Di sebuah restoran, terlihat sosok pria bernama Aliando Grissam yang mempunyai tubuh sixpack dan wajah tampan yang selalu menjadi idaman kaum hawa terlihat sudah duduk di kursi restoran yang terletak di sebelah belakang dan paling ujung dengan tembok, dekat dengan pintu keluar di bagian samping.
Pria yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan baju dilipat sampai siku, tengah menyilangkan kedua kakinya seraya tangannya bersedekap pada dadanya menunggu sosok yang ditunggunya. Tak lama menunggu, datanglah sosok orang yang dinantikannya.
Aliando sudah berada di restauran tempat dia ingin bertemu dengan Alisa mantan kekasihnya. Tak perlu waktu lama baginya menunggu kedatangan Alisa, karena baru 5 menit dia duduk di sana, wanita yang ditunggunya sudah datang menghampirinya.
"Hai Aliando." Alisa mencoba memeluk mantan pacarnya yang menurutnya masih sangat tampan. Namun, perbuatannya langsung ditolak mentah-mentah, karena pria tampan itu langsung menghindarinya.
Alisa hanya bisa tersenyum kecut dan akhirnya dia mulai mendaratkan tubuhnya pada kursi, "Aku pikir kamu ingin menemuiku karena kamu ingin kembali padaku, Al. Tapi dengan sikapmu yang menolakku, membuatku mengerti bahwa kamu hanya membutuhkan bantuanku. Apakah aku benar?" Alisa menatap kesal dengan tatapan sorot mata tajam sosok pria yang pernah menjadi kekasihnya itu.
Masih dengan wajah datarnya, Aliando menanggapi perkataan dari wanita yang pernah menjadi mantan kekasihnya ke 50. "Heem ... kamu sangat pintar Alisa. Aku memintamu bertemu, karena aku ingin memberikan penawaran kerja sama. Aku yakin kamu akan tertarik dengan penawaranku." Tangan Aliando bersedekap di dada menghadap ke Alisa.
Alisa terlihat menahutkan kedua alisnya setelah mendengar kalimat ambigu dari mantan kekasihnya. "Memangnya apa yang akan kamu tawarkan padaku, Al? Kamu kan tahu kalau aku sangat mencintaimu, aku ingin kita kembali menjalin hubungan seperti dulu. Hanya kamu yang aku inginkan Al." Alisa mencoba merayu dengan bersikap semanis mungkin dan tersenyum menggoda. Berharap pria di depannya itu akan jatuh lagi ke pelukannya.
Melihat wajah penuh tipu muslihat dari Alisa, tentu saja membuat Aliando merasa mual. "Ciiih ... aku muak dengan semua tingkahmu itu, Lisa. Kamu pikir aku tidak tahu bahwa kamu sekarang menjalin hubungan dengan siapa? Kamu hanya mendekati orang-orang kaya yang bisa memuaskan hasrat belanjamu itu."
"Kamu selalu menghabiskan uang dengan membeli barang-barang limited edition dan akan menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi hasrat gila belanjamu itu dengan mendekati pria-pria kaya yang sudah berumur. Apa levelmu sudah turun drastis begitu putus denganku?" Aliando tersenyum mengejek pada wanita yang berada di hadapannya. Sebuah hal mudah baginya untuk mencari tahu sepak terjang para kaum hawa yang berbuat hal memalukan untuk bisa mendapatkan sebuah kemewahan dengan mengobral tubuhnya.
Sontak raut wajah Alisa terlihat menampilkan emosinya dengan mengeratkan kepalan tangannya. "Jadi kamu meminta bertemu hanya untuk menghinaku, Al? Lebih baik aku pergi daripada mendengarkan penghinaanmu itu." Alisa bangkit berdiri dari kursinya dan berniat melangkah pergi. Namun, tangannya telah lebih dulu ditarik oleh Aliando dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Duduklah, aku akan menjelaskan apa maksudku! Apa kamu tahu perusahaan Mahendra Group? Perusahaan terbesar yang mempunyai cabang di tiap kota?"
Alisa melirik sekilas ke arah tangannya yang masih dipegang oleh Aliando. Sehingga mau tidak mau, ia kembali mendaratkan tubuhnya di atas kursi yang berada di sebelah pria yang masih enggan untuk membiarkannya pergi. "Aku sering mendengar perusahaan besar itu, tapi tidak terlalu mengikuti perkembangan dalam dunia bisnis. Memangnya kenapa?" tanya Alisa dengan sorot mata penuh pertanyaan.
"Aku ingin kamu menjebak penerus keluarga Mahendra Group untuk tidur denganmu. Aku akan mengatur semuanya, dan kamu tinggal melanjutkan sisanya. Kamu paham maksudku kan?" Aliando menatap wanita di depannya dengan sorot penuh keyakinan.
"Aku memang sering mendengar berita tentang Mahendra Group, tapi tidak pernah mendengar berita tentang penerus keluarga itu. Karena mereka tidak pernah mengungkapkan jati diri penerusnya. Jadi kau kenal dengan pewaris perusahaan yang sangat terkenal itu?"
Alisa mengangkat kedua alisnya dan kembali melanjutkan perkataannya. "Aku makin penasaran dengan alasanmu menyuruhku menjebaknya? Memangnya apa yang dilakukannya sampai kamu berniat menjebaknya? Bukan malah menghancurkannya? Sepertinya dia telah mengusik apa yang kamu miliki Al, dan kelihatannya bukan tentang uang. Apa dia mengincar wanita kampunganmu itu? Kamu lebih berniat menjebaknya bersamaku daripada menghancurkannya?"
Aliando hanya bersikap datar seraya menikmati espresso di tangannya tanpa memperdulikan beragam pertanyaann yang diungkapkan oleh Alisa. "Kamu tidak perlu tahu alasannya dan itu juga bukan urusanmu! Tugasmu hanyalah membuatnya tidur bersamamu dan jangan lupa kamu rekam saat kalian sedang bersama di ranjang."
"Kalau kamu sampai berhasil melakukannya, aku juga akan membayarmu. Bahkan kalau kamu beruntung, kamu mungkin bisa menikah dengannya dan menjadi seorang nyonya besar di keluarga Mahendra Group. Kapan lagi kamu mendapatkan kesempatan besar seperti ini, aku yakin kamu tidak akan menolaknya."
Senyuman mengembang tampak jelas dari wajah cantik Alisa begitu mendengar tawaran dari Aliando. Seolah itu bagaikan pepatah "Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui." Alisa bertepuk tangan untuk mengungkapkan rasa senangnya. "Aku sangat tertarik dengan penawaranmu Al, tapi apa rencanamu? Apa aku harus merayunya terlebih dahulu?"
Aliando refleks menggelengkan kepalanya, "Malam ini aku akan mengajaknya makan di restoran dan di dalam minumannya akan aku beri obat perangsang. Setelah dia meminum itu, kamu berpura-pura saja berjumpa denganku dan melanjutkan aksimu untuk merayunya!"
Alisa bertepuk tangan seraya tertawa begitu mendengar rencana Aliando. "Kamu memang benar-benar licik Al, tapi aku suka dengan rencanamu. Baiklah aku setuju."
Alisa mengajak Aliando untuk berjabat tangan, "Baiklah aku pergi dulu, aku harus pergi ke salon untuk merubah penampilanku agar terlihat lebih mempesona. Hubungi aku kalau kalian sudah ada di restoran!" Alisa melangkah pergi keluar dari restoran dan meninggalkan pria yang merupakan seorang manager di Perusahaan Tamtama Group yang menyamar. Karena sebenarnya ia adalah anak dari pemilik perusahaan, tapi semua orang tidak ada yang tahu.
Aliando Grissam memang menyamar menjadi seorang manager di perusahaan sang papa untuk mengawasi kinerja para pegawai yang ada di perusahaannya. Dan tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang wanita sederhana yang memiliki paras sangat cantik yang melamar di perusahaannya.
Dia adalah Xaviera Mabella, sosok gadis sederhana yang berhasil memporak-porandakan hatinya. Dulunya ia adalah seorang pria yang suka berganti-ganti wanita karena dengan ketampanannya, ia bisa menggaet banyak wanita manapun yang ia incar. Akan tetapi, saat melihat wanita yang terlihat lugu dan polos, membuat jiwa Casanova di dalam dirinya merasa tertantang.
Hingga ia selalu mendekati gadis berusia 22 tahun itu. Dan usahanya untuk mendekati Viera penuh perjuangan, karena selalu ditolak saat menyatakan cintanya. Namun, ia tidak pernah menyerah sampai cintanya diterima. Dan usahanya berhasil setelah 6 bulan selalu bersabar, karena wanita itu mau menerima cintanya meski dengan 1 syarat.
Aliando yang masih duduk di restoran, kini terlihat beberapa saat memejamkan kedua matanya. Dirinya kembali mengingat momen dimana ia menyatakan perasaannya yang ke 100 kali pada Xaviera Mabella, wanita biasa yang hanya berasal dari kampung yang merantau ke Jakarta untuk merubah nasib demi keluarganya. Karena keluarganya mempunyai banyak utang dan membuat Viera memilih untuk membayar utang-utang tersebut demi menjadi anak yang berbakti.
TBC ...
Flashback on ...Setelah 6 bulan mengenal wanita sederhana yang bekerja di perusahaannya dan sangat membuatnya tertarik. Aliando yang sudah sangat tergila-gila kepada Viera, mengajak wanita dengan mata bulat, lengkap dengan bulu mata lentik, serta hidung mancung dan bibir tipis merah jambu itu untuk pergi dinner di sebuah restaurant yang sangat mewah.Dengan menyewa pemain musik, serta mendekorasi ruangan yang disulap menjadi tempat romantis sebagai momen untuk menyatakan perasaannya. Aliando menyiapkan sebuket bunga mawar merah dan menata lilin-lilin kecil membentuk tanda cinta di lantai tempat Viera akan berjalan memasuki ruangan khusus di dalam restoran itu.Dan tibalah saat Viera memasuki ruangan itu, dengan perasaan terkejutnya seolah merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Viera merasa takjub dengan suasana romantis yang telah khusus disiapkan Aliando untuknya. Sontak Viera berkaca-kaca dan berucap, "Apa semua i
Sementara itu, di perusahaan Tamtama Group, Viera sedang makan siang bersama sahabatnya yang bernama Aisyah. Keduanya menikmati bekal yang dibawanya seraya bercerita kesana-kemari membahas hal-hal yang yang bersangkutan dengan sosok pria yang tak lain adalah adalah sang manager sekaligus merupakan kekasih Viera. "Tumben Pak Aliando nggak ikut kita makan? Kenapa kamu nggak ajak Faqih saja biar ikut makan siang bersama kita?" "Tadi Al bilang ada janji diluar dengan temannya, katanya sih urusan pekerjaan. Tapi dia memintaku untuk menyimpan bekal makan siangnya, karena dia akan memakannya setelah dia kembali. Makanya aku tidak mengajak Faqih makan bersama, karena kamu tau sendiri aku hanya membawa bekal untuk 3 orang saja. Lagipula dia tadi bilang akan makan di kantin bersama sepupunya," jawab Viera seraya mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. "Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran pak Al lagi ketemuan sama siapa
Senja pun telah beranjak ke peraduannya, dan berganti dengan gemerlap cahaya bintang yang berkilauan. Suasana malam bertabur bintang di hari ini semakin menghiasi gelapnya malam. Setelah sebelumnya menghubungi pria yang sangat tidak disukainya, untuk bertemu di sebuah restoran, kini Aliando sudah duduk di kursi yang terletak di sebelah belakang paling ujung dengan tembok dan dekat dengan pintu keluar. Mempunyai tubuh sixpack dan wajah tampan yang selalu menjadi idaman kaum hawa, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada. Pria yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan di lipat sampai siku, tengah menyilangkan kedua kakinya seraya tangannya bersedekap pada dadanya, menunggu sosok yang ditunggunya. Tak lama menunggu, datanglah sosok orang yang dinantikannya. Pria yang sangat tidak disukainya, yakni yang bernama Faqih Mahendra merupakan pegawai baru di perusahaannya dan dekat dengan kekasih yang sudah lama menjali
Aliando menatap siluet Faqih dari belakang yang berjalan agak sempoyongan. Ia tersenyum menyeringai dan bangkit dari kursinya seraya menatap ke arah Alisa, "Sepertinya obat perangsang itu sudah bekerja di tubuh Faqih. Kamu tunggu saja dia di sini, sebentar lagi dia pasti kembali dari toilet dan mengajakmu ke hotel untuk bercinta. Aku pergi dulu untuk menemui kekasihku, selamat bersenang-senang." Aliando melambaikan tangannya saat meninggalkan Alisa dan melangkah keluar dari restoran dengan senyuman terbit dari wajahnya. Seolah hari ini merupakan sebuah kemenangan untuknya, karena berhasil menyingkirkan 1 penghalang yang berani mendekati sang kekasih. "Akhirnya aku bisa membuat pria sialan itu berakhir di tangan Lisa dan begitu Viera melihat video menjijikkan dari Faqih saat bercinta, ia pasti tidak akan mau berteman dengan pria bajingan itu." Aliando masuk ke dalam mobilnya begitu sampai di parkiran. Namun, baru saja ia ingin mengemudika
Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika mengg
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi