Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.
Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.
Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.
Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika menggelinjang hebat saat pria di depannya itu semakin bernafsu padanya dan mulai melumat dadanya, serta menyentuh titik-titik sensitif miliknya.
Bahkan sudah berpindah untuk memberikan jejak kepemilikan di tubuhnya bagian atas. Viera berusaha menahan suara lenguhannya, karena merasa tanpa sadar ia menikmati setiap sentuhan dari pria yang sudah sibuk bermain dengan tubuhnya.
Dirinya masih berusaha untuk menolak sentuhan dari pria yang berniat melepaskan pakaiannya, "Faqih, jangan lakukan! Ini salah, kita tidak bisa berhubungan intim sebelum menikah." Viera masih memegangi kaos casual yang dipakainya agar tidak sampai dilepaskan oleh pria yang sudah beringas di atasnya tengah berdiri dengan kedua lututnya yang menekuk di sisi kanan dan kiri tubuhnya.
"Aku akan menikahimu, aku berjanji! Aku sudah tidak sanggup menahannya." Dengan sangat kasar, Faqih mulai melucuti pakaian yang dipakai oleh Viera dan juga melepaskan celana panjangnya dan penutup terakhir barang pusaka yang sudah menegang dari tadi dan ingin segera masuk ke dalam sangkarnya.
Sedangkan Viera yang bisa melihat tubuh sixpack Faqih yang penuh dengan otot perut kotak-kotak seperti roti sobek dan terakhir adalah sesuatu yang sudah mengeras berukuran sangat besar dan membuatnya ketakutan saat membayangkan benda padat panjang itu menjebol gawangnya dan pasti akan membuatnya kesakitan karena yang ia tahu melakukan itu untuk pertama kalinya terasa sangat sakit dari cerita teman-temannya yang sudah menikah.
Sehingga saat ini ia benar-benar merasa sangat ketakutan. Apalagi melihat wajah pria yang sudah berubah beringas dan terlihat ingin menerkamnya.
Ia yang sudah tidak memakai selembar benang pun di tubuhnya, masih berusaha menolak, menutupi bagian inti miliknya. "Faqih, jangan! Aku mohon padamu! Aku akan sangat membencimu, jika sampai kamu melakukan ini padaku," teriak Viera yang berusaha untuk mendorong tubuh kekar yang sudah kembali menindih tubuhnya.
Sedangkan Faqih sama sekali tidak memperdulikan penolakan wanita yang sudah berada di bawahnya, dirinya mulai sibuk untuk membenamkan miliknya yang sudah semakin menegang pada sarang yang diincarnya untuk melepaskan hasratnya.
Tentu saja ia merasa sangat kesusahan, karena tempat favorit yang sangat diinginkannya itu terasa sangat sempit yang menandakan belum pernah dimasuki oleh seorang pun. Sehingga ia dengan sedikit kasar berusaha membenamkannya dan akhirnya berhasil menjebol dinding pertahanan dari wanita yang membuatnya merasakan kenikmatan yang teramat luar biasa.
"Nikmat sekali, Viera," lenguh Faqih yang merasakan bagian intinya sudah berada pada sarangnya yang terasa hangat.
"Aarrgghh ...." Tentu saja Fasya menjerit kesakitan saat pria yang berada di atasnya mulai menyatukan tubuhnya dengannya, bahkan tangannya sudah mencakar punggung pria yang sudah mulai membungkam bibirnya seraya menggerakkan tubuhnya. Bahkan kini bulir bening sudah lolos dari bola matanya begitu menyadari bahwa selaput daranya yang menjadi bukti harga dirinya telah koyak.
Perasaannya begitu hancur saat kesuciannya yang selama ini ia jaga sudah ternoda atas perbuatan pria yang memperkosanya. Pria yang selama ini membuatnya tertarik atas kesederhanaannya dan juga selalu terlihat baik saat 1 bulan ini dikenalnya. Akhirnya ia yang sudah tidak berdaya hanya pasrah saat pria yang berada di atas tubuhnya semakin berbuat liar.
Gerakan Faqih semakin agresif saat dirinya merasakan sebuah kepuasan saat berhasil menyatukan dirinya dengan wanita yang selama ini diincarnya untuk ia jadikan istri. Selama setengah jam dirinya melampiaskan hasratnya. Lenguhan panjang keluar dari bibirnya saat mencapai pelepasnnya dengan meledakkan benihnya di rahim wanita cantik yang saat ini terlihat sudah pasrah dan diam atas perbuatannya. Karena tidak ada lagi teriakan atau pun penolakan.
Akhirnya ia jatuh terkulai lemas di atas tubuh Viera setelah mencapai pelepasannya dan merasakan kenikmatan yang hakiki setelah berhasil melampiaskan hasratnya akibat efek obat perangsang. Deru napas yang memburu beralih normal dan teratur saat Faqih mulai tertidur setelah kelelahan bercinta selama kurang lebih 30 menit.
Faqih tertidur dengan pulas di sebelah kiri Viera yang dari tadi tidak berhenti menangisi nasib tragis hidupnya. Rasa tubuhnya yang remuk redam benar-benar membuatnya merasa sangat lemah, bahkan rasa sakit pada bagian inti miliknya masih dirasakannya. Ia berusaha bangkit berdiri untuk meraih pakaian dalam yang telah robek sebagian akibat perbuatan dari pria yang sudah memperkosanya.
Viera dengan kesusahan berjalan ke arah kamar mandi dengan membawa pakainya untuk membersihkan diri dari sisa-sisa perbuatan pria yang sudah tertidur dengan pulas itu. Bahkan cairan yang keluar dari bagian inti miliknya menetes membasahi kakinya. Begitu sampai di dalam kamar mandi, ia memilih berdiri di bawah guyuran air shower yang dingin dan menangis tersedu-sedu di sana.
Bahkan ia berkali-kali ia menggosok tubuhnya karena merasa jijik dengan tubuhnya yang telah kotor dan tidak suci lagi.
"Apa yang harus aku lakukan Tuhan? Aku tidak bisa menjaga harga diriku sebagai seorang wanita. Bahkan orang tuaku selalu berpesan agar aku menjaga kesucian yang merupakan hal yang dibanggakan oleh seorang wanita sebelum menikah. Aku bahkan sudah tidak mempunyai muka lagi untuk bertemu dengan orang tuaku," gumam Viera di dalam hati seraya tidak berhenti menangis tersedu-sedu dibawah guyuran air shower.
Seolah rasa dingin dari air yang dirasakannya saat mandi malam hari tidak membuatnya menggigil kedinginan saat itu. Sekitar 30 menit ia berdiri di sana, tanpa memperdulikan rasa dingin yang semakin menusuk tulangnya. Bahkan bibirnya pun sudah membiru karena terlalu lama berdiri di bawah air shower. Tak lupa wajahnya yang sembab terlihat jelas di wajahnya yang sangat pucat.
Merasa agak lebih baik, Viera memakai pakaiannya dan berjalan tertatih-tatih keluar dari kamar mandi. Setelah merapikan penampilannya di depan cermin dan sudah menyisir rambutnya, ia berencana kabur dari tempat yang menurutnya adalah sebuah neraka terkutuk.
Namun, ia melihat keadaan di luar kamar terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada para pengawal yang berjaga di sana melalui celah pintu. Saat merasa aman dan tidak ada 1 pun pengawal di sana, ia buru-buru berjalan keluar. Di saat yang bersamaan ia bertemu dengan cleaning service wanita.
Merasa ada ide di kepalanya, ia menghampiri wanita tersebut dan meminta tolong untuk meminjam seragam agar tidak ada yang mengenalinya saat keluar dari hotel untuk kabur dari para pengawal Faqih.
Akhirnya dengan wajah memelas, Viera berhasil merayu wanita tersebut dan menolongnya untuk pergi lewat pintu darurat para pelayan hotel di bagian belakang. Dan membantunya untuk memanggil taksi. Beberapa saat kemudian, Viera sudah berhasil melarikan diri dari para pengawal dan kini ia sudah ada di dalam taksi yang membawanya pulang ke tempat kosnya.
Ia bersandar di punggung jok seraya memejamkan kedua matanya dan bergumam di dalam hati. "Aku harus berkemas dan pergi dari sini. Aku tidak ingin bertemu dengan bajingan itu dan juga Aliando. Apakah aku harus kembali ke kampung dan bekerja sebagai buruh saja? Itu mungkin lebih baik daripada aku bekerja di sini dan bertemu kembali dengan pria yang telah menghancurkan masa depanku."
Viera sama sekali tidak membuka matanya karena sibuk memikirkan nasibnya setelah kesuciannya direnggut paksa oleh pria yang dipercayainya. Dan 15 menit kemudian, lamunannya buyar saat mendengar suara dari sang supir.
"Sudah sampai Nona."
Refleks Viera membuka kedua matanya dan melihat ke arah sekeliling, dimana taksi sudah berhenti di depan kosnya. Ia buru-buru mengeluarkan uang dari saku celananya dan menyerahkannya pada sang supir. "Terima kasih Pak, kembaliannya ambil saja."
"Terima kasih Nona," jawab sang supir dengan wajah berbinar.
Viera buru-buru keluar dari mobil, "Aku harus segera berkemas dan pergi ke terminal untuk segera pulang ke kampung halamanku."
Baru saja ia menutup mulutnya, tubuhnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari pria yang sangat tidak asing di telinganya. Bahkan kini jantungnya berdegup dengan kencang saat tangan pria itu menarik pergelangan tangannya dan membuatnya terhempas di dada bidang pria yang tak lain adalah kekasihnya Aliando.
Tatapan mata tajam diarahkan Aliando pada wanita yang terlihat sangat kacau di depannya, suara baritonnya mulai menggema memecahkan kesunyian malam di sekitar tempat itu. "Apa yang dilakukan Faqih padamu? Dia tidak memperkosamu kan?" Aliando mengarahkan tangannya pada kedua sisi lengan sang kekasih yang diam membisu saat ia bertanya.
Dirinya sama sekali tidak pernah menyangka jika perbuatannya sendiri yang menghancurkan wanita yang sangat dicintainya itu. Bahkan tidak adanya jawaban dari sang kekasih, membuatnya bisa mengerti jawaban dari pertanyannya.
Viera yang merasa sangat terkejut dengan pertanyaan dari Aliando yang mengetahui bahwa ia sudah diperkosa, tentu saja membuatnya bertanya-tanya di dalam hati. Akan tetapi, bibirnya seolah kelu dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Merasa amarahnya sudah memuncak dan tidak bisa menerima kenyataan, membuat Aliando menarik pergelangan tangan Viera dan membawanya ke mobilnya. "Ikut aku!"
"Aliando, kamu mau membawaku kemana? Lepaskan aku, aku mau pulang." Viera mencoba untuk menolak masuk, tapi dengan gerakan kasar, Aliando menyuruhnya untuk masuk.
"Masuk, atau aku akan berbuat kasar padamu!" hardik Aliando yang langsung menutup pintu begitu keras hingga membuat suara dentuman yang memekakkan telinga.
Kemudian Aliando berjalan memutar untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di balik pintu kemudi. Tanpa bersuara, ia sudah menyalakan mesin mobil dan mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat kos Viera.
"Kamu mau membawaku kemana Al?" tanya Viera dengan sangat gugup dan ketakutan.
"Membawamu ke tempat yang aman agar tidak ada lagi yang merebutmu dariku," ucap Aliando tanpa memandang wajah Viera. "Selama ini aku selalu bersabar dan tidak pernah menidurimu, tapi apa yang aku dapatkan? Malah bajingan itu yang memilikimu. Aku pun harus memilikimu seutuhnya, Viera!"
"A-apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Viera tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya.
"Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah.
TBC ...
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Suasana hening di presidential suite room sebuah hotel mewah, sangat hening. Seolah menegaskan bahwa penghuni ruangan kamar hotel tersebut sedang larut dalam alam bawah sadarnya. Hingga 2 jam kemudian, tepatnya pukul 23.15 WIB, sebuah pergerakan dari seorang pria yang mempunyai badan sixpack terlihat menggerakkan tangannya untuk mengusap ranjang, seperti tengah mencari keberadaan seseorang yang tadinya ada di sampingnya.Pria yang tak lain adalah Faqih itu refleks langsung membuka kelopak matanya untuk memastikan ketakutannya."Viera ...." Faqih yang baru saja mengumpulkan kesadarannya, mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tentu saja saat ini, ia tengah mencari sosok wanita yang baru diperkosanya akibat dari obat perangsang yang diberikan oleh Aliando dan Alisa. Sehingga ia sampai melupakan semua norma-norma dan melakukan perbuatan terlarang demi bisa menyalurkan hasratnya yang sudah membakar habis dirinya.Tub
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban."Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas."Kamu sudah sadar."Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Aliando dan Fatih kini berada di depan kontrakan wanita yang sama-sama mereka puja. Tentu saja untuk mencari tahu apakah Viera sudah kembali ke kontrakan atau belum. Dengan sama-sama mengetuk pintu berwarna kecoklatan di depannya, mereka menunggu beberapa saat. Hingga pintu terbuka, dilihatnya sosok wanita yang saat ini tengah memakai piyama tidur berwarna merah.Aisyah yang dari tadi tidak bisa tidur memikirkan keadaan sahabatnya, hanya sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Begitu indera pendengarannya menangkap suara pintu yang diketuk, buru-buru ia keluar kamar dan menuju ke arah depan dengan berpikir bahwa yang datang adalah Viera.“Itu pasti Viera.”Namun, begitu melihat yang ada di depan pintu adalah dua pria tampan yang diketahuinya sama-sama menncintai sahabatnya, membuat ia merasa kebingungan untuk menghadapi atasannya yang tak lain adalah Aliando dan rekan kerjanya Faqih.“Viera belum juga kembali. Apakah kalian berdua mencarinya
Setelah pria yang dianggap dewa penolongnya pergi, kini Viera tengah mengamati sekeliling ruangan. Merasa sangat sesak begitu berada di ruangan tersebut sendiri, tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening sudah menganak sungai di wajah pucatnya. Tidak hanya itu, suara tangisan menyayat hati memenuhi ruangan di tengah keheningan malam. Entah sudah berapa menit ia menangis tersedu-sedu, hingga suaranya yang lirih mulai terdengar."Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan. Kenapa hidupku hancur dalam semalam di tangan dua pria yang sama-sama tidak mempunyai hati itu? Kenapa takdir sekejam ini padaku? Kenapa aku bertemu dengan mereka?"Viera yang saat ini menyembunyikan wajahnya di bawah bantal, semakin menangis tersedu-sedu saat merasa hancur berkeping-keping dan tidak mempunyai masa depan saat tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.Sesaat ia mengingat akan pertemuan pertamanya dengan Aliando di perusahaan dan juga awal mu
Viera sudah buru-buru berjalan keluar dari ruangan kerja pria yang sangat tidak disukainya sambil sibuk mengumpat dan merengut di dalam hati."Pria itu pasti menganggap aku adalah wanita murahan, hingga berkata seperti itu padaku. Apakah penampilanku terlihat seperti aku adalah seorang wanita gampangan?" batin Viera dengan bersungut-sungut sambil mengerucutkan bibirnya.Baru saja ia berhenti mengumpat, langkah kakinya terhenti saat tangannya lagi dan lagi sudah ditahan dari belakang. Tanpa berniat untuk menoleh ke arah belakang, Viera sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan dari sosok pria yang menahannya. Sebenarnya ia sangat ingin sekali segera pergi dari tempat tersebut, karena bisa dilihatnya ruangan yang sangat sepi tersebut bisa membahayakan dirinya."Astaga, sebenarnya apa mau pria ini? Ruangan ini kenapa tidak ada satu orang pun yang berada di sini? Sepertinya pria ini lebih suka berhadapan dengan
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi