahkan anak saya.” Ucapnya lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.
Menunggu hampir tiga jam lamanya, tak juga ada informasi yang didapat membuatnya merasa geram. “Kenapa lama sekali? Bisa kerja tidak?” protesnya ketika kembali menghubungi orang suruhannya. Yang membuat dirinya kesal, lantaran orang tersebut rupanya benar-benar seorang penghulu. “Sial! Rasanya tidak mungkin sekali!” batinnya lalu memutus panggilan dan membanting ponsel mahalnya di meja rias.
Tidak mau mneyerah begitu saja, Emmy berpikir dengan keras untuk membongkar rahasia anaknya. Tiba-tiba mendapatkan ide dengan menemui menantunya meskipun rasanya malas sekali, “Demi sebuah fakta, tidak masalah aku menurunkan harga diriku bertemu dengannya!”
Suami yang mengetahui istrinya gelisah dan mondr-mandir terus, segera bertanya, “Ada apa lagi, Mah?”
“Mamah mau mencari informasi mengenai istri Christopher.” Jawab Emmy tidak sabar.
“Dengan cara?” tanya Hanrey memastikan.
“Bertemu langsung dengannya, tapi, di saat anak kita sedang pergi bekerja,” jawabnya membuat Hanrey menggelengkan kepala. “Mengapa ingin sekali membuka semuanya? Jika mereka terbukti saling mencintai, yang ada nanti malu sendiri.” Tegur suaminya namun tidak dihiraukan oleh sang istri.
****
Pukul sepuluh siang, Emmy menemui Agatha di rumahnya.
“Mama?” panggil Agatha memastikan lantaran tiba-tiba saja mertuanya sudah ada di depannya.
“Apa kabar, menantuku?” tanya Emmy basa-basi.
“Ba-baik, mari masuk.” Jawab Agatha sedikit kaget lantaran mertuanya mendadak bersikap baik.
Keduanya lalu memasuki ruang keluarga dengan suasana canggung, terlebih, tidak ada Christopher di sini sehingga dirinya bingung harus memulai obrolan darimana.
“Langsung saja, ya…. saya sebenarnya ingin bertanya banyak hal kepadamu, tolong jawab dengan jujur.” Ucap Emmy to the point yang membuat suasana semakin tegang dan menantunya hanya bisa menganggukkan kepala.
“Apa benar kamu ini manager di perusahaan anak saya? Mengapa jam segini ada di rumah?” tanya Emmy menatap dengan tajam.
“Saya masih cuti, dua hari lagi berangkat, Mah.” Jawab Agatha sedikit takut.
“Makan gaji buta namanya! Lalu, pertanyaan kedua, bagaimana kalian berdua bisa bertemu?” tanya Emmy semakin membuat menantunya tidak nyaman.
“Ka-kami tidak sengaja berpapasan ketika ada meeting, setelah itu kami lebih sering ketemu lantaran projek yang tengah berjalan waktu itu kebetulan saya penanggung jawabnya.” Jawab Agatha berusaha memikirkan alasan tepat dengan cepat.
“Apa hanya begitu saja? Saya tau betul, anak saya tidak akan suka apalagi sembarangan dengan wanita.” Tanya Emmy memancing.
“Memang begitu adanya, Ma.” Jawab Agatha berusaha tetap tenang.
“Masalah pernikahan, apa benar jika kalian saling mencintai? Padahal dulu, Christopher sudah ingin serius dengan seseorang, sayangnya wanita itu lebih memilih mengejar karirnya. Padahal kamu tau sendiri, tanpa bekerja pun, kehidupannya nanti juga pasti akan terjamin.” Tanya Emmy lagi semakin membuat Agatha kebingungan.
“Kami memang saling mencintai bahkan sudah menjalin hubungan terbilang cukup lama, dua tahun. Untuk masalah mengajak saya serius, awalnya juga saya tidak percaya dan saya selalu sadar diri jika status sosial kami tidaklah sama, namun anak anda selalu meyakinkan jika itu tidak penting, baginya, selagi saling mencintai, itu sudah cukup.” Jawab Agatha dengan tenang disertai senyuman manisnya yang membuat mertuanya muak.
“Mengapa selesai acara pernikahan kalian, Christopher memberikan amplop kepada penghulu? Apa tujuannya?” cecar Emmy mengejutkan Agatha namun sebisa mungkin tidak ditampakkan agar mertuanya tidak curiga.
“Mungkin sebagai uang tips, saya juga kurang tau perihal itu. Sampai sekarang belum bilang kepada saya, tapi nanti, setelah Christopher pulang, saya akan langsung menanyakan.” Jawab Agatha masih tetap tenang.
