Senja pun telah beranjak ke peraduannya, dan berganti dengan gemerlap cahaya bintang yang berkilauan. Suasana malam bertabur bintang di hari ini semakin menghiasi gelapnya malam. Setelah sebelumnya menghubungi pria yang sangat tidak disukainya, untuk bertemu di sebuah restoran, kini Aliando sudah duduk di kursi yang terletak di sebelah belakang paling ujung dengan tembok dan dekat dengan pintu keluar. Mempunyai tubuh sixpack dan wajah tampan yang selalu menjadi idaman kaum hawa, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada.
Pria yang memakai kemeja berwarna putih dengan lengan di lipat sampai siku, tengah menyilangkan kedua kakinya seraya tangannya bersedekap pada dadanya, menunggu sosok yang ditunggunya. Tak lama menunggu, datanglah sosok orang yang dinantikannya.
Pria yang sangat tidak disukainya, yakni yang bernama Faqih Mahendra merupakan pegawai baru di perusahaannya dan dekat dengan kekasih yang sudah lama menjalin hubungan dengannya. Karena ia sangat tidak suka ada seorang pria yang berteman dengan wanita yang sangat dicintainya. Tentu saja ia sangat posesif dan tidak membiarkan ada pria lain dekat dengan wanitanya.
Pria dengan rahang tegas, mata bulat dilengkapi bulu mata lentik serta alis pekat tebal dengan hidung mancung dan bibir tebal yang sangat menggoda kaum hawa. Tak lupa badan tinggi tegapnya membuatnya terlihat gagah meskipun hanya memakai kemeja murahan. Ia adalah Faqih, kaki panjangnya melangkah kedalam restoran dan melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sosok yang dicarinya.
Setelah menemukan Aliando, ia pun menghampirinya dan mencoba mengulurkan tangannya pada kekasih dari wanita yang diincarnya, namun tak mendapatkan sambutan dari pria yang duduk di depannya itu. "Selamat malam Pak Aliando. Apa Anda sudah lama menungguku?" Faqih mendaratkan tubuhnya di kursi dan duduk di depan Aliando.
"Ooh ... kau sudah datang. Mungkin aku baru duduk 5 menit disini, kau sangat tepat waktu sekali. Aku sangat menghargai kedisiplinanmu itu." Aliando mencoba berbasa basi dan berpura-pura tersenyum.
"Sepertinya ada hal serius yang ingin Anda bicarakan denganku Pak Aliando. Sebenarnya ada apa?" tanya Faqih dengan tatapan datarnya seraya mendaratkan tubuhnya di kursi yang berada di sebelah kanan Aliando.
"Ooh ... jangan terburu-buru, lebih baik kita makan saja dulu. Aku sangat lapar karena belum makan malam ini, jadi lebih baik kita makan dulu. Apa kamu tidak keberatan?" sahut Aliando yang mencoba untuk mengulur waktu hingga Alisa datang.
"Baiklah Pak, tentu saja saya tidak keberatan." Faqih masih menanggapi dengan sikapnya yang tenang.
Aliando menggerakkan tangannya ke depan, "Jangan panggil aku Pak kalau tidak sedang berada di kantor, panggil saja aku Al karena sepertinya kita seumuran." Kemudian ia memanggil pelayan dan memulai memesan makanan dan minuman.
Beberapa menit kemudian, pelayan datang dan membawakan pesanan mereka.
"Makanlah, kita bisa makan sambil mengobrol!" Aliando mengarahkan dagunya untuk menunjuk makanan yang sudah terhidang di atas meja.
Faqih hanya menganggukkan kepalanya dan mulai menikmati makanannya, meski ia merasa sangat curiga dengan pria di depannya tersebut. Saat tangannya akan menyuapkan makanan yang ke 3 kalinya ke mulutnya, dirinya sangat terkejut mendengar kata-kata dari Aliando. Sehingga membuatnya sedikit tersedak dan langsung mengambil minuman di depannya dan meminumnya hingga habis.
"Sebenarnya apa tujuanmu masuk ke perusahaan Tamtama Group? Aku sudah mengetahui siapa dirimu sebenarnya, kamu adalah Faqih Mahendra yang merupakan pewaris tahta Perusahaan Mahendra Group yang merupakan perusahaan konsultan terbesar di Jakarta." Aliando menatap tajam pria yang berada di depannya dengan tatapan penuh penghakiman seraya menggebrak meja di depannya. Bahkan perbuatannya itu berhasil membuat beberapa pelanggan menoleh ke arahnya.
"Uhuuk ... uhuk ...." Faqih yang sedang mereguk minumannya refleks langsung tersedak dan menatap wajah Aliando yang saat ini terlihat penuh dengan kilatan api amarah.
"Kenapa kau sangat terkejut saat aku panggil nama lengkapmu, Faqih Mahendra? Seorang pewaris dari Mahendra Group yang sangat terkenal di negeri ini sedang menyamar menjadi orang rendahan yang hanya bekerja di perusahaan kecil sebagai staf biasa."
"Apa kata pers nanti saat mengetahui kebenaran itu? Apa kau tidak kuatir bila harga saham perusahaanmu akan anjlok begitu mendengar berita ini? Mungkin akan bertebaran berita dengan tajuk "Penerus Mahendra Group bermain-main dengan bekerja di bagian pemasaran pada perusahaan kecil."
"Ataukah dengan tajuk "Pewaris keluarga Mahendra sedang mengincar kekasih orang lain. Apakah kau ingin berniat main-main denganku?" Aliando menunjukkan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun dengan menggebrak meja di depannya untuk menakuti lawan bicaranya.
Tapi bukannya takut pada kemarahan Aliando, Faqih hanya menanggapinya dengan senyuman dan mencoba bersikap setenang mungkin tanpa harus merasa terintimidasi dengan kemarahan Aliando.
Faqih berdehem dan mengeluarkan suaranya yang datar. "Sepertinya kau sangat penasaran denganku, hingga membuatmu menyelidiki latar belakang keluargaku? Apa dengan kehadiranku, membuatmu merasa terancam?" ucap Faqih tersenyum mengejek kepada Aliando.
Bunyi gemeratak gigi Aliando terdengar sangat keras menunjukkan bahwa saat ini ia benar-benar ingin menghabisi pria yang terlihat sama sekali tidak takut padanya. "Kau pikir aku takut kepadamu karena kau adalah pewaris tunggal Mahendra Group? Kau belum tahu siapa aku sebenarnya. Jadi kau jangan menganggapku remeh, karena aku akan menghabisimu kalau sampai kau berniat macam-macam pada kekasihku!"
"Ciiih ...." Faqih tersenyum menyeringai. Kemudian ia bersedekap dada seraya melanjutkan perkataannya. "Kau menganggap Viera seorang kekasih? Bagaimana dengan dia sendiri? Apa kau memahami perasaannya? Apa kau mengerti apa kemauannya?"
"Kau hanya menjadikan dia layaknya boneka yang harus selalu menuruti kemauanmu saja tanpa memikirkan apa yang diinginkannya. Apakah kau pernah bertanya padanya bagaimana perasaannya? Apa yang diinginkannya? Kau hanya menjadikan Viera sebagai pemuas obsesi gilamu itu, kau hanya menanamkan ketakutan pada wanita yang kau bilang sangat kau cintai itu. Apa kau sadar kau hanya menyiksa wanita itu dengan mengikatnya di sampingmu?" ucap Faqih dengan senyuman mengejek.
"Itu bukan urusanmu, dan kau tidak perlu ikut campur mengenai hubunganku dengan kekasihku, kau hanya perlu menjauhinya, Faqih! Jangan sampai kesabaranku habis dan memutuskan untuk menghabisimu saat ini juga!" Aliando dengan berapi-api menanggapi ucapan Faqih. Bahkan amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Jika ia tidak mengingat rencananya, mungkin ia sudah menghabisi pria yang sudah tertarik pada kekasihnya itu.
Dan disaat perseteruan mereka semakin panas, datang sosok Alisa, wanita yang dibayar Aliando untuk menjebak Faqih. Alisa melangkah dengan gayanya yang elegan dan seksi dengan memakai baju berwarna merah yang menampilkan lekukan tubuhnya yang terlihat seperti gitar spanyol. Bahkan 2 benda padat yang membusung di dadanya bisa terlihat jelas dan sangat menggoda para kaum Adam untuk bisa meremasnya.
"Hai Aliando, kebetulan sekali kita bisa bertemu disini. Aku tadinya merasa sangat kesepian karena akan makan sendirian di sini, syukurlah aku bertemu denganmu. Bolehkah aku bergabung disini?" Tanpa menunggu persetujuan dari lawan bicaranya, Alisa langsung duduk diantara Aliando dan Faqih.
Kemudian Aliando berpura-pura menampilkan raut wajah terkejut pada Alisa, "Kebetulan sekali kita bisa bertemu disini Alisa. Duduk saja, lagipula kami tidak merasa terganggu."
Alisa menoleh ke arah pria tampan disebelahnya itu, seolah terkesima dengan pesona laki-laki yang mempunyai wajah sangat tampan dengan rahang tegas dan sedikit bulu-bulu halus di area sekitar dagunya, serta badan yang terlihat sixpack dan sangat indah dipandang mata.
"Pria ini benar-benar sangat tampan dan maskulin. Mimpi apa aku semalam hingga bisa menghabiskan malam ini bersama dengan pria luar biasa sepertinya. Dia pasti sangat kuat saat berada di atas ranjang, karena tubuhnya sangat bagus dan juga seksi," gumam Alisa seraya tidak berkedip menatap wajah tampan pria di sebelahnya.
Alisa mencoba bersikap manis dengan menampilkan senyuman yang mempesona. "Perkenalkan, saya Alisa." Alisa mengulurkan tangan untuk menjabat tangan pria di sebelahnya.
Faqih hanya bersikap biasa tanpa sedikit pun merasa terpesona dengan sosok Alisa, karena selama ini ia dikelilingi oleh wanita-wanita munafik seperti Alisa yang membuatnya muak dengan kelakuan wanita di sampingnya itu. Dengan malas dia menjabat tangan wanita bertubuh seksi itu tanpa menyebutkan namanya.
"Memuakkan sekali, ternyata Aliando mempunyai teman yang terlihat seperti seorang pelacur. Bahkan pakaian kurang bahan yang dipakainya itu sudah jelas mencerminkan kepribadian buruknya yang suka mengobral tubuhnya. Entah sudah berapa banyak pria yang menjamah tubuhnya yang sangat menjijikkan itu," gumam Faqih.
"Senang bertemu denganmu." Alisa mengerlingkan matanya ke arah Faqih, berharap laki-laki itu terpesona dengan tingkahnya. Alisa mulai bergerak mendekat ke arah Faqih dan mencoba meraba punggung tangan pria itu, berusaha membangkitkan gairah pria yang diketahuinya telah meminum obat perangsang yang ditaruh di minumannya.
Karena Alisa lah yang telah memasukkan obat itu saat pelayan sedang berjalan mengantarkan makanan serta minuman kepada mereka.
Faqih mengibaskan tangan Alisa yang dianggapnya sangat lancang menyentuhnya. "Jangan menyentuhku!" hardik Faqih dengan tatapan mata penuh kilatan amarah dan menatap tidak suka pada wanita yang dianggapnya murahan itu. Namun, baru menutup mulutnya, ia merasakan tubuhnya terasa panas, wajahnya pun telah berubah merah.
"Ada apa dengan tubuhku? Kenapa rasanya seperti terbakar? Sepertinya ada yang tidak beres dengan tubuhku. Apakah Aliando sengaja memasukkan obat perangsang di dalam minumanku? Berengsek! Aku harus bersikap biasa dan jangan sampai membuatnya merasa curiga," gumam Faqih di dalam hati.
Faqih yang merasakan hasratnya sudah mulai menguasai dirinya, refleks bangkit dari kursi dan menatap ke arah Aliando dan Alisa. "Aku permisi sebentar pergi ke toilet." Tanpa menunggu jawaban dari 2 orang di depannya, ia berlalu pergi untuk menuju ke toilet dan berjalan sedikit terhuyung. Faqih mencoba mengendalikan dirinya yang sudah mulai horny.
Begitu ia tiba di toilet, Faqih mengambil ponselnya dan menghubungi orang kepercayaannya. Begitu sambungan telepon tersambung, ia langsung mengeluarkan titahnya.
"Bawa Viera ke Sahara hotel sekarang juga! Aku harus menyalurkan hasratku padanya, karena aku tidak ingin wanita selain dia."
TBC ...
Aliando menatap siluet Faqih dari belakang yang berjalan agak sempoyongan. Ia tersenyum menyeringai dan bangkit dari kursinya seraya menatap ke arah Alisa, "Sepertinya obat perangsang itu sudah bekerja di tubuh Faqih. Kamu tunggu saja dia di sini, sebentar lagi dia pasti kembali dari toilet dan mengajakmu ke hotel untuk bercinta. Aku pergi dulu untuk menemui kekasihku, selamat bersenang-senang." Aliando melambaikan tangannya saat meninggalkan Alisa dan melangkah keluar dari restoran dengan senyuman terbit dari wajahnya. Seolah hari ini merupakan sebuah kemenangan untuknya, karena berhasil menyingkirkan 1 penghalang yang berani mendekati sang kekasih. "Akhirnya aku bisa membuat pria sialan itu berakhir di tangan Lisa dan begitu Viera melihat video menjijikkan dari Faqih saat bercinta, ia pasti tidak akan mau berteman dengan pria bajingan itu." Aliando masuk ke dalam mobilnya begitu sampai di parkiran. Namun, baru saja ia ingin mengemudika
Karena sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, Faqih mulai meraup bibir merah merekah Viera, menyesap sari kemanisannya dan melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga dalam mulut wanita di bawahnya yang masih mencoba untuk menghindar dan menolak. Dan penolakan dari Viera malah semakin membuatnya terbakar gairah yang membara.Seolah penolakan itu semakin membuatnya merasa sangat tertantang untuk menaklukkan wanita yang asyik bergerak seperti cacing kepanasan saat menolak perbuatannya.Tidak berhenti melumat bibir Viera, tangan Faqih sudah bergerilya, karena kedua tangannya sudah masuk ke balik kaos casual wanita yang masih berusaha menolak perbuatannya. Bahkan ia sudah mulai meremas dua benda padat yang membusung di depannya dengan liar, dan berpindah tempat untuk memilinnya.Otak Fasya yang menolak perbuatan gila Faqih, seolah berbanding terbalik dengan respon dari tubuhnya. Tubuhnya seketika mengg
Viera benar-benar merasa sangat shock begitu mendengar perkataan dari pria yang sudah 6 bulan menjadi kekasihnya, mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. "Apa maksudmu Al? Jangan bilang kalau kamu mau ...." Ia tidak bisa melanjutkan kalimat menakutkan itu dari bibirnya karena sudah sangat ketakutan.Aliando yang tengah memasang sabuk pengaman di tubuhnya, melirik sekilas ke arah wanita yang membuatnya merasa sangat frustasi. Karena wanita yang sangat dicintainya malah berakhir di tangan pria yang sangat dibencinya. Sehingga ia yang dikuasai amarah, sama sekali tidak memperdulikan kenyataan pahit bahwa calon istrinya sudah tidak suci lagi akibat perbuatannya."Ya, malam ini kamu juga harus melayaniku. Sama seperti kamu melayani bajingan itu," sarkas Aliando dengan wajah penuh kilatan amarah. Kembali fokus menatap ke arah depan setelah menyalakan mesin mobil dan mengemudikannya meninggalkan area kos Viera.Re
Viera mencoba memberontak saat Aliando sudah brutal menciumnya dan menindih tubuhnya yang tadi jatuh terhempas di ranjang king size sangat empuk tersebut setelah didorong dengan kasar oleh pria yang tak lain adalah kekasihnya sendiri. Ia sama sekali tidak membalas ataupun menikmati ciuman kasar dari Aliando, karena ia fokus ingin melepaskan diri dari cengkeraman pria yang terlihat sangat buas, seolah ingin memangsanya habis-habisan."Ya Allah, selamatkan hambamu ini dari pria yang sudah dikuasai oleh amarah nafsu syetan ini. Aliando benar-benar sudah berubah, dulu dia tidak pernah kasar padaku. Akan tetapi, kenapa sekarang dia jadi begini?" gumam Viera yang masih berusaha memberontak saat otaknya mulai bisa menangkap bahaya yang mengancamnya ketika kancing kemeja yang dipakainya dilepaskan satu persatu oleh pria yang masih tidak melepaskan bibirnya.Namun, saat ia memegangi kemejanya, rasa perih dirasakan pada bibirnya ketika Aliando menggigit bibir
Viera yang awalnya sangat kuat, mencoba melawan pria yang sudah menguasai tubuhnya. Namun, lama-kelamaan ia sudah kehabisan tenaga, karena kekuatannya tidak sebanding dengan tubuh kekar yang sudah bergerak sangat liar di atasnya.Bulir bening air mata sudah menganak sungai di wajah pucatnya saat mendapat perlakuan beringas dari pria yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya tersebut. Ketidakberdayaan yang dirasakan, membuat ia hanya bisa pasrah saat sebuah kehancuran datang bertubi-tubi padanya hari ini.Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya pada pria yang nantinya akan menjadi suaminya, tetapi sama sekali tidak pernah menyangka jika harga diri yang selama ini dijaga sudah hilang dan hancur dalam semalam. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di dalam dirinya, sehingga ia berniat untuk mengakhiri hidupnya saat pria yang terlihat menatapnya dengan kilatan penuh hasrat menggelora itu sudah menegang saat mencapai klimaks dan melenguh panjang
Suasana hening di presidential suite room sebuah hotel mewah, sangat hening. Seolah menegaskan bahwa penghuni ruangan kamar hotel tersebut sedang larut dalam alam bawah sadarnya. Hingga 2 jam kemudian, tepatnya pukul 23.15 WIB, sebuah pergerakan dari seorang pria yang mempunyai badan sixpack terlihat menggerakkan tangannya untuk mengusap ranjang, seperti tengah mencari keberadaan seseorang yang tadinya ada di sampingnya.Pria yang tak lain adalah Faqih itu refleks langsung membuka kelopak matanya untuk memastikan ketakutannya."Viera ...." Faqih yang baru saja mengumpulkan kesadarannya, mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tentu saja saat ini, ia tengah mencari sosok wanita yang baru diperkosanya akibat dari obat perangsang yang diberikan oleh Aliando dan Alisa. Sehingga ia sampai melupakan semua norma-norma dan melakukan perbuatan terlarang demi bisa menyalurkan hasratnya yang sudah membakar habis dirinya.Tub
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban."Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas."Kamu sudah sadar."Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Aliando dan Fatih kini berada di depan kontrakan wanita yang sama-sama mereka puja. Tentu saja untuk mencari tahu apakah Viera sudah kembali ke kontrakan atau belum. Dengan sama-sama mengetuk pintu berwarna kecoklatan di depannya, mereka menunggu beberapa saat. Hingga pintu terbuka, dilihatnya sosok wanita yang saat ini tengah memakai piyama tidur berwarna merah.Aisyah yang dari tadi tidak bisa tidur memikirkan keadaan sahabatnya, hanya sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Begitu indera pendengarannya menangkap suara pintu yang diketuk, buru-buru ia keluar kamar dan menuju ke arah depan dengan berpikir bahwa yang datang adalah Viera.“Itu pasti Viera.”Namun, begitu melihat yang ada di depan pintu adalah dua pria tampan yang diketahuinya sama-sama menncintai sahabatnya, membuat ia merasa kebingungan untuk menghadapi atasannya yang tak lain adalah Aliando dan rekan kerjanya Faqih.“Viera belum juga kembali. Apakah kalian berdua mencarinya
Aliando tadi menyuruh orang tua Viera untuk beristirahat di apartemennya dengan menyuruh asistennya menjemput calon mertuanya. Ia sudah menganggap orang tua Viera adalah mertuanya karena merasa yakin akan menikahi wanita yang selama 5 tahun ini sangat berarti di hatinya.Ia yang mengerti akan amnesia seperti dialami olehnya dulu, yaitu tidak sepenuhnya hilang ingatan, tetapi hanya ingatan beberapa tahun saja yang hilang. Jadi, ia ingin mengeceknya sendiri dengan menunggu hingga Viera tersadar. Dengan menyakini bahwa wanita itu mungkin hanya melupakan sesuatu yang menyakitkan, yaitu melupakan kejadian di mana ia memperkosa Viera.Beberapa jam berlalu, Aliando bahkan sudah tertidur di kursi yang berada di sebelah ranjang pesakitan Viera. Ia menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik tersebut. Berharap akan mengetahui jika Viera sadar dari biusnya.Pukul dua dini hari, Viera perlahan membuka mata dan mengamati sua
Supriyan dan Siti Aminah, serta Aliando seketika menolehkan kepala untuk melihat ke arah sosok sumber suara. Tentu saja mereka bisa melihat raut wajah penuh kemarahan dari sosok wanita paruh baya dengan wajah sangat sembab dan sudah dipastikan dari tadi tidak berhenti menangis meratapi nasib sang putra yang sedang berjuang menghadapi masa kritisnya.Supriyan yang seketika mengepalkan kedua tangannya, sudah tidak bisa menahan diri lagi karena ia tidak terima dituduh hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia hanya memikirkan nasib cucunya, sehingga memutuskan untuk mengatakan semua kebenaran pada Aliando. Ia kini sudah menepis tuduhan dari wanita yang menjadi besannya tersebut."Jangan asal menuduh, Nyonya. Sama sekali tidak pernah terpikirkan bagi kami untuk mencari pengganti menantu di saat seperti ini. Kami hanya memikirkan keadaan putri dan cucu yang sangat malang. Apakah itu salah? Apakah salah jika seorang ayah meng
Begitu mendengar cerita dari ayah Viera, Aliando langsung mematikan sambungan telepon dan buru-buru bangkit dari ranjang king size yang menjadi saksi bisu kesedihannya hari ini. Setelah pulang dari rumah sakit, ia berdiam diri di apartemen untuk menenggelamkan dirinya dengan kesedihan. Ia sengaja tidak pulang ke rumah karena tidak ingin orang tuanya melihat dirinya yang berada di titik paling terendah dalam hidupnya.Ia yang dari tadi belum mengganti pakaiannya, memudahkannya untuk langsung pergi ke rumah sakit. Begitu mengambil kunci mobil miliknya, Aliando berjalan dengan terburu-buru hingga tanpa ia sadari, kakinya menabrak sudut lemari dan tidak dipedulikannya. Meskipun sebenarnya rasa sakit itu sangat terasa, tidak membuatnya ingin memeriksa kakinya karena ia fokus berjalan keluar dari apartemen.Begitu berada di luar pintu, ia berlari menuju ke arah lift dengan senyuman tidak berhenti terukir di bibirnya. Bahkan degup jantungnya
Pasangan suami istri yang tidak lain adalah orang tua Viera, merasa sangat shock dan sedih saat mendengar semua penjelasan panjang lebar dari dokter. Seolah saat ini dunia mereka seketika runtuh saat mengetahui bahwa putri satu-satunya mengalami amnesia dan kelumpuhan.Wajah keduanya terlihat sangat pucat saat melihat nasib malang cucunya yang mungkin dilupakan oleh sang ibu. Begitu melihat para perawat yang membawa putri dan menantunya keluar dari ruangan operasi menuju ke ruangan kamar, mereka berjalan mengikuti di belakang dengan perasaan yang tidak menentu.Tidak lupa bulir kesedihan menghiasi wajah mereka yang mewakili perasaan yang hancur. Hal itu semakin bertambah besar saat mendengar suara cucunya yang memanggil-manggil sang ibu."Mama ... Mama," ucap Rafa beberapa kali dengan melambai-lambai pada sang mama. Merasa panggilannya diabaikan dan juga sang mama tidak kunjung membuka mata, membuatnya menceb
Ani Mahendra melanjutkan perkataannya untuk mengungkapkan apa yang ditakutkannya saat ini. "Maaf, aku hanyalah seorang ibu yang takut kehilangan putra satu-satunya. Meskipun aku tahu bahwa jodoh, rezeki, maut sudah ditentukan oleh Tuhan, tetapi tidak bisa menghilangkan pikiran burukku yang menganggap bahwa semua ini terjadi karena Viera. Kalian boleh membenci dan marah padaku, tetapi satu-satunya yang kupikirkan hanyalah putraku."Supriyan yang merasa mendapatkan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa hari ini, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Lakukan apapun sesuka Anda, Nyonya Mahendra. Namun, jangan pernah sekali-kali menyebut bahwa putri kami adalah wanita pembawa sial karena di dunia ini, semua manusia mendapatkan rahmat dari Tuhan secara adil.""Jadi, tidak ada anak yang dilahirkan pembawa sial. Saya sangat berterima kasih atas semua penghinaan ini karena mengetahui sifat Anda sebenarnya yang seperti tidak mengakui kebesaran dari T
Setelah selesai melakukan transfusi darah, Aliando sudah berjalan keluar dari ruang operasi. Sebenarnya, ia sangat ingin menunggu sampai proses operasi selesai. Namun, ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi memikirkan Viera. Ia memutuskan untuk melupakan wanita yang sangat berarti penting untuknya tersebut.Dengan langkah kaki panjangnya, ia berjalan menghampiri orang tua Viera yang sedang duduk di kursi. "Ayah, Ibu, saya pamit pulang dulu. Sepertinya proses operasi berjalanlancar dan Alhamdulilah Faqih pun bangkit dari kematian. Semua ini terjadi karena Allah telah memberikan mu'jizat untuk Viera dan Faqih."Supriyan kini bangkit dari posisinya dan langsung menepuk bahu kokoh pria yang lebih tinggi darinya tersebut. "Terima kasih, Nak Aliando. Semoga Viera segera sembuh dan bisa mengucapkan terima kasih padamu.""Apa kau tidak ingin menunggu hingga proses operasi selesai, Nak Aliando?" t
Semua orang yang berada di depan ruangan operasi terlihat sangat khawatir dan cemas menunggu penjelasan dari pria yang menggunakan seragam operasi tersebut. Tentu saja di dalam hati sedang sibuk merapal doa untuk keselamatan pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan tersebut.Sementara itu, sang dokter yang merasa sangat tidak enak untuk menyampaikan kabar pada keluarga pasien, menghela napas berat sebelum mengeluarkan suara. Apalagi ia melihat raut wajah keluarga pasien yang baru saja menghujaninya dengan beragam pertanyaan."Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kabar duka ini. Bahwa pasien laki-laki baru saja mengembuskan napas terakhir pukul 21.35 WIB sebelum dilakukan proses operasi."Sontak saja suara teriakan histeris dari sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah mama dari Faqih sudah memenuhi area sekitar ruangan operasi tersebut."Tidaaak!"
Aliando benar-benar merasa shock begitu melihat wanita yang ada di dalam mobil dengan bersimbah darah itu adalah satu-satunya wanita yang lima tahun lalu sangat dicintainya. Dengan tubuh yang gemetar dan tangannya pun demikian, ia meminta bersama orang-orang berusaha untuk mengeluarkan dua insan yang saat ini masih memakai gaun pengantin tersebut.Kaca mobil yang sebagian sudah pecah, memudahkan Aliando untuk membuka pintu mobil. Meskipun harus mengorbankan tangannya tergores tajamnya kaca dan mengoyak kulitnya."Viera, bertahanlah. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku, kamu tidak boleh mati. Ingatanku sudah kembali dan akan menebus segala dosa-dosaku padamu, Viera." Membuka pintu mobil dan mengeluarkan tubuh wanita yang sudah tidak sadarkan diri tersebut.Sementara itu, beberapa orang lainnya juga mencoba mengeluarkan pengantin pria yang masih sadar dan merintih.Faqih yang bisa melihat Aliando menge
Faqih hanya terkekeh menanggapi rengutan dari wanita yang menurutnya malah terlihat semakin menggemaskan karena mengetahui bahwa Viera merasa malu dan terlihat kikuk padanya. Ia pun mendekatkan wajahnya untuk berbisik pada daun telinga sang istri dengan senyuman menyeringai."Kenapa? Kamu malu aku membantumu mengganti pakaian? Padahal kita sudah sah menjadi suami istri dan aku bebas menelanjangimu sepuasnya malam ini."Refleks Viera langsung mengarahkan tangannya ke bibir pria yang membuatnya bergidik ngeri hingga bulu kuduknya seketika meremang. "Dasar otak udang! Jangan sampai ayah dan ibuku mendengarnya! Sangat memalukan."Viera menyembunyikan kegugupannya begitu berada di depan orang tua dan mertuanya yang sedang asyik berbincang. "Ibu, ayo kita pulang. Kasihan Rafa sudah kelelahan dan tidak nyaman tidur dalam posisi meringkuk seperti itu."Sebenarnya beberapa saat yang lalu, mama dari Faqi