Tidak berselang lama, koper yang dimaksud sudah berada di tangan, "Bukalah.” Ucap Christopher memerintah dengan kedua tangan memegangi koper yang entah apa isinya.
Perlahan namun pasti, koper yang terlihat berat sudah terbuka dengan sempurna. “Uang? Sebanyak ini uang semua?” gumamnya memastikan.
“Ini ada lima puluh juta, gunakan untuk pengobatan orang tuamu.” Ucap Christopher meletakkan koper berisi setumpuk uang di meja.
“Tapi kenapa anda baik sekali?” tanya Agatha penasaran.
“Apa selama ini saya jahat?” tanya balik dengan geram.
“Bukan begitu, anda baru saja mengenal saya, mengapa tiba-tiba percaya sekali memberikan banyak uang?” tanya Agatha penasaran.
“Bukan tiba-tiba, melainkan ada maksud di balik itu semua.” Jawab Christopher membuat Agatha penasaran.
“Maksudnya?” tanya Agatha tidak mengerti.
“Sesuai apa yang sudah disepakati, kamu akan membantu saya dengan menjadi calon istri pura-pura, sekarang, saya ingin kamu bersedia menjadi istri pura-pura, agar sandiwara ini tidak menimbulkan curiga.” Jawab Christopher membuat Agatha kaget.
“Ini mustahil, Tuan.” Jawab Agatha mengejutkan Christopher.
“Kenapa bicaramu seperti itu?” tanya Christopher penasaran.
“Kita berbeda status, jika saya menikah dengan anda, yang ada, kedua orang tuamu semakin membenci saya.” Jawab Agatha terdengar cukup logis lantaran dirinya sadar diri status sosial jauh berbeda.
“Tidak usah khawatir, kita menikah hanya pura-pura saja dan berlangsung selama enam bulan. Waktu yang sangat singkat bukan? Nanti kalau kamu setuju, akan saya berikan dua miliar rupiah.” Ucapan yang membuat Agatha meneguk ludahnya berkali-kali, uang sebanyak itu diberikan secara cuma-cuma?
“DU-DUA MILIAR?” Pekik Agatha memastikan karena saking terkejutnya yang dijawab menganggukkan kepala sembari meminta untuk mengecilkan suara. “Itu jumlah yang sangat besar,”
“Kita sudah melangkah sejauh ini, bahkan, aku mengatakan kepada orang tuaku jika bulan depan akan menikahimu, maka dari itu, mari wujudkan.” Ucap Christopher sangat mudahnya.
“Saya butuh waktu untuk memikirkan ini semua, Tuan, menikah bukanlah sebuah permainan.” Pinta Agatha mengulur waktu.
“Saya tunggu sampai besok siang, ketika jam istirahat kantor, kalau begitu saya pulang dulu,” pamit Christopher meninggalkan koper yang berisi setumpuk uang.
Baru beberapa menit ditinggal, adiknya kembali panik, lantaran kondisi ibunya semakin kritis, oksigen yang ada di dalam tubuh tersisa tiga puluh persen saja sedangkan ala-alat yang sejak awal terpasang, tidak diterima dengan baik oleh tubuh.
Dengan keadaan panik, akhirnya uang yang ada di koper terpaksa dipakainya lalu memberitahu dokter untuk memasangkan ring.
****
Jam makan siang tiba juga, Agatha menemui bosnya di ruangan dengan perasaan deg-degan.
“Bagaimana keputusannya?” tanya Christopher tanpa basa-basi.
“Saya sudah memakai uang yang ada di koper, lantaran kemarin kondisi ibu saya semakin kritis,” jawab Agatha dengan wajah sendu.
“Lalu?” tanya Christopher memastikan meskipun dirinya sudah tau apa jawabannya.
“Saya bersedia menjadi istri pura-pura anda.” Jawab Agatha setelah mengatur nafas berkali-kali.
Senyum bahagia tersungging di bibir, kini, tinggal menunggu bulan besok untuk menuntaskan semuanya. Setelah mengatakan itu, Agatha pamit keluar, mereka akan bertemu lagi dua minggu sebelum hari pernikahan sembari menyiapkan segalanya supaya terkesan nyata.