Emmy semakin kesal, sebab tidak ada celah baginya untuk menemukan kesalahan dalam pernikahan mendadak mereka. Karena tidak mau terlalu malu dan terlihat kalah, akhirnya memilih pamit pulang dengan alasan sebentar lagi ada arisan.
Sedangkan menantunya, kini bisa bernafas lega, lantaran mertuanya tidak lagi banyak bertanya, jika sesi tanya jawab tadi berlangsung berjam-jam, mungkin dirinya sudah pingsan dan kehabisan alasan. “Untungnya aku bisa menghandle semua cukup baik, semoga Mamah tidak menaruh curiga.” Gumamnya memilih kembali ke kamar untuk mengistirahatkan pikiran karena tadi sudah terlalu berpikir keras. “Rasanya otak ini hampir keluar asapnya!”
Di dalam kamar, tak lupa memberitahu sang suami perihal kedatangan mertuanya tadi. “Tuan, tadi mama datang ke sini.”
Tidak berselang lama, pesan yang dikirimkan berubah biru, yang tandanya sudah terbaca, kemudian ada balasan masuk dari suaminya. “Apa saja yang mama tanyakan? Kenapa tiba-tiba?”
“Sepertinya mama dan papa curiga dengan kita,” jawab Agatha.
Karena pikirannya tidak bisa fokus bekerja, akhirnya Christopher segera pulang untuk mendengar secara langsung, apa maksud mama nya datang ke rumah.“Tolong, reschedule semua meeting hari ini sampai besok. Saya harus pulang, segera!” ucapnya kepada sekretaris yang hanya bisa patuh meskipun dalam hati rasanya ingin mengumpat terhadap bosnya yang sering bersikap semena-mena itu.“Bos tidak tau ap ajika reschedule mendadak begini yang ada aku dimarahi para kolega! Dasar!” batinnya lalu menghubungi klien dengan terpaksa.Di perjalanan, dirinya mengendarai mobil dengan sangat cepat, padahal suasana di jalan tengah ramai. Banyak dari mereka membunyikan klason sebagai bentuk protes atas sikap membahayakannya itu namun tidak diambil pusing olehnya.Biasanya, jarak dari rumah ke kantor membutuhkan waktu dua puluh menit, kini bisa dipangkas hanya dalam sepuluh menit saja. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ketika mengendara.“Mama tadi tanya apa saja?” tanya Christopher bergegas menemui istrin
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dari kejauhan dengan eskpresi penuh dendam dan amarah. “Gue tidak sudi jika harus saingan dengan sekretaris yang kecantikannya tidak ada seujung kuku pun dibandingkan gue!”Rebecca tidak terima jika ada seseorang yang mencoba bersaing dengannya, terlebih jika orang itu bukanlah selevel. Ia merasa jika hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang mutlak, makanya dengan segera ia mencari tau siapa sekretaris itu agar nantinya bisa memikirkan cara bagaimana menjauhkan mereka.****Siang hari, Rebecca sudah kembali datang ke kantor Christopher dengan membawa beberapa makanan serta minuman. Melihat suami sekaligus bosnya ada tamu, membuatnya enggan melangkahkan kakinya menuju kantin padahal perut sudah sangat keroncongan.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa Agatha dengan senyum ramah, dirinya tidak menyadari jika yang ada di depannya merupakan Rebbecca, wanita yang sempat membuatnya serta Christopher bersitegan
“Aku gak mau, Christopher!” protes Agatha hendak berdiri dari meja makan namun berhasil di tahan suaminya.“Diamlah!” bisik suaminya penuh penekanan. “Jangan sampai membuat malu!”“Aku sudah makan, perutku sangat kenyang, mengapa tidak makan apa yang di bawa Rebecca saja?” tanya Agatha kesal.“Karena tidak ada istriku di sana, aku tidak mau nantinya salah paham.” Jawab Christopher membuat istrinya geli mendengarnya.Karena tidak mau berakhir panjang, akhirnya ia memilih diam sembari bermain ponsel.“Siapa yang tengah berkirim pesan denganmu?” tanya Christopher penasaran.“Bukan urusanmu, jangan ikut campur.” Jawab Agatha sama sekali tidak menoleh.“Agatha! Jangan memancing emosiku.” Tegur suaminya menatap tajam.“Apa harus aku memberitahu siapapun yang tengah berkirim pesan denganku? Bahkan meskipun itu kakakku sendiri?”
“Aaaaaa…….” Teriak Agatha sembari menutup mata dan kedua telinganya dengan tangan.“Turun!” bentak Christopher menggedor kaca mobil yang hampir menabrak istrinya.“Maaf, Tuan…. Saya tidak sengaja,” ucap seseorang membuka jendela mobilnya.“Punya mata gak? Anda hampir saja menabraknya!” bentak Christopher murka lalu pemilik mobil pun turun untuk memastikan keadaan.“Maaf, apa anda baik-baik saja?” tanya penabrak dengan suara lembut kepada Agatha yang tengah menundukkan kepalanya.“I-iya….” Jawabnya sembari mendongakkan kepala hingga mereka berdua saling melihat wajah satu sama lain.“Loh, Agatha? Ternyata kamu.” Tanya penabrak terkejut begitu juga dengan Agatha.“Siapa dia?” batin Christopher menatap penabrak sangat tajam.“Ka-kamu?” tanya Agatha sembari mencoba mengingat.“Ah, rupa
Agatha menimang dengan matang ajakan temannya itu, ingin sekali dirinya bertemu, namun entah mengapa, ada perasaan takut jika nantinya terjadi kesalah pahaman.Bukan ada maksud lain dirinya ingin bertemu Arnes, karena dulu, temannya itu selalu membantunya dan ada di kala susah, kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan, membuat Agatha merasa tidak adil jika belum membalasnya.Setelah berpikir dengan panjang, akhirnya setuju untuk bertemu di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, yaitu Bowerly Caffe.Kebetulan, Arnes datang lebih dulu, dirinya sangat excited untuk kembali bertemu Agatha. “Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja.”Tidak berselang lama, orang yang sedang ditunggu akhirnya datang juga. Agatha terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam selutut dengan rambut yang dibiarkan tergerai bebas.“Maaf, sudah lama nungguin ya?” ucap Agatha t
Ketika perseteruan belum usai, ada seseorang yang ikut menimpali secara tiba-tiba. “Wah…. Sepertinya terjadi sesuatu nih, seru kayaknya.”“Dia siapa lagi?” tanya Arnes memastikan.“Jangan-jangan kamu yang memberitahu Tuan Christopher jika ada aku di sini, iya kan?” tuduh Agatha.“Menuduh tanpa bukti termasuk fitnah!” tegur wanita yang tiba-tiba datang di tengah perdebatan ketiganya, ternyata adalah Rebecca.Karena sudah muak dengan perdebatan sengit yang tengah terjadi, ditambah kehadiran Rebecca semakin merusak suasana, akhirnya Christopher segera menarik paksa tangan istrinya, “AYO PERGI!”Tidak bisa berbuat banyak, akhirnya Agatha hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki suaminya. Sedangkan Arnes, hanya bisa diam sembari melihat kepergian teman semasa sekolahnya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.Melihat langsung semua itu, Rebecca seperti memiliki teman yang
Di lain sisi, ada bahaya tengah mengancam Agatha ketika nantinya pulang kerja. “Segera lakukan dan pastikan jangan sampai meninggalkan jejak sekecil apapun itu! Ingat! Aku membayarmu sangat mahal!” ucap seseorang tengah bertelepon.Setelah beberapa detik telepon selesai, kini Agatha berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi. Tidak berselang lama, ada sebuah taksi yang berhenti di seberang jalan. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung, membuatnya memilih segera menghampiri daripada menunggu taksi yang akan di tumpanginya putar balik dulu.Jalanan yang cukup sepi, membuatnya leluasa untuk berjalan, tanpa di sadari, ada mobil sedan tengah berusaha mencelakainya dengan mengendarai sangat kencang. Suara klakson yang sangat nyaring membuat telinga sangat sakit, terlebih Agatha yang refleks menutup kedua telinga serta memejamkan mata sembari berteriak karena saking terkejutnya tiba-tiba ada mobil melintas.Brak…. Tabrakan tidak bisa dihindari, mobi
“Hari ini, aku mengubur semua rasa yang ada di hati dengan harapan esok hari digantikan dengan kebahagiaan serta keberuntungan yang selalu mengiringi langkahku serta Kak Axel. Rasa sakit hati dan sedihku ini, akan aku tinggalkan di kota ini untuk menjadi saksi, jika esok aku kembali, rasa itu masih ada namun aku hanya ingin mengingatnya sejenak setelah itu melupakan. Semoga saja, Christopher menemukan pengganti yang lebih baik dariku dan setara di mata keluarganya, terutama kedua orang tuanya.” Batin Agatha dengan berlinang air mata, tangisan tanpa suara sangatlah menyakitkan.Axel sangat merasakan kesedihan yang tengah dirasakan oleh adiknya, namun, semua ini sudah menjadi sebuah kesepakatan yang harus segera dilakukan. Keselamatan Agatha adalah yang utama baginya, mengingat kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi, hanya dia satu-satunya keluarga yang dimiliki. Keselamatan serta kebahagiaan Agatha kini merupakan tanggung jawabnya.
“Katakanlah, aku akan mendengarkan sampai selesai.” Ucap Christopher berusaha siap.“Aku ingin meminta bagian saham perusahaan yang seharusnya menjadi milik kami, kalau bisa sekarang. Kami akan pergi dari sini dan memulai hidup baru di luar kota atau bisa saja luar negeri.” Ucap Agatha berusaha tenang agar suaranya tidak bergetar.“Mengapa semudah itu kamu katakan? Kita sudah menikah resmi, bukan lagi pernikahan kontrak.” Protes Christopher syok.“Maka dari itu, aku berani bilang karena posisinya menjadi istri sahmu. Jadi, tidak hanya saham perusahaan saja tapi aku meminta harta gono gini juga. Hidup harus realistis, jika tidak menguntungkan buat apa bertahan? Aku sudah hampir kehilangan nyawa, tidak mau terjadi kedua kalinya, kecuali memang ajal yang menjemput.” Ucap Agatha begitu menyakiti hati suaminya.“Aku sudah mencintaimu, Agatha. Mengapa tega mengatakan itu?” protes Christopher.&l
“Pah, jujur saja, melihat posisi seperti ini membuat hatiku sedih. Namun aku tidak bisa berbuat banyak, karena Papah memang bersalah dan membahayakan. Maka dari itu, maaf jika kesaksianku tadi memberatkan Papah." Jawab Agatha.“Aku tidak peduli! Tidak lama lagi aku pasti akan bebas! Dan kamu, orang pertama yang akan langsung saya incar!” ancam Hanrey.“Mengapa masih terus membenciku, Pah?” tanya Agatha heran.“Selama kamu masih menjadi istri dari anakku, selama itu juga aku membencimu! Mau tau bagaimana supaya aku bisa memaafkanmu?” tanya balik Hanrey dan Agatha menganggukkan kepala.“Pergi dari kehidupan anak saya selamanya, nanti akan saya berikan sejumlah uang untuk kalian bertahan hidup dan saham perusahaan yang sudah saya sisihkan untuk kalian berdua, nantinya akan saya berikan. Jadi, setiap bulan kalian masih akan tetap memiliki penghasilan. Bagaimana? Ini sebuah perjanjian yang menguntungkan melebihi
Setelah mendapatkan telepon dari kantor polisi, Christopher segera ke sana untuk memastikan sekaligus mencari tau, apa penyebab ayahnya di tangkap. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, membuatnya banyak di maki pengendara yang lainnya namun tidak ada waktu baginya untuk meladeni dan hanya membalas dengan suara klakson yang sangat nyaring.Tiba di kantor polisi, Christopher segera menemui ayahnya yang kebetulan selesai dimintai keterangan. “Pah, sebenarnya ada apa?”“Kamu datang sendirian?” Tanya Hanrey memastikan. Pertanyaan yang justru membuat Christopher merasa heran, mengapa justru ayahnya malah menanyakan hal tidak penting seperti ini.“Iya, soalnya mamah entah kemana, di telepon tidak tersambung.” Jawab Christopher.“Istriku juga kakaknya, kemana?” Tanya Hanrey memastikan yang kali ini semakin membuat anaknya penuh akan tanda Tanya.“Tumben sekali Papah menanyakan istri se
“Mengapa kamu membelanya? Kamu terima diperlakukan seperti ini?” Tanya Axel heran.“Mau bagaimana pun juga dia adalah mertuaku, ayah dari suamiku, jika membunuhnya begini, yang ada suami serta mamah mertua akan semakin membenciku.” Jawab Agatha masih memikirkan orang lain yang membuat Axel geram.“Lalu, kamu mau jika kita saja yang meninggal?” Tanya Axel geram, Agatha menggeleng kepala dengan cepat.“Aku ingin semuanya hidup.” Pinta Agatha.“Aku akan membebaskan kalian tapi ada syaratnya.” Ucap Hanrey membuat Agatha penasaran, namun tidak bagi Axel.“Jangan berkata seolah memberi angina segar jika kenyataannya bohong! Hidupmu penuh akan tipu daya!” protes Axel.Belum juga Hanrey menjawab pertanyaan, sudah ada suara dari belakangnya. “Angkat tangan!”Hanrey berbalik arah untuk memastikan, siapa yang sudah mengancamnya. “Sial!”
“APA? KURANG AJAR SEKALI! KITA HARUS BERGERAK CEPAT! AYO!” perintah Hanrey sangat marah dan semua anak buahnya kini tengah sibuk entah apa itu. Agatha tidak bisa melihatnya dengan jelas lantaran pintunya setengah tertutup.“Mereka sepertinya tengah mempersiapkan sesuatu yang penting, nyatanya sampai lalai menutup pintu. Syukur deh, aku bisa keluar sekarang secara diam-diam.” Batin Agatha memanfaatkan waktu sebaik mungkin.Ini bsia menjadi kesempatannya untuk keluar dan menemui kakaknya.Agatha berjalan mengendap-endap sembari matanya terus mengawasi sekeliling agar tidak ada yang memergokinya, tidak hanya itu, jantungnya berdegup sangat kencang karena takut ketahuan.Setiap ruangan tidak luput dari pencariannya namun tidak ada tanda keberadaan kakaknya, Axel. “Apakah ayah mertua membohongiku? Kakak memang sudah di bawa namun tidak di sini?” tebaknya namun feelingnya mengatakan jika Axel berada di sini.Matanya la
Setelah berhasil mengabari orang terdekatnya, saat itu juga dirinya sengaja menonaktifkan ponsel supaya awet jika sewaktu-waktu di butuhkan. Tidak lupa menyimpannya dengan sangat aman di belakang celana jeansnya.Tidak mau berdiam diri, dirinya terus mencari celah untuk keluar dan mencari dimana keberadaan adiknya. Pintu yang dikunci dari luar, jendela yang di trails, ventilasi udara sangat jauh jaraknya dan kemungkinan untuk bisa lolos dari sana sangat kecil, membuatnya hampir menyerah, namun semangatnya kembali membara takala mengingat adiknya yang sama-sama di culik orang yang sama.Untuk mencongkel trails di jendela kamar rasanya sangat susah karena tidak ada perlatan yang tersedia, bahkan, dirinya juga tidak membawa alat apapun selain ponsel juga dompet.Akhirnya, ia mencoba menumpuk beberapa kursi supaya sampai di ventilasi, namun sayang sekali susah. Tingginya ventilasi tidak mampu di gapai dengan postur tingginya.“Sepertinya mereka memang s
Dengan cepat Agatha menggelengkan kepala berulang kali, “Bukan, masalah itu justru saya baru mengetahuinya. Suami saya sendiri yang mengatakan, saya juga kaget ketika mendengarnya.”“Mustahil!! Jika memang baru mengetahui, seharusnya kamu segera meminta anak saya untuk menemui orang tuanya dan meminta maaf. Tapi kenyataannya apa? Kamu justru membuat saya dan Christopher berjarak!” pekik Hanrey menatap menantunya penuh kebencian.“Bagaimana saya bisa menegur jika tiba-tiba anak buah anda menculik saya,” ucap Agatha membela diri.“Alasan saja! Kamu memang sengaja membuat hubungan kami renggang dan mengajak anak saya untuk berlibur ke Bali, cerdik sekali.” Pekik Hanrey.“Anda salah paham,” ucap Agatha berlinang air mata. Dirinya yang tidak tau apa-apa malah justru harus menerima ganjarannya.“Apa yang sudah saya pikirkan, tidak pernah meleset dan salah! Sekarang, waktunya untukmu merasa
Sedangkan di lain sisi, obat bius yang berada di tubuhnya kini telah habis, sehingga ketika tersadar, posisinya sudah berubah di sebuah pesawat namun penumpangnya hanya dirinya dan tiga pria berbadan kekar tadi yang sempat menanyakannya.“Kalian siapa? Mau apa?” Tanya Agatha dengan penuh ketakutan.“Mau membawamu ke suatu tempat yang tidak kalah indahnya dengan hotel tempatmu menginap, wanita cantik.” Jawab Edo tersenyum smirk, apalagi tatapannya sangat membuat Agatha takut.“Bebaskan aku, tolong! Aku tidak pernah berbuat jahat terhadap siapapun.” Rengek Agatha dimana kedua tangannya di borgol.“Nanti akan ada waktunya,” jawab Edo lalu mengirimkan pesan kepada seseorang, ingin sekali Agatha melihatnya namun ketahuan, hal itu membuat orang suruhan Hanrey menjadi marah dan langsung memukul tengkuk Agatha sangat keras dan tidak berselang lama, pingsan. “Tinggal diam saja apa susahnya, pakai ingin tau sega