“APA? KURANG AJAR SEKALI! KITA HARUS BERGERAK CEPAT! AYO!” perintah Hanrey sangat marah dan semua anak buahnya kini tengah sibuk entah apa itu. Agatha tidak bisa melihatnya dengan jelas lantaran pintunya setengah tertutup.
“Mereka sepertinya tengah mempersiapkan sesuatu yang penting, nyatanya sampai lalai menutup pintu. Syukur deh, aku bisa keluar sekarang secara diam-diam.” Batin Agatha memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Ini bsia menjadi kesempatannya untuk keluar dan menemui kakaknya.
Agatha berjalan mengendap-endap sembari matanya terus mengawasi sekeliling agar tidak ada yang memergokinya, tidak hanya itu, jantungnya berdegup sangat kencang karena takut ketahuan.
Setiap ruangan tidak luput dari pencariannya namun tidak ada tanda keberadaan kakaknya, Axel. “Apakah ayah mertua membohongiku? Kakak memang sudah di bawa namun tidak di sini?” tebaknya namun feelingnya mengatakan jika Axel berada di sini.
Matanya la
“Mengapa kamu membelanya? Kamu terima diperlakukan seperti ini?” Tanya Axel heran.“Mau bagaimana pun juga dia adalah mertuaku, ayah dari suamiku, jika membunuhnya begini, yang ada suami serta mamah mertua akan semakin membenciku.” Jawab Agatha masih memikirkan orang lain yang membuat Axel geram.“Lalu, kamu mau jika kita saja yang meninggal?” Tanya Axel geram, Agatha menggeleng kepala dengan cepat.“Aku ingin semuanya hidup.” Pinta Agatha.“Aku akan membebaskan kalian tapi ada syaratnya.” Ucap Hanrey membuat Agatha penasaran, namun tidak bagi Axel.“Jangan berkata seolah memberi angina segar jika kenyataannya bohong! Hidupmu penuh akan tipu daya!” protes Axel.Belum juga Hanrey menjawab pertanyaan, sudah ada suara dari belakangnya. “Angkat tangan!”Hanrey berbalik arah untuk memastikan, siapa yang sudah mengancamnya. “Sial!”
Setelah mendapatkan telepon dari kantor polisi, Christopher segera ke sana untuk memastikan sekaligus mencari tau, apa penyebab ayahnya di tangkap. Melajukan mobil dengan kecepatan sedang, membuatnya banyak di maki pengendara yang lainnya namun tidak ada waktu baginya untuk meladeni dan hanya membalas dengan suara klakson yang sangat nyaring.Tiba di kantor polisi, Christopher segera menemui ayahnya yang kebetulan selesai dimintai keterangan. “Pah, sebenarnya ada apa?”“Kamu datang sendirian?” Tanya Hanrey memastikan. Pertanyaan yang justru membuat Christopher merasa heran, mengapa justru ayahnya malah menanyakan hal tidak penting seperti ini.“Iya, soalnya mamah entah kemana, di telepon tidak tersambung.” Jawab Christopher.“Istriku juga kakaknya, kemana?” Tanya Hanrey memastikan yang kali ini semakin membuat anaknya penuh akan tanda Tanya.“Tumben sekali Papah menanyakan istri se
“Pah, jujur saja, melihat posisi seperti ini membuat hatiku sedih. Namun aku tidak bisa berbuat banyak, karena Papah memang bersalah dan membahayakan. Maka dari itu, maaf jika kesaksianku tadi memberatkan Papah." Jawab Agatha.“Aku tidak peduli! Tidak lama lagi aku pasti akan bebas! Dan kamu, orang pertama yang akan langsung saya incar!” ancam Hanrey.“Mengapa masih terus membenciku, Pah?” tanya Agatha heran.“Selama kamu masih menjadi istri dari anakku, selama itu juga aku membencimu! Mau tau bagaimana supaya aku bisa memaafkanmu?” tanya balik Hanrey dan Agatha menganggukkan kepala.“Pergi dari kehidupan anak saya selamanya, nanti akan saya berikan sejumlah uang untuk kalian bertahan hidup dan saham perusahaan yang sudah saya sisihkan untuk kalian berdua, nantinya akan saya berikan. Jadi, setiap bulan kalian masih akan tetap memiliki penghasilan. Bagaimana? Ini sebuah perjanjian yang menguntungkan melebihi
“Katakanlah, aku akan mendengarkan sampai selesai.” Ucap Christopher berusaha siap.“Aku ingin meminta bagian saham perusahaan yang seharusnya menjadi milik kami, kalau bisa sekarang. Kami akan pergi dari sini dan memulai hidup baru di luar kota atau bisa saja luar negeri.” Ucap Agatha berusaha tenang agar suaranya tidak bergetar.“Mengapa semudah itu kamu katakan? Kita sudah menikah resmi, bukan lagi pernikahan kontrak.” Protes Christopher syok.“Maka dari itu, aku berani bilang karena posisinya menjadi istri sahmu. Jadi, tidak hanya saham perusahaan saja tapi aku meminta harta gono gini juga. Hidup harus realistis, jika tidak menguntungkan buat apa bertahan? Aku sudah hampir kehilangan nyawa, tidak mau terjadi kedua kalinya, kecuali memang ajal yang menjemput.” Ucap Agatha begitu menyakiti hati suaminya.“Aku sudah mencintaimu, Agatha. Mengapa tega mengatakan itu?” protes Christopher.&l
“Hari ini, aku mengubur semua rasa yang ada di hati dengan harapan esok hari digantikan dengan kebahagiaan serta keberuntungan yang selalu mengiringi langkahku serta Kak Axel. Rasa sakit hati dan sedihku ini, akan aku tinggalkan di kota ini untuk menjadi saksi, jika esok aku kembali, rasa itu masih ada namun aku hanya ingin mengingatnya sejenak setelah itu melupakan. Semoga saja, Christopher menemukan pengganti yang lebih baik dariku dan setara di mata keluarganya, terutama kedua orang tuanya.” Batin Agatha dengan berlinang air mata, tangisan tanpa suara sangatlah menyakitkan.Axel sangat merasakan kesedihan yang tengah dirasakan oleh adiknya, namun, semua ini sudah menjadi sebuah kesepakatan yang harus segera dilakukan. Keselamatan Agatha adalah yang utama baginya, mengingat kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi, hanya dia satu-satunya keluarga yang dimiliki. Keselamatan serta kebahagiaan Agatha kini merupakan tanggung jawabnya.
BRAK…. Suara seseorang yang tengah saling bertabrakan di sebuah kantor. “Aw….. punya mata gak!” protes Christopher dengan geram.“Ma-maaf, Tuan, saya tidak sengaja.” Jawab Agatha sembari membersihkan jas mahal Christopher dengan tangannya karena tidak sengaja ketumpahan kopi.“Singkirkan tanganmu itu! Beraninya menyentuh saya!!! Gajimu satu tahun tidak mampu membayarnya!” pekik Christopher mengibaskan tangan Agatha dengan kasar.“Ma-maafkan saya, Tuan….” Jawab Agatha ketakutan dan terus menunduk.Belum sempat melampiaskan amarahnya, ada sebuah panggilan dari seseorang yang membuat semakin emosi. “Halo, ada apa?”“Damn!!! Kenapa harus secepat itu?” protes Christopher ditengah obrolannya via telepon yang membuat Agatha hendak kabur namun sayang sekali tangannya berhasil digenggam dengan kuat.“Jangan mencoba kabur dari saya! Masalah kita belum selesai!” ancam Christopher menatap tajam.Agatha tidak bisa berkutik sama sekali, bahkan menatap saja tidak berani. Christopher terkenal sebagai
“Jika menolak maka jas ini wajib kamu ganti saat ini juga! Saya tidak suka bantahan” ucap Christopher dengan sangat egois.“Saya mana memiliki uang sebanyak itu, Tuan?” ucap Agatha dengan lemasnya.“Bukan urusan saya! Pilih membayar hutang atau menerima penawaran yang sudah dijelaskan!” jawab Christopher tidak mau tahu.Sebelum menjawab, ada panggilan dari ponsel Agatha yang membuatnya tiba-tiba merasa panik. “Baiklah, aku segera ke sana!” Melihat karyawannya tengah terlihat panik, sebenarnya mengundang rasa penasaran, namun terlalu gengsi untuk mengatakan.“Maaf, Tuan…. Saya permisi dulu, ada sesuatu hal yang penting terjadi.” Pamit Agatha seraya menelungkupkan tangan namun segera di tahan oleh atasannya.“Berani sekali meninggalkan saya? Lagian, lihat! Ini masih jam kerja! Perusahaan ini bukan milik nenek moyangmu!” protes Christopher.Agatha lalu menutup kedua matanya sembari mengumpat dalam hati, karena baru menyadari, jika memang masih jam kerja dan dirinya kini juga berhadapan
Tidak berselang lama, kini mereka sudah tiba di rumah megah dan juga luas. Agatha terpana dengan apa yang dilihat di depan matanya.“Siapa dia?” tanya seorang wanita setengah baya yang masih telhat cantik dengan pakaian mewah.“Perkenalkan dirimu dengan baik,” bisik Christopher di telinga Agatha.“Selamat malam, perkenalkan nama saya Agatha Cceillia Cameron.” Sapanya dengan ramah namun sayang sekali, lawan bicaranya tidak menanggapi dengan baik.“Mengapa make up serta berpenampilan segitunya? Pacar sewaanmu?” tebak mamahnya Christopher yang bernama Emmy Royce Prestone.Agatha yang mendengar itu, seketika langsung membelalakan mata karena merasa tidak percaya, semudah itu wanita yang ada di hadapannya mengetahui sandiwara ini.“Salah besar! Karena ini pertemuan penting yang dimana aku memperkenalkannya sebagai calon istri, jadi sudah umumnya sedikit mendapat polesan.” Jawab Christopher dengan tenang.“Cih! Mana mungkin mendapatkan pasangan segitu cepatnya, bilang saja kalau tidak menye