Sementara itu, di perusahaan Tamtama Group, Viera sedang makan siang bersama sahabatnya yang bernama Aisyah. Keduanya menikmati bekal yang dibawanya seraya bercerita kesana-kemari membahas hal-hal yang yang bersangkutan dengan sosok pria yang tak lain adalah adalah sang manager sekaligus merupakan kekasih Viera.
"Tumben Pak Aliando nggak ikut kita makan? Kenapa kamu nggak ajak Faqih saja biar ikut makan siang bersama kita?"
"Tadi Al bilang ada janji diluar dengan temannya, katanya sih urusan pekerjaan. Tapi dia memintaku untuk menyimpan bekal makan siangnya, karena dia akan memakannya setelah dia kembali. Makanya aku tidak mengajak Faqih makan bersama, karena kamu tau sendiri aku hanya membawa bekal untuk 3 orang saja. Lagipula dia tadi bilang akan makan di kantin bersama sepupunya," jawab Viera seraya mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran pak Al lagi ketemuan sama siapa ya? Tumben banget dia melewatkan acara makan siangnya bersamamu. Aku kan tahu pak Al tidak pernah 1 kali pun melewatkan makan siangnya bersamamu." Aisyah terlihat seperti seseorang yang tengah memutar otaknya saat menebak-nebak dengan siapa atasannya bertemu.
"Mungkin ada hubungannya dengan pekerjaan Syah, aku tidak mau ambil pusing dengan siapa dia bertemu saat ini." Viera membereskan bekal makan siangnya.
"Kamu selalu saja seperti itu, tidak pernah memperdulikan apa yang dilakukan Pak Aliando. Mungkin memang benar kamu tidak benar-benar mencintainya." Aisyah berbisik di telinga sahabatnya untuk menyampaikan perkataannya.
Di saat yang bersamaan, terlihat sosok pria tampan yang sudah 1 bulan bekerja di perusahaan itu datang menghampiri mereka dan mencoba menyapa. Dia adalah Faqih Mahendra yang merupakan sosok pria yang merupakan pewaris tahta Mahendra Group yang sedang menyamar menjadi orang biasa hanya untuk mencari calon istri yang menurutnya pantas dan bukan hanya mengincar harta.
Dan saat ia keluar dari Mansion mewah keluarganya untuk mencari tempat tinggal sementara, ia tidak sengaja bertemu dengan sosok wanita yang tak lain adalah Xaviera Mabella. Yang dengan tulus mau membantunya dan mencarikan sebuah pekerjaan di perusahaan Tamtama Group. Bahkan saat ia berpura-pura mengeluh tidak punya cukup uang, wanita berparas cantik yang sangat baik hati dan lemah lembut itu tanpa berpikir panjang mau meminjamkan uang padanya.
Sehingga hal itulah yang membuatnya mengincar sosok Viera untuk ia jadikan istri meskipun wanita tersebut sudah mempunyai seorang kekasih. Karena ia bisa melihat bahwa Viera tidak benar-benar mencintai sosok pria yang merupakan manager di perusahaan.
"Hai Aisyah," sapa Faqih dengan tersenyum tipis.
"Hai juga Faqih. Sudah selesai makannya? Kok cepet banget, apa buru-buru makannya biar bisa ngobrol sama kita-kita?" Aisyah mengedipkan matanya karena ia lah yang menjadi mak comblang antara pria di depannya dengan sahabatnya atas permintaan Faqih yang memberinya banyak uang tanpa sepengetahuan dari Viera.
"Kamu pinter banget Aisyah, bahkan kamu sudah seperti seorang peramal saja, bisa tahu apa yang ingin aku lakukan. Aku mau ngomong sesuatu berdua dengan Viera, apa bisa kamu meninggalkan kami berdua?" tanya Faqih pada Aisyah.
"Baiklah, sebenarnya aku juga ingin pergi ke toilet. Kalau begitu aku titip sahabatku yang paling cantik dan manis ini. Tolong jagain dia, jangan sampai kabur dari sini," sahut Aisyah yang sudah mengerlingkan matanya pada Faqih dan juga sahabatnya dan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.
