Karena pikirannya tidak bisa fokus bekerja, akhirnya Christopher segera pulang untuk mendengar secara langsung, apa maksud mama nya datang ke rumah.
“Tolong, reschedule semua meeting hari ini sampai besok. Saya harus pulang, segera!” ucapnya kepada sekretaris yang hanya bisa patuh meskipun dalam hati rasanya ingin mengumpat terhadap bosnya yang sering bersikap semena-mena itu.
“Bos tidak tau ap ajika reschedule mendadak begini yang ada aku dimarahi para kolega! Dasar!” batinnya lalu menghubungi klien dengan terpaksa.
Di perjalanan, dirinya mengendarai mobil dengan sangat cepat, padahal suasana di jalan tengah ramai. Banyak dari mereka membunyikan klason sebagai bentuk protes atas sikap membahayakannya itu namun tidak diambil pusing olehnya.
Biasanya, jarak dari rumah ke kantor membutuhkan waktu dua puluh menit, kini bisa dipangkas hanya dalam sepuluh menit saja. Bisa dibayangkan bagaimana cepatnya ketika mengendara.
“Mama tadi tanya apa saja?” tanya Christopher bergegas menemui istrinya yang ada di kamar untuk menanyakan ini.
“Kenapa jam segini sudah pulang?” tanya balik Agatha terkejut dengan kehadiran suaminya yang tiba-tiba sudah ada di sini.
“Pesanmu yang membawaku segera pulang ke rumah, cepat bilang! Mama bicara apa saja?” desak Christopher tidak sabar.
“Mama banyak tanya mengenai diriku dan juga kecurigaannya kepadamu yang memberikan amplop kepada penghulu, memang waktu itu kamu memberikannya dimana?” jawab Agatha seraya bertanya.
“Apa? Padahal waktu itu aku sudah memastikan tidak ada orang lain di sana.” Pekiknya kaget.
“Kenyataannya mama kamu tau, Tuan.” Jawab Agatha.
“Bagaimana jawabanmu?” tanya Chrstopher memastikan.
“Saya menjawab jika itu tips sebagai bentuk rasa terima kasih,” jawab Agatha.
“Mama percaya begitu saja?” tanyanya memastikan lagi.
“Ya…. sepertinya, Tuan. Kenyataannya setelah itu, mama memilih pulang, katanya ada acara arisan.” Jawabnya membuat sang suami setidaknya bernafas lega, lantaran kali ini tidak akan berbuntut panjang meskipun tidak bisa dipungkiri jika di sana, pasti mama nya akan mencari informasi.
Christopher lalu menatap Agatha dengan dalam yang membuat siapapun pasti akan salah tingkah, “Tolong, setelah ini, lebih berhati-hati lagi dalam memberikan alasan.”
“Saya tau, Tuan.” Jawab Agatha mengerti yang dijawab anggukkan kepala suaminya.
Setelah itu, Christopher pergi ke balkon kamarnya untuk menghubungi seseorang yang dipercaya bisa menyelesaikan ini. “Tolong, jangan sampai ada yang tau jika penghulu waktu itu ternyata bayaran. Tutup informasi rapat-rapat! Jika sampai bocor, orang pertama yang saya cari adalah kamu!”
Kebetulan orang yang sedang bertelepon dengannya mengakui jika ada seseorang yang sempat menanyakan tentang penghulu yang menikahkan keduanya, untung sekali bertanya kepadanya, jadi masalah ini setidaknya bisa dihandle dengan baik dan untuk saat ini bisa dikatakan aman. Christopher yang awalnya mendengar itu sempat cemas meskipun akhirnya bisa bernafas lega.
****
Tidak kehabisan akal dan percaya dengan perkataan menantunya begitu saja, Hilda kini memerintah seorang karyawan yang kebetulan dekat dengan Emilly untuk mengorek informasi. Bayaran yang dijanjikan pun sangat menggiurkan, sehingga tidak butuh waktu lama membuat orang tersebut menyetujuinya. “Ingat! Jangan sampai ketahuan dan lakukan dengan baik,” tegur Hilda sebelum memberikan uang muka sebagai bentuk perjanjian diantara mereka.
“Beres, Nyonya…. Saya cukup kenal baik dengan Agatha, jika tidak diberitahu oleh anda, saya tidak tau jika mereka sudah menikah.” Jawab orang suruhan yang bernama Eny.
“Memang pernikahan mereka itu mencurigakan, terlebih istri dari Chistopher itu bawahannya sendiri, sangat tidak masuk akal! Ditambah pengakuan darimu yang sebagai rekan kerjanya, semakin memperkuat kecurigaan saya!”” jawab Emmy setelah itu bergegas pergi agar tidak dicurigai anak serta menantunya.
Kebetulan, hari ini Agatha sudah mulai aktif bekerja. Banyak dari mereka yang menanyakan kenapa mengajukan cuti secara tiba-tiba, hingga akhirnya Eny datang menghancurkan segalanya. “Sepertinya, cutimu kemarin bukan tanpa alasan ya, apa jangan-jangan kamu menikah?”
Teman sesama rekan kerjanya saling memandang satu sama lain dengan pertanyaan Eny, “Apa benar itu?” tanya salah satu dari mereka memastikan.
“Tidak!! Mana ada menikah, pasangan saja belum punya.” Bantah Agatha awalnya sempat terkejut.
“Siapa tau pasanganmu masih satu kantor, makanya menikah diam-diam.” Tuduh Eny membuat Agatha kesal.
“Darimana dapat fitnahan seperti itu? Jika belum ada bukti, lebih baik diam saja.” Tegur Agatha lalu memilih ke meja kerjanya ketimbang menanggapi omongan orang yang nanti membuatnya salah ucap.
“Tentu saja akua da bukti, mertuamu sendiri yang mengatakannya! Memang benar, pernikahan kalian itu mencurigakan. Tidak pernah terlihat bertegur sapa dengan Pak Harvey kenapa tiba-tiba bisa jadi nyonya besar? Aneh!” batin Eny melirik Agatha sinis.
“Ada apa dengannya? Tidak seperti biasanya bersikap begini, apa jangan-jangan mencurigai sesuatu?” batin Agatha sempat melihat ke Eny namun sesaat kemudian dialihkan pada laptop yang ada di depan matanya. Pura-pura bekerja menjadi jalan terbaik untuk menutupi kegelisahannya.
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”
“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.
“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Belum sempat mama nya menjawab, ada panggilan masuk dari istri pura-puranya. “Sebentar, ma.”
“Halo, ada apa, sayang?” tanya Christopher membuat Agatha kaget dengan panggilan tersebut.
“Sa-sayang?” tanyanya mengulang kalimat itu dengan nada tidak percaya.
“Mama ada di sini, mau bicara apa? Atau kita ketemu di ruangan saja, ya…” jawab Christopher berusaha memberi kode kepada istrinya yang kebetulan langsung paham.
“Tidak usah! Pekerjaanku menumpuk, ada yang ingin aku bicarakan mengenai kita.” Tolak Agatha.
“Katakan saja,” jawab Christopher sembari melirik mamanya.
“Teman kerjaku yang bernama Eny, sepertinya mengetahui sesuatu tentang kita, sejak kedatanganku, dia terus menyindir dengan mengatakan jika aku sudah menikah dengan sesama pegawai sini.” Jawab Agatha membuat Christopher geram dan seketika melirik ke arah mamanya dengan tatapan tajam.
“Apa jangan-jangan, mama yang memberitahukannya? Atau bisa saja mama meminta Eny untuk mengorek informasi?” batinnya menduga-duga dan terus menatap mamahnya dengan tajam.
Setelah panggilan terputus, dirinya langsung mengajak Emmy menuju ruang kerjanya. “Sial! Aku kurang cepat!” batin Emmy kesal, ingin menolak tapi takut membuat anaknya curiga.
Setibanya di ruang kerja, tanpa basa-basi, Christopher langsung menanyakan, “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, tapi tolong, mama jawab jujur.” Suasana mendadak tegang karena ucapannya yang terdengar serius.
Sementara di luar sana ada Agatha yang memergoki mama nya ada di sini. “Sejak kapan di sini, Ma? Ada apa?”“Mau bertemu denganmu, tapi kata sekretaris belum datang.” Jawab Emmy berusaha tenang.“Ada perlu apa?” tanya Christopher curiga.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dari kejauhan dengan eskpresi penuh dendam dan amarah. “Gue tidak sudi jika harus saingan dengan sekretaris yang kecantikannya tidak ada seujung kuku pun dibandingkan gue!”Rebecca tidak terima jika ada seseorang yang mencoba bersaing dengannya, terlebih jika orang itu bukanlah selevel. Ia merasa jika hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang mutlak, makanya dengan segera ia mencari tau siapa sekretaris itu agar nantinya bisa memikirkan cara bagaimana menjauhkan mereka.****Siang hari, Rebecca sudah kembali datang ke kantor Christopher dengan membawa beberapa makanan serta minuman. Melihat suami sekaligus bosnya ada tamu, membuatnya enggan melangkahkan kakinya menuju kantin padahal perut sudah sangat keroncongan.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa Agatha dengan senyum ramah, dirinya tidak menyadari jika yang ada di depannya merupakan Rebbecca, wanita yang sempat membuatnya serta Christopher bersitegan
“Aku gak mau, Christopher!” protes Agatha hendak berdiri dari meja makan namun berhasil di tahan suaminya.“Diamlah!” bisik suaminya penuh penekanan. “Jangan sampai membuat malu!”“Aku sudah makan, perutku sangat kenyang, mengapa tidak makan apa yang di bawa Rebecca saja?” tanya Agatha kesal.“Karena tidak ada istriku di sana, aku tidak mau nantinya salah paham.” Jawab Christopher membuat istrinya geli mendengarnya.Karena tidak mau berakhir panjang, akhirnya ia memilih diam sembari bermain ponsel.“Siapa yang tengah berkirim pesan denganmu?” tanya Christopher penasaran.“Bukan urusanmu, jangan ikut campur.” Jawab Agatha sama sekali tidak menoleh.“Agatha! Jangan memancing emosiku.” Tegur suaminya menatap tajam.“Apa harus aku memberitahu siapapun yang tengah berkirim pesan denganku? Bahkan meskipun itu kakakku sendiri?”
“Aaaaaa…….” Teriak Agatha sembari menutup mata dan kedua telinganya dengan tangan.“Turun!” bentak Christopher menggedor kaca mobil yang hampir menabrak istrinya.“Maaf, Tuan…. Saya tidak sengaja,” ucap seseorang membuka jendela mobilnya.“Punya mata gak? Anda hampir saja menabraknya!” bentak Christopher murka lalu pemilik mobil pun turun untuk memastikan keadaan.“Maaf, apa anda baik-baik saja?” tanya penabrak dengan suara lembut kepada Agatha yang tengah menundukkan kepalanya.“I-iya….” Jawabnya sembari mendongakkan kepala hingga mereka berdua saling melihat wajah satu sama lain.“Loh, Agatha? Ternyata kamu.” Tanya penabrak terkejut begitu juga dengan Agatha.“Siapa dia?” batin Christopher menatap penabrak sangat tajam.“Ka-kamu?” tanya Agatha sembari mencoba mengingat.“Ah, rupa
Agatha menimang dengan matang ajakan temannya itu, ingin sekali dirinya bertemu, namun entah mengapa, ada perasaan takut jika nantinya terjadi kesalah pahaman.Bukan ada maksud lain dirinya ingin bertemu Arnes, karena dulu, temannya itu selalu membantunya dan ada di kala susah, kebaikan-kebaikan yang selalu diberikan, membuat Agatha merasa tidak adil jika belum membalasnya.Setelah berpikir dengan panjang, akhirnya setuju untuk bertemu di salah satu kafe yang letaknya tidak jauh dari kediamannya, yaitu Bowerly Caffe.Kebetulan, Arnes datang lebih dulu, dirinya sangat excited untuk kembali bertemu Agatha. “Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja.”Tidak berselang lama, orang yang sedang ditunggu akhirnya datang juga. Agatha terlihat sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam selutut dengan rambut yang dibiarkan tergerai bebas.“Maaf, sudah lama nungguin ya?” ucap Agatha t
Ketika perseteruan belum usai, ada seseorang yang ikut menimpali secara tiba-tiba. “Wah…. Sepertinya terjadi sesuatu nih, seru kayaknya.”“Dia siapa lagi?” tanya Arnes memastikan.“Jangan-jangan kamu yang memberitahu Tuan Christopher jika ada aku di sini, iya kan?” tuduh Agatha.“Menuduh tanpa bukti termasuk fitnah!” tegur wanita yang tiba-tiba datang di tengah perdebatan ketiganya, ternyata adalah Rebecca.Karena sudah muak dengan perdebatan sengit yang tengah terjadi, ditambah kehadiran Rebecca semakin merusak suasana, akhirnya Christopher segera menarik paksa tangan istrinya, “AYO PERGI!”Tidak bisa berbuat banyak, akhirnya Agatha hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki suaminya. Sedangkan Arnes, hanya bisa diam sembari melihat kepergian teman semasa sekolahnya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.Melihat langsung semua itu, Rebecca seperti memiliki teman yang
Di lain sisi, ada bahaya tengah mengancam Agatha ketika nantinya pulang kerja. “Segera lakukan dan pastikan jangan sampai meninggalkan jejak sekecil apapun itu! Ingat! Aku membayarmu sangat mahal!” ucap seseorang tengah bertelepon.Setelah beberapa detik telepon selesai, kini Agatha berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi. Tidak berselang lama, ada sebuah taksi yang berhenti di seberang jalan. Karena cuaca yang tiba-tiba mendung, membuatnya memilih segera menghampiri daripada menunggu taksi yang akan di tumpanginya putar balik dulu.Jalanan yang cukup sepi, membuatnya leluasa untuk berjalan, tanpa di sadari, ada mobil sedan tengah berusaha mencelakainya dengan mengendarai sangat kencang. Suara klakson yang sangat nyaring membuat telinga sangat sakit, terlebih Agatha yang refleks menutup kedua telinga serta memejamkan mata sembari berteriak karena saking terkejutnya tiba-tiba ada mobil melintas.Brak…. Tabrakan tidak bisa dihindari, mobi
Mengetahui jika penolong Agatha meninggalkan nomor telepon, membuat Rebecca tidak tenang. “Kenapa juga harus meninggalkan jejak! Tinggal bawa ke rumah sakit kan selesai! Sial! Kalau gini gue harus bekerja lebih keras lagi! Bisa saja kan orang itu mengetahui mobil yang sudah menabrak Agatha!”Melihat kondisi Agatha semakin kritis, bahkan pasokan oksigen tidak bisa diterima oleh tubuh, membuat suster serta dokter sigap memberikan penolongan. “Saya tidak mau tau! Sembuhkan istri saya!” ucap Christopher dengan lantangnya karena merasa panik. Tanpa di sadari, Rebecca mendengar dengan sangat jelas.“Istri? Jadi sekretaris itu ternyata istrimu? Drama macam apa ini, Christopher!” pekik Rebecca sangat terkejut dan marah.Christopher yang baru menyadari jika masih ada Rebecca di sini, merasa ceroboh lantaran rasa paniknya sampai melupakan sekeliling. Sekarang, sudah ada yang mengetahui status Agatha, ingin memungkiri namun