“Semoga keputusanku ini tepat dan terbaik, jika bukan karena Ibu, lebih baik tidak berurusan dengan bos arogan sepertinya.” Batin Agatha sembari melangkahkan kaki menuju kantin.
Dua minggu kemudian, mereka bertemu guna mempersiapkan semuanya, dari kebaya, souvenir juga dekorasi. Agatha merasa heran, ini semua hanya pura-pura tapi mengapa terkesan nyata?
“Saya tidak suka melakukan sesuatu setengah-setengah, semuanya harus totalitas namun untuk tamu undangan, cukup keluarga saja yang hadir.” Ucap Christopher disetujui oleh Emilly.
****
Puncaknya pun tiba, dimana keduanya akan berakting menikah dan menjadi sepasang suami istri. penampilannya sangat cantik dengan mengenakan kebaya berwarna putih gading dengan aksesoris kalung yang semakin terpancar kemewahan. Christopher sempat terpana dengan kecantikan managernya itu sebelum akhirnya tersadar dengan deheman penghulu bayaran. “Apakah bisa segera dilaksanakan?” tanya penghulu memastikan yang dijawab anggukan kepala.
“Saya nikahkan engkau, Christopher Royce Preston dengan wanita pilihamu sendiri, Agatha Cecillia Cameron dengan mahar, emas batangan seberat satu kilogram dan satu unit rumah, dibayar tunai.” Ucap penghulu dengan tegasnya lalu Christopher mengulang perkataan tersebut dalam satu helaan nafas dan lancar.
Kini, di hadapan keluarga, mereka sudah sah menjadi suami istri, bahkan, buku nikah juga di tunjukkan sebagai wujud dari totalitas.
Agatha tidak menyangka, jika akan melakukan sandiwara sejauh ini, bahkan pasangan yang menjadi suami pura-puranya merupakan bos di tempatnya bekerja. “Rasanya seperti mimpi.” Gumamnya masih tidak percaya semua ini terjadi.
Sedangkan Christopher kini tengah diajak berbincang dengan kedua oang tuanya.
“Papah kecewa sekali padamu, kami masih sehat, mengapa memutuskan semuanya sendiri? Apa sudah tidak berarti lagi kami sebagai orang tuamu?” tanya Hanrey Royce Preston dengan wajah penuh kecewa.
“Kita sudah membahas ini sama mamah bulan lalu, respon yang diberikan sangatlah tidak baik. Sekarang, semuanya sudah jelas, diantara aku dan Agatha tidak ada sandiwara, kami memang saling mencintai dan aku harap, setelah ini jangan ada hal-hal yang membuatku tidak suka lagi.” Jawab Christopher dengan santainya.
“Semenjak mengenal wanita itu sikapmu, berubah! Mudah sekali menentang kami!” pekik Emmy kecewa.
“Karena mamah terlalu merendahkan Agatha, itu membuatku tidak suka dan kecewa.” Ucap Christopher membela diri.
“Sampai kapanpun, Mamah tidak akan menerimanya sebagai menantu!” ucap Emmy geram.
“Tidak masalah, aku akan menjaga jarak supaya tidak selalu sakit hati karena ucapan orang tuaku sendiri.” Jawab Christopher menantang.
“BERANINYA BERKATA SEPERTI ITU!!! MULAI SEKARANG, PAPAH CABUT SEMUA FASILITAS YANG SELAMA INI KAMU PAKAI DAN ENYAHLAH DARI PERUSAHAAN!” Pekik Hanrey murka karena sang anak selalu membela istrinya.
“Papah lupa? Peusahaan sudah menjadi atas namaku,” jawab Christopher tersenyum tipis.
“Apa?” pekik Hanrey lalu mengingat kembali, memang benar jika anaknya itu sudah mengakusisi perusahaan, karena, beberapa tahun lalu mengalami kolabs dan hanya Christopher yang mampu mengembalikan kejayaan perusahan, sebagai rasa terima kasih, Hanrey memberikan saham tujuh puluh persen kepadanya dan sekarang, dirinya hanya mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaannya sendiri.
“Kenapa, Pah? Baru tersadar? Hanya tiga puluh persen saham Papah di sana, jika aku mau, bisa saja semua saham menjadi milikku. Ingat, Pah, sebelum melangkah, aku sudah memikirkannya beberapa puluh langkah ke depan beserta resikonya.” Ucap Christopher setelah itu meninggalkan kedua orang tuanya yang menahan emosi lantaran tidak enak dengan undangan yang hadir jika terus berdebat.
Christopher lalu menemui penghulu bayaran yang sudah berada di dalam mobil. “Terima kasih sudah membantu saya, tolong jangan sampai ada yang tau,” ucapnya sembari memberikan amplop berwarna cokelat yang sudah disiapkan di saku jasnya.
Emmy yang kebetulan ingin pulang bersama suaminya, melihat dengan jelas anaknya baru saja memberikan sejumlah uang kepada penghulu. “Mencurigakan sekali, aku harus menyelidiki ini”
“BERANINYA BERKATA SEPERTI ITU!!! MULAI SEKARANG, PAPAH CABUT SEMUA FASILITAS YANG SELAMA INI KAMU PAKAI DAN ENYAHLAH DARI PERUSAHAAN!” Pekik Hanrey murka karena sang anak selalu membela istrinya.“Papah lupa? Peusahaan sudah menjadi atas namaku,” jawab Christopher tersenyum tipis.“Apa?” pekik Hanrey lalu mengingat kembali, memang benar jika anaknya itu sudah mengakusisi perusahaan, karena, beberapa tahun lalu mengalami kolabs dan hanya Christopher yang mampu mengembalikan kejayaan perusahan, sebagai rasa terima kasih, Hanrey memberikan saham tujuh puluh persen kepadanya dan sekarang, dirinya hanya mendapatkan tiga puluh persen saham di perusahaannya sendiri.“Kenapa, Pah? Baru tersadar? Hanya tiga puluh persen saham Papah di sana, jika aku mau, bisa saja semua saham menjadi milikku. Ingat, Pah, sebelum melangkah, aku sudah memikirkannya beberapa puluh langkah ke depan beserta resikonya.” Ucap Christopher setelah itu meninggalkan kedua orang tuanya yang menahan emosi lantaran tidak e
Karena pikirannya tidak bisa fokus bekerja, akhirnya Christopher segera pulang untuk mendengar secara langsung, apa maksud mama nya datang ke rumah.“Tolong, reschedule semua meeting hari ini sampai besok. Saya harus pulang, segera!” ucapnya kepada sekretaris yang hanya bisa patuh meskipun dalam hati rasanya ingin mengumpat terhadap bosnya yang sering bersikap semena-mena itu.“Bos tidak tau ap ajika reschedule mendadak begini yang ada aku dimarahi para kolega! Dasar!” batinnya lalu menghubungi klien dengan terpaksa.Di perjalanan, dirinya mengendarai mobil dengan sangat cepat, padahal suasana di jalan tengah ramai. Banyak dari mereka membunyikan klason sebagai bentuk protes atas sikap membahayakannya itu namun tidak diambil pusing olehnya.Biasanya, jarak dari rumah ke kantor membutuhkan waktu dua puluh menit, kini bisa dipangkas hanya dalam sepuluh menit saja. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ketika mengendara.“Mama tadi tanya apa saja?” tanya Christopher bergegas menemui istrin
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dari kejauhan dengan eskpresi penuh dendam dan amarah. “Gue tidak sudi jika harus saingan dengan sekretaris yang kecantikannya tidak ada seujung kuku pun dibandingkan gue!”Rebecca tidak terima jika ada seseorang yang mencoba bersaing dengannya, terlebih jika orang itu bukanlah selevel. Ia merasa jika hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang mutlak, makanya dengan segera ia mencari tau siapa sekretaris itu agar nantinya bisa memikirkan cara bagaimana menjauhkan mereka.****Siang hari, Rebecca sudah kembali datang ke kantor Christopher dengan membawa beberapa makanan serta minuman. Melihat suami sekaligus bosnya ada tamu, membuatnya enggan melangkahkan kakinya menuju kantin padahal perut sudah sangat keroncongan.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa Agatha dengan senyum ramah, dirinya tidak menyadari jika yang ada di depannya merupakan Rebbecca, wanita yang sempat membuatnya serta Christopher bersitegan
“Aku gak mau, Christopher!” protes Agatha hendak berdiri dari meja makan namun berhasil di tahan suaminya.“Diamlah!” bisik suaminya penuh penekanan. “Jangan sampai membuat malu!”“Aku sudah makan, perutku sangat kenyang, mengapa tidak makan apa yang di bawa Rebecca saja?” tanya Agatha kesal.“Karena tidak ada istriku di sana, aku tidak mau nantinya salah paham.” Jawab Christopher membuat istrinya geli mendengarnya.Karena tidak mau berakhir panjang, akhirnya ia memilih diam sembari bermain ponsel.“Siapa yang tengah berkirim pesan denganmu?” tanya Christopher penasaran.“Bukan urusanmu, jangan ikut campur.” Jawab Agatha sama sekali tidak menoleh.“Agatha! Jangan memancing emosiku.” Tegur suaminya menatap tajam.“Apa harus aku memberitahu siapapun yang tengah berkirim pesan denganku? Bahkan meskipun itu kakakku sendiri?”
“Aaaaaa…….” Teriak Agatha sembari menutup mata dan kedua telinganya dengan tangan.“Turun!” bentak Christopher menggedor kaca mobil yang hampir menabrak istrinya.“Maaf, Tuan…. Saya tidak sengaja,” ucap seseorang membuka jendela mobilnya.“Punya mata gak? Anda hampir saja menabraknya!” bentak Christopher murka lalu pemilik mobil pun turun untuk memastikan keadaan.“Maaf, apa anda baik-baik saja?” tanya penabrak dengan suara lembut kepada Agatha yang tengah menundukkan kepalanya.“I-iya….” Jawabnya sembari mendongakkan kepala hingga mereka berdua saling melihat wajah satu sama lain.“Loh, Agatha? Ternyata kamu.” Tanya penabrak terkejut begitu juga dengan Agatha.“Siapa dia?” batin Christopher menatap penabrak sangat tajam.“Ka-kamu?” tanya Agatha sembari mencoba mengingat.“Ah, rupa
Agatha menimang dengan matang ajakan temannya itu, ingin sekali dirinya bertemu, namun entah mengapa, ada perasaan takut jika nantinya terjadi kesalah pahaman.Bukan ada maksud lain dirinya ingin bertemu Arnes, karena dulu, temannya itu selalu membantunya dan ada di kala susah, kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan, membuat Agatha merasa tidak adil jika belum membalasnya.Setelah berpikir dengan panjang, akhirnya setuju untuk bertemu di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, yaitu Bowerly Caffe.Kebetulan, Arnes datang lebih dulu, dirinya sangat excited untuk kembali bertemu Agatha. “Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja.”Tidak berselang lama, orang yang sedang ditunggu akhirnya datang juga. Agatha terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam selutut dengan rambut yang dibiarkan tergerai bebas.“Maaf, sudah lama nungguin ya?” ucap Agatha t
Ketika perseteruan belum usai, ada seseorang yang ikut menimpali secara tiba-tiba. “Wah…. Sepertinya terjadi sesuatu nih, seru kayaknya.”“Dia siapa lagi?” tanya Arnes memastikan.“Jangan-jangan kamu yang memberitahu Tuan Christopher jika ada aku di sini, iya kan?” tuduh Agatha.“Menuduh tanpa bukti termasuk fitnah!” tegur wanita yang tiba-tiba datang di tengah perdebatan ketiganya, ternyata adalah Rebecca.Karena sudah muak dengan perdebatan sengit yang tengah terjadi, ditambah kehadiran Rebecca semakin merusak suasana, akhirnya Christopher segera menarik paksa tangan istrinya, “AYO PERGI!”Tidak bisa berbuat banyak, akhirnya Agatha hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki suaminya. Sedangkan Arnes, hanya bisa diam sembari melihat kepergian teman semasa sekolahnya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.Melihat langsung semua itu, Rebecca seperti memiliki teman yang