"Jangan anggap serius perkataan Aisyah, dia memang suka bercanda orangnya," ucap Viera yang mencoba untuk menetralkan suasana penuh kecanggungan di depannya. Sebenarnya ia sangat merasa nyaman berada di dekat pria yang baru 1 bulan dikenalnya itu.
Karena saat ia berada di dekat kekasihnya, ia seperti tidak bisa bernapas dengan normal karena sikap over protective yang membuatnya berada dalam lingkup penjara cinta yang diciptakan oleh Aliando yang sudah 1 tahun menjalin kasih dengannya. Karena kekasihnya tidak pernah mengijinkannya untuk berbicara atau pun berteman dengan pria lain.
Sehingga ia selalu curi-curi waktu saat Aliando tidak ada di sisinya untuk sekedar say halo atau berbicara dengan rekan kerja pria di perusahaan. Termasuk dengan Faqih yang baru 1 bulan ini dikenal dan ditolongnya.
Faqih menatap ke arah wanita yang dari tadi terlihat tengah melamun, seolah sedang banyak pikiran. "Ehm ... tapi sepertinya Aisyah seperti menyukaiku daripada kekasihmu itu. Menurutmu, aku dan Aliando lebih keren mana?"
"Kamu mau mengajakku bicara hanya untuk menanyakan hal konyol itu?" Viera menepuk jidatnya dan terlihat geleng-geleng kepala. Kemudian melanjutkan perkataannya, "Kalian berdua sama-sama keren. Apakah kamu sudah puas? Lebih baik kamu segera pergi, sebelum Aliando datang. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman dan malah akan membuatmu celaka. Pergilah, Faqih. Aku pun mau kembali ke ruangan kerjaku." Viera berusaha menghindari berinteraksi lama-lama dengan pria lain karena tidak ingin membuat celaka orang yang diajaknya bicara.
Karena kekasihnya adalah sosok pria arogan yang suka menghajar pria lain yang berani berbicara dengannya. Sehingga ia selalu berjaga-jaga agar tidak ada pria ke 20 yang babak belur karena berbicara dengannya. Namun, karena ia merasa sangat iba dengan Faqih yang bilang adalah perantau dan membutuhkan pertolongan, membuatnya tidak keberatan membantu.
"Baiklah, aku tahu kalau kamu sangat takut pada kekasihmu itu. Aku tidak akan membuatmu dimarahi oleh Aliando yang arogan itu," ujar Faqih yang bangkit dari kursi di ruangan pantry itu seraya bergumam di dalam hati.
"Aku akan melakukan apapun untuk merebutmu dari Aliando. Akan tetapi, bukan sekarang, karena aku menunggu saat yang tepat. Kamu harus menjadi istriku, Viera. Apapun akan aku lakukan demi bisa membuatmu menjadi milikku, termasuk merebutmu dari pria arogan itu," gumam Faqih yang sudah berjalan meninggalkan Viera.
Viera hanya mengamati siluet dari Faqih yang sudah menghilang di balik pintu. "Apa selamanya aku akan selalu merasa was-was dan ketakutan seperti ini. Astaga, semenjak aku menerima cinta dari Aliando, menbuatku tidak bisa menjadi diri sendiri. Aku yang sekarang seolah bukan diriku yang sebenarnya. Sampai kapan aku harus begini," ucap Viera yang berbicara sendiri. Dan tak lama berselang setelah ia menutup mulutnya, sosok Aliando terlihat berjalan memasuki ruangan pantry.
"Hai Sayang," ucap Aliando yang berjalan semakin mendekat ke arah sang kekasih seraya mencium keningnya. Ruangan pantry yang terlihat sepi itu terlihat sangat hening karena para OB tidak pernah makan di sana dan memilih makan di kantin.
"Kamu sudah kembali Al," ucap Viera yang menyunggingkan senyumnya.
"Iya, ayo ke ruanganku dulu! Aku sudah sangat lapar, dan ingin kamu menyuapiku," ucap Aliando seraya mengerlingkan matanya.
Viera kini berjalan mengekor Aliando menuju ke ruangan kerja sang kekasih. Beberapa saat kemudian ia mengingat kalimat bernada manja dan menurutnya sangat konyol itu hanya membuatnya geleng-geleng kepala. "Apa benar kamu memintaku menyuapimu, Al? Kenapa kamu bersikap manja seperti anak TK saja."
"Kenapa kamu tidak peka dengan apa yang aku mau, Sayang. Aku hanya ingin bermanja-manja denganmu. Sudah lama rasanya kita berdua tidak bermanja ria, padahal dulu di awal kita berhubungan, kamu selalu bersikap manja kepadaku. Jadi aku rindu dengan semua sikap manjamu padaku." Aliando mendaratkan tubuhnya di sofa yang berada di sebelah wanita yang sudah mulai membuka kotak makanan.
Seolah tidak memperdulikan kata-kata Aliando, Viera membuka tutup kotak makanan yang ada di meja dan membawanya ke depan laki-laki di depannya itu. Satu suapan dilayangkannya ke mulut Aliando "Sudah jangan banyak bicara, sekarang buka mulutmu!" Viera mengangkat satu sendok penuh makanan ke arah mulut Aliando.
Tak membuang waktu, Aliando pun membuka mulutnya dan langsung mengunyah makanan yang disuapkan sang kekasih padanya. Entah sudah berapa suapan yang diterimanya, tanpa terasa makanan sudah tandas tanpa meninggalkan sisa.
"Kamu memang sangat pintar memasak, Sayang. Sepertinya aku memang sudah ketagihan dengan masakanmu. Hingga membuatku selalu ingin makan makanan yang dimasak olehmu." Aliando mengalungkan kedua tangannya di belakang leher Viera dan mulai mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir manis kekasihnya. "Anggap saja ini makanan penutupnya." Aliando tersenyum nakal pada kekasihnya yang terlihat sangat terkejut dengan perbuatannya.
Viera yang benar-benar sangat terkejut dengan perbuatan tiba-tiba dari Aliando, mengarahkan tangannya untuk mencubit paha pria yang selalu tanpa ijin menciumnya. "Kamu selalu saja mencuri kesempatan dalam kesempitan, Al."
"Kalau aku meminta ijin, kamu tidak akan pernah mengijinkan aku untuk menciummu. Aku bahkan sudah sangat hafal dengan perbuatanmu," rengut Aliando dengan tampang kesal saat mengingat ia yang selalu meminta ijin untuk mencium sang kekasih, tapi selalu berakhir dengan sebuah kekecewaan.
Sedangkan Viera hanya bisa diam saat mendengar kalimat menohok dari pria di depannya. Bahkan ia selalu beralasan ingin menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita dengan cara tidak mengobral bibirnya.
"Sudahlah, jangan membahas hal sepele ini lagi. Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Sayang. Aku mau meminta nomer handphone Faqih. Hari ini aku ingin mengajaknya makan di luar. Begitu melihatnya, sepertinya aku bisa cocok berteman dengannya," ucap Aliando.
"Sebenarnya apa alasanmu mengajaknya pergi makan? Kamu pun tidak berteman baik dengannya, kamu tidak sedang merencanakan untuk menghajarnya kan, Al? Aku tidak ingin kamu mengulangi kesalahanmu dulu." Tatapan menyelidik diarahkannya pada pria di depannya.
Aliando refleks menggelengkan kepalanya, untuk mencoba menghilangkan kecurigaan dari sang kekasih yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan tajam. "Ada yang ingin aku bicarakan denganya Sayang, sekalian saja aku ajak dia ke tempat langganan aku. Kamu jangan berpikir yang macam-macam, aku hanya ingin berteman dengannya." Aliando mencoba meyakinkan kekasihnya agar tidak mencurigainya berlebihan. Meski kenyataannya ia memang sedang merencanakan sebuah hal besar untuk pria yang mencoba mendekati sang kekasih.
Viera mencoba sedikit menimbang-nimbang keputusannya dengan berpikir, "Ehm ... baiklah Al, aku kasih tau nomornya." Viera membuka ponselnya dan mencari nomor Faqih. Lalu mengirimkan pesan kepada Aliando yang berisi nomor ponsel pria yang ditolongnya tersebut.
"Baiklah Al, aku kembali ke meja kerjaku dulu." Viera melangkah keluar meninggalkan ruangan. Meski saat ini pikirannya seolah tidak tenang saat memikirkan 2 pria yang akan saling bertemu itu. Namun, ia mencoba untuk menghilangkan pikiran buruknya dan mencoba berpikir positif. "Semoga tidak terjadi sesuatu hal buruk pada mereka berdua. Karena aku tidak ingin membuat 2 pria ini berkelahi," gumam Viera.
Sedangkan Aliando hanya menganggukkan kepalanya, dan sejenak menatap siluet kekasihnya yang sudah menghilang di balik pintu. "Sebentar lagi kamu akan membenci Faqih, Sayang. Apa yang akan kamu lakukan setelah melihat pria berengsek itu bercumbu dengan wanita lain? Mungkin menyebut namanya saja kamu tidak akan mau. Aku sudah tidak sabar menunggu malam ini, karena malam ini aku akan memberimu sebuah kejutan." Aliando pun berbicara sendiri di ruangannya dan tak lupa senyuman penuh seringai jahat tampak dari wajahnya.
TBC ...
Senja pun telah beranjak ke peraduannya, dan berganti dengan gemerlap cahaya bintang yang berkilauan. Suasana malam bertabur bintang di hari ini semakin menghiasi gelapnya malam. Setelah sebelumnya menghubungi pria yang sangat tidak disukainya, untuk bertemu di sebuah restoran, kini Aliando sudah duduk di kursi yang terletak di sebelah belakang paling ujung dengan tembok dan dekat dengan pintu keluar. Mempunyai tubuh sixpack dan wajah tampan yang selalu menjadi idaman kaum hawa, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada. Pria yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan di lipat sampai siku, tengah menyilangkan kedua kakinya seraya tangannya bersedekap pada dadanya, menunggu sosok yang ditunggunya. Tak lama menunggu, datanglah sosok orang yang dinantikannya. Pria yang sangat tidak disukainya, yakni yang bernama Faqih Mahendra merupakan pegawai baru di perusahaannya dan dekat dengan kekasih yang sudah lama menjali
Aliando menatap siluet Faqih dari belakang yang berjalan agak sempoyongan. Ia tersenyum menyeringai dan bangkit dari kursinya seraya menatap ke arah Alisa, "Sepertinya obat perangsang itu sudah bekerja di tubuh Faqih. Kamu tunggu saja dia di sini, sebentar lagi dia pasti kembali dari toilet dan mengajakmu ke hotel untuk bercinta. Aku pergi dulu untuk menemui kekasihku, selamat bersenang-senang." Aliando melambaikan tangannya saat meninggalkan Alisa dan melangkah keluar dari restoran dengan senyuman terbit dari wajahnya. Seolah hari ini merupakan sebuah kemenangan untuknya, karena berhasil menyingkirkan 1 penghalang yang berani mendekati sang kekasih. "Akhirnya aku bisa membuat pria sialan itu berakhir di tangan Lisa dan begitu Viera melihat video menjijikkan dari Faqih saat bercinta, ia pasti tidak akan mau berteman dengan pria bajingan itu." Aliando masuk ke dalam mobilnya begitu sampai di parkiran. Namun, baru saja ia ingin mengemudika
Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika mengg
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Suasana hening di presidential suite room sebuah hotel mewah, sangat hening. Seolah menegaskan bahwa penghuni ruangan kamar hotel tersebut sedang larut dalam alam bawah sadarnya. Hingga 2 jam kemudian, tepatnya pukul 23.15 WIB, sebuah pergerakan dari seorang pria yang mempunyai badan sixpack terlihat menggerakkan tangannya untuk mengusap ranjang, seperti tengah mencari keberadaan seseorang yang tadinya ada di sampingnya.Pria yang tak lain adalah Faqih itu refleks langsung membuka kelopak matanya untuk memastikan ketakutannya."Viera ...." Faqih yang baru saja mengumpulkan kesadarannya, mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tentu saja saat ini, ia tengah mencari sosok wanita yang baru diperkosanya akibat dari obat perangsang yang diberikan oleh Aliando dan Alisa. Sehingga ia sampai melupakan semua norma-norma dan melakukan perbuatan terlarang demi bisa menyalurkan hasratnya yang sudah membakar habis dirinya.Tub
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban."Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas."Kamu sudah sadar."Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi