Viktor menutup pintu kamar hotel dengan kakinya. Dia tetap membiarkan cardlock pada tempatnya agar penerangan tetap menyala.Viktor melangkah menuju ruang tidur. Dia membaringkan tubuh Xandrova perlahan."Rupanya kau sangat lelah, Zoya."Viktor meletakkan tas tangan milik sang istri di atas nakas. Kemudian, pria itu melepaskan sepatu boots yang masih dikenakan Xandrova.**Liburan musim panas telah berakhir. Viktor dan sang istri telah kembali ke mansion keluarga Konstantin yang terletak di distrik Leningrad."Di mana Kakek? Mengapa Beliau tidak terlihat?"Xandrova bertanya kepada pelayan wanita yang setia merawatnya sejak balita."Tuan Besar sudah menunggu Anda di ruang makan untuk sarapan bersama.""Ruang makan?!"Viktor melihat kedua mata Galana nyaris loncat dari rongganya. Namun, pria itu tetap tenang seperti biasa."Benar, Nyonya."Viktor mengikuti langkah kaki kedua mertua juga sang istri menuju ruang makan. Entah mengapa, instingnya berkata akan terjadi hal-hal di luar kendali
Viktor dan Xandrova ternganga mendengar Davidoff melontarkan kata-kata pedas yang sangat tidak pantas.'Apa-apaan Papa David?! Apakah Papa tidak pernah sekalipun menghormati Kakek?! Dan, Mama ... sebagai seorang Istri, apakah Mama tidak pernah menasehati Papa?!'Viktor mengutarakan berbagai pertanyaan di benaknya. Dia memperhatikan wajah Gennadius memerah dengan rahang yang menegang."Pa, tidak baik berbicara seperti itu kepada Kakek!!"Viktor spontan menegur Davidoff dengan nada sedikit tinggi. Dia juga melemparkan tatapan tajam ke arah Davidoff."Ha! Ha! Ha!"Davidoff menertawakan tingkah Viktor. Dan, Viktor semakin geram melihat Davidoff bertingkah layaknya seseorang yang kehilangan akal."Sangat lucu, bukan?! Kau bisa berkata seperti itu karena Kakek Gennadius telah memberikan banyak sekali fasilitas kepadamu, Viktor! Sedangkan saya?!"Davidoff memandangi Viktor yang sedang membuka kedua matanya lebar-lebar dan mengarahkan kepada dirinya."Oh, jadi itukah penyebabnya sampai Papa t
Dan sekali lagi, Xandrova berkata meyakinkan suaminya. Namun, terlihat jelas dari tatapannya bahwa Viktor tidak bisa mempercayai Xandrova begitu saja.Angin musim panas masuk ke ruang makan keluarga Konstantin melalui jendela yang terbuka lebar. Cahaya hangat matahari pagi menyapa kulit Viktor yang seputih salju sama seperti kulit Xandrova yang cantik dan terawat. Pasangan suami istri ini tinggal satu atap di mansion mewah keluarga Konstantin. Mansion dengan desain klasik yang menampilkan sisi dekoratif dari masa lampau."Langsung saja, Viktor, dan jangan berbelit-belit seperti ini!" Davidoff berseru kepada menantunya yang tidak pernah dianggap."Maaf jika kalian semua menunggu keputusan saya begitu lama. Karena jujur saja ... ini sangat sukar bagi saya."'Jika aku salah mengambil keputusan, Papa dan Mama pasti akan menyalahkan ku atas apa yang terjadi dengan anak mereka, bukan?' Viktor berpikir keras tentang hal ini. Viktor sangat yakin dengan dugaannya barusan."Karena saya tidak in
Viktor sedang duduk berhadapan dengan istrinya. Dia secara terang-terangan mengatakan tentang kekhawatirannya akan keputusan Xandrova untuk kembali menempuh pendidikan. Sepasang suami istri tersebut saling terdiam juga saling menatap."Baiklah, Viktor. Aku mengerti dan menyetujui semua persyaratan yang kau katakan tadi."Viktor tersenyum sekaligus lega mendengar Xandrova berkata seperti itu."Oke, Zoya. Aku akan meminta Andriy mengurus semua persiapan kuliahmu."Xandrova mengangguk setuju."Ya, Viktor. Aku akan menunggu kabar baik darimu."Viktor mengusap pucuk kepala Xandrova, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Dia berjalan sambil memainkan smartphone.Viktor: Andriy, urus berkas kuliah Zoya dan pastikan dia mendapatkan perlakuan yang baik di kampus!Begitulah Viktor. Hanya mengirimkan pesan singkat satu kalimat saja tanpa basa-basi.**Hari ini merupakan hari pertama Viktor bekerja di perusahaan keluarga Konstantin yang berlokasi di distrik Moskovsky, St Petersburg, Rusia. Dia pe
Viktor berdiri di sudut ruang kerja yang berada di lantai 7. Ya, lantai yang sama dengan Gennadius. Dia menatap pemandangan indah yang terlihat dari ruangannya. Di tangan pria itu, ada sebuah dokumen yang diberikan oleh Gennadius tadi. Dan, ia tidak sendirian."Tuan Viktor, apakah ada yang tidak Anda mengerti mengenai dokumen di tangan Anda?"Viktor menghela napas panjang. Tidak lama, dia membalikkan badannya."Andriy, banyak sekali hal yang saya tidak mengerti."Viktor berjalan menuju meja kerja. Dia duduk berhadapan dengan Andriy."Apakah kau tahu seseorang yang bisa melacak?"Andriy mencoba mengerti pertanyaan Viktor. Namun, pada akhirnya dia bertanya agar tidak terjadi salah paham dengan tuannya."Melacak?"Viktor mengangguk pasti ke arah sang asisten."Ya. Saya ingin seseorang yang bisa dipercaya dan ahli di bidang melacak."Viktor melihat Andriy terdiam. Jauh di dasar hatinya, dia ingin sekali memiliki kemampuan melacak."Apakah seperti seorang Detektif?"Viktor menggelengkan ke
"Masuk!"Viktor berteriak dari dalam ruangannya. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 12:48 siang waktu setempat."Permisi, Tuan Viktor.Seorang pria masuk ke ruang kerja Viktor bersama Andriy. Pria itu menyapa Viktor, lalu mengikuti Andriy berjalan menuju meja kerja Viktor."Ada apa, Yuri?"Pria bernama Yuri Gorbachev ini merupakan tangan kanan Gennadius sejak lama. Dan tentu saja, Viktor mengetahui hal tersebut."Tuan Gennadius meminta saya menjemput Anda untuk makan siang bersama relasi sekarang juga.""Oh, Yuri. Sebagai orang kepercayaan Kakek, saya ingin bertanya sesuatu."Yuri menatap Viktor dengan penuh curiga."Ya, Tuan?!"Viktor berpikir sejenak sebab akibat yang akan terjadi bila dia bertanya kepada seorang tangan kanan Gennadius."Ah, sepertinya saya akan bertanya langsung kepada Kakek."Untuk menutupi rasa penasarannya, Viktor segera mengalihkan perhatian. Dia berdiri, lalu merapikan jasnya.***Viktor pergi bersama Gennadius dan kedua asisten mereka. Sedangkan Ca
Suara Gennadius memecahkan lamunan Viktor. Viktor pun gugup. Bukan gugup karena tidak tahu atau tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Gennadius. Namun, karena benak Viktor sedang mengingat sesuatu. Ya, benar! Mengingat potongan masa lalu yang tertinggal di benaknya."Benar, Tuan Viktor."Maksim ikut bicara. Dia melirik Gennadius sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Viktor hanya terdiam dengan wajah yang mulai memucat."Selain pertunjukan musik, Anda bisa membaca buku