Aliando menatap siluet Faqih dari belakang yang berjalan agak sempoyongan. Ia tersenyum menyeringai dan bangkit dari kursinya seraya menatap ke arah Alisa, "Sepertinya obat perangsang itu sudah bekerja di tubuh Faqih. Kamu tunggu saja dia di sini, sebentar lagi dia pasti kembali dari toilet dan mengajakmu ke hotel untuk bercinta. Aku pergi dulu untuk menemui kekasihku, selamat bersenang-senang."
Aliando melambaikan tangannya saat meninggalkan Alisa dan melangkah keluar dari restoran dengan senyuman terbit dari wajahnya. Seolah hari ini merupakan sebuah kemenangan untuknya, karena berhasil menyingkirkan 1 penghalang yang berani mendekati sang kekasih.
"Akhirnya aku bisa membuat pria sialan itu berakhir di tangan Lisa dan begitu Viera melihat video menjijikkan dari Faqih saat bercinta, ia pasti tidak akan mau berteman dengan pria bajingan itu." Aliando masuk ke dalam mobilnya begitu sampai di parkiran. Namun, baru saja ia ingin mengemudikan mobilnya, dering ponselnya terdengar. Refleks ia langsung mengangkat panggilan telepon yang diketahuinya dari papanya.
"Halo Pa, ada apa?"
"Cepat datang ke Mansion, ada sahabat Papa yang ingin bertemu denganmu untuk membicarakan tentang masalah bisnis dan mungkin akan tertarik untu bekerja sama dengan perusahaan kita."
"Apakah harus sekarang Pa? Aku sedang ada urusan dengan kekasihku."
"Harus sekarang dan tidak pakai lama! Cepat pulang! Kamu bisa menemui wanitamu itu setelah menemui sahabat Papa."
"Baiklah ... baiklah, aku pulang sekarang."
Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan meletakkan ponselnya di atas dasboard. Kemudian melajukan mobilnya meninggalkan area restoran untuk segera menuju ke Mansion keluarganya.
Sementara itu, Faqih yang sudah menghubungi para pengawal untuk menjemputnya di restoran. Ia sebelumnya mencuci wajahnya yang sudah berubah merah karena terbakar gairah. Bahkan dirinya sempat meninju cermin yang ada di toilet untuk menyadarkan dirinya agar tidak sampai berbuat gila dengan sembarangan wanita saat dikuasai horny.
Tentu saja suara dari cermin yang pecah berhasil membuat beberapa orang yang mendengarnya menghambur masuk ke dalam toilet pria, karena hanya ada dirinya seorang yang ada di dalam sana. Begitu pula, beberapa pengawalnya sudah datang dan membantu tuan mudanya setelah membebat tangan yang penuh darah itu dengan menyobek kemeja yang dipakainya.
Sedangkan pengawal yang lainnya mengurus kekacauan yang telah dibuat oleh majikannya dengan membayar kerugian.
"Anda tidak apa-apa Tuan muda," tanya pengawal yang sudah selesai membalut tangan majikannya yang berdarah.
"Aku tidak apa-apa, cepat bawa aku ke hotel Sahara. Apakah kalian sudah menjalankan perintahku?" sahut Faqih dengan tatapan mata penuh kilatan amarah.
"Sudah Tuan muda. Tuan Leonard sedang membawa Nona Viera ke hotel Sahara."
"Bagus, sekarang kita pergi dari sini. Oh ya, urus wanita yang memakai gaun kurang bahan berwarna merah di depan. Jebloskan dia ke penjara, karena berani bermain-main denganku, aku ingin dia merasakan kejamnya berada di sel bersama dengan para penjahat," kesal Faqih dengan mengepalkan tangannya.
"Siap Tuan muda."
Mereka semua pun berlalu pergi dari toilet untuk keluar melalui pintu belakang agar tidak menimbulkan banyak perhatian dari para pengunjung restoran.
*******
Aisyah dan Viera terlihat berjalan bersama-sama setelah keluar dari supermarket waralaba untuk membeli perlengkapan mandi yang sudah hampir habis. Keduanya tinggal di sebuah kos-kosan yang berada tak jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja, karena ingin lebih dekat saat berangkat bekerja. Saat keduanya tengah berjalan, tiba-tiba di depannya ada mobil mewah yang berhenti tepat di depannya.
"Astaghfirullah, kenapa mereka tiba-tiba berhenti di depan kita?" ujar Viera yang merasa sangat kesal saat jalannya dihalangi oleh mobil berwarna hitam tersebut.
"Iya, mentang-mentang kaya. Sehingga bisa berbuat seenaknya sendiri," kesal Aisyah yang menatap keheranan saat melihat beberapa pria berbadan gempal yang memakai baju hitam-hitam turun dari mobil dan berjalan semakin mendekat. "Kenapa mereka seolah mendekati kita ya, Viera?"
"Mungkin mereka mau bertanya pada kita," jawab Viera yang mencoba untuk bersikap tenang. Meski sebenarnya perasaannya saat ini merasa deg-degan dihampiri para pria gempal yang berwajah sangar.
"Maaf, apakah Anda adalah Nona Viera?" tanya pria berbadan tinggi besar yang tak lain adalah asisten pribadi Faqih Mahendra yang bernama Leonard.
"Iya, kamu siapa?" Viera mengerutkan keningnya karena merasa heran bagaimana bisa orang-orang di depannya itu bisa mengetahui namanya. Bahkan ia sudah menggenggam erat tangan sahabatnya untuk menenangkan dirinya yang ketakutan.
Leo langsung memberikan kode pada 2 pengawal di sebelahnya untuk segera membawa wanita yang diinginkan oleh atasannya.
"Lebih baik Nona bekerja sama agar tidak terjadi pertumpahan darah di sini," ucap Leo yang meraih pistol di balik saku jasnya dan mengarahkannya pada wanita yang berada di sebelah Viera.
Sontak saja wajah pucat tampak jelas di wajah Aisyah begitu pistol itu mengarah ke perutnya. Bahkan di tempat umum yang ramai di sekitarnya, ia bisa ditodong pistol dan tidak ada orang yang memperdulikannya, karena semua orang pun merasa takut dan tidak ingin mati konyol.
"Tuan, jangan bunuh saya. Bahkan saya belum menikah. Dan saya masih ingin berbakti kepada orang tua untuk membantu biaya sekolah adik saya," ucap Aisyah yang beralih menatap ke arah sahabatnya. "Viera, tolong bilang pada mereka agar tidak menembakku."
"Sebenarnya siapa kalian? Jangan pernah sakiti sahabatku, atau aku akan berteriak untuk meminta tolong," ancam Viera yang mencoba untuk mengancam dan bernegosiasi.
"Nanti Anda juga akan tahu sendiri siapa kami setelah bertemu dengan Tuan muda kami. Lebih baik Anda ikut dengan tenang, agar sahabat Anda selamat. Karena jika Nona berani berteriak, bisa dipastikan darah akan memenuhi tubuh dari wanita ini!" ancam Leo dengan tatapan tajam.
"Astaghfirullah, baiklah ... baiklah. Aku akan ikut bersama kalian, asal jangan menyakiti sahabatku!" sarkas Viera dengan perasaan yang tidak menentu. Antara gugup, takut, dan bingung. Semuanya bercampur menjadi 1 karena masih tidak mengerti dengan apa yang akan dialaminya.
"Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka bisa mengetahui namaku dan kenapa mereka membawaku? Apakah hari ini adalah akhir hidupku? Jika benar begitu, ampuni dosaku ya Allah," gumam Viera seraya berjalan menuju ke arah mobil meninggalkan sahabatnya.
"Viera, jaga dirimu," teriak Aisyah yang masih merasa shock dan ketakutan karena pria di depannya masih mengarahkan pistol di perutnya. "Astaga, pria ini sangat tampan, tapi ternyata dia pembunuh berdarah dingin," gumam Aisyah.
"Sekarang pergilah," hardik Leo yang sudah mengarahkan tangannya pada Aisyah agar segera pergi dari tempat itu. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi bagian depan. Sedangkan wanita yang diinginkan oleh bosnya duduk di belakang dan terlihat sangat ketakutan. Karena ia bisa melihatnya dari spion mobil.
Selama dalam perjalanan, Viera tidak berhenti merapal doa di dalam hati untuk keselamatan dirinya. Dan menyerahkan hidup dan matinya pada Tuhan.
15 menit kemudian, mobil mewah tersebut sudah masuk ke area hotel Sahara. Leo turun dari mobil dan membuka pintu belakang untuk menyuruh Viera turun dari sana. "Cepat turun Nona, karena Tuan muda kami sudah menunggu Anda di dalam!"
Dengan terpaksa Viera menuruti perintah dari pria yang sama sekali tidak dikenalnya. "Sebenarnya siapa Tuan muda kalian!" teriak Viera dengan sangat kesal.
"Nanti Nona juga akan tahu," jawab Leo dengan wajah datarnya. Dan menghela wanita tersebut agar segera berjalan masuk ke area hotel.
"Kenapa kalian membawaku ke hotel? Apa Tuan muda kalian adalah pria mesum," sarkas Viera dengan kesalnya. Namun, tidak ada yang menjawab umpatannya. Sehingga ia sekarang ini semakin merasa deg-degan dan amat ketakutan. "Siapa Tuan muda yang mereka maksud? Apakah aku akan diperkosa? Tidak-tidak, aku harus mencoba kabur atau menghabisi Tuan muda yang mereka maksud," gumam Viera.
Beberapa saat kemudian, Leo dan Viera beserta 2 pengawal sudah tiba di ruangan kamar dengan nomor 2705. Leo mulai mengetuk pintu kamar hotel presidential suite room tersebut. Dan tak lama berselang, pintu terbuka dari dalam. "Silahkan masuk Nona!"
"Aku masuk ke dalam kamar ini? Apa kalian pikir aku adalah wanita nakal yang melayani para pria hidung belang?" teriak Viera yang mencoba mencari pertolongan. Berharap ada orang baik yang mau menolongnya seperti cerita-cerita di novel yang pernah ia baca.
Namun, tiba-tiba tangannya ditarik dari dalam dan membuatnya sudah berada di dalam ruangan kamar. Bahkan tubuhnya sudah terpental ke arah dada bidang seorang pria yang terlihat bertelanjang dada. Awalnya ia yang memejamkan kedua matanya karena jatuh terhempas di dada bidang itu, bahkan jantungnya berdegup sangat kencang karena merasa sangat takut. Akan tetapi, ia mencoba untuk menetralkan perasaannya untuk melihat siapa dalang dibalik semua hal buruk yang menimpanya.
Viera membuka matanya dan mendongak untuk bisa menatap wajah pria yang sudah mengunci posisinya dengan cara melingkarkan tangan di pinggangnya. Jantungnya seolah berhenti seketika saat melihat siapa pria yang terlihat merah padam wajahnya dan menatapnya seolah seperti hendak memangsanya.
"Faqih? Kamu ...." Viera tidak bisa melanjutkan perkataannya karena bibirnya sudah dibungkam oleh bibir pria yang sudah menciumnya dengan sangat brutal.
Viera tentu saja sangat terkejut dengan perbuatan Faqih yang sangat kasar, berbeda jauh dengan yang selama ini diketahuinya. Karena yang selama ini terlihat adalah pria itu mempunyai sifat yang penyayang dan lembut saat berada di dekatnya.
Viera mencoba menghindar dan mendorong dada bidang Faqih. "Apa yang kamu lakukan? Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Faqih?" Viera mencoba melepaskan cengkraman pria yang sudah mendorongnya ke atas ranjang dan menindihnya, serta mencium lehernya. Namun, tenaganya kalah jauh dari laki-laki yang sudah merobek pakaiannya.
"Aku butuh sex, dan aku hanya menginginkan tubuhmu," ucap Faqih yang sudah berada di atas tubuh wanita yang selama ini diincarnya.
Mendadak raut wajah Viera langsung berubah pucat begitu mendengar kalimat terakhir dari pria yang kembali membungkam mulutnya dan merasakan tangan Faqih sudah bergerilya di tubuhnya.
TBC ...
Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika mengg
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Suasana hening di presidential suite room sebuah hotel mewah, sangat hening. Seolah menegaskan bahwa penghuni ruangan kamar hotel tersebut sedang larut dalam alam bawah sadarnya. Hingga 2 jam kemudian, tepatnya pukul 23.15 WIB, sebuah pergerakan dari seorang pria yang mempunyai badan sixpack terlihat menggerakkan tangannya untuk mengusap ranjang, seperti tengah mencari keberadaan seseorang yang tadinya ada di sampingnya.Pria yang tak lain adalah Faqih itu refleks langsung membuka kelopak matanya untuk memastikan ketakutannya."Viera ...." Faqih yang baru saja mengumpulkan kesadarannya, mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tentu saja saat ini, ia tengah mencari sosok wanita yang baru diperkosanya akibat dari obat perangsang yang diberikan oleh Aliando dan Alisa. Sehingga ia sampai melupakan semua norma-norma dan melakukan perbuatan terlarang demi bisa menyalurkan hasratnya yang sudah membakar habis dirinya.Tub
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban."Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas."Kamu sudah sadar."Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Aliando dan Fatih kini berada di depan kontrakan wanita yang sama-sama mereka puja. Tentu saja untuk mencari tahu apakah Viera sudah kembali ke kontrakan atau belum. Dengan sama-sama mengetuk pintu berwarna kecoklatan di depannya, mereka menunggu beberapa saat. Hingga pintu terbuka, dilihatnya sosok wanita yang saat ini tengah memakai piyama tidur berwarna merah.Aisyah yang dari tadi tidak bisa tidur memikirkan keadaan sahabatnya, hanya sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Begitu indera pendengarannya menangkap suara pintu yang diketuk, buru-buru ia keluar kamar dan menuju ke arah depan dengan berpikir bahwa yang datang adalah Viera.“Itu pasti Viera.”Namun, begitu melihat yang ada di depan pintu adalah dua pria tampan yang diketahuinya sama-sama menncintai sahabatnya, membuat ia merasa kebingungan untuk menghadapi atasannya yang tak lain adalah Aliando dan rekan kerjanya Faqih.“Viera belum juga kembali. Apakah kalian berdua mencarinya
Setelah pria yang dianggap dewa penolongnya pergi, kini Viera tengah mengamati sekeliling ruangan. Merasa sangat sesak begitu berada di ruangan tersebut sendiri, tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening sudah menganak sungai di wajah pucatnya. Tidak hanya itu, suara tangisan menyayat hati memenuhi ruangan di tengah keheningan malam. Entah sudah berapa menit ia menangis tersedu-sedu, hingga suaranya yang lirih mulai terdengar."Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan. Kenapa hidupku hancur dalam semalam di tangan dua pria yang sama-sama tidak mempunyai hati itu? Kenapa takdir sekejam ini padaku? Kenapa aku bertemu dengan mereka?"Viera yang saat ini menyembunyikan wajahnya di bawah bantal, semakin menangis tersedu-sedu saat merasa hancur berkeping-keping dan tidak mempunyai masa depan saat tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.Sesaat ia mengingat akan pertemuan pertamanya dengan Aliando di perusahaan dan juga awal mu
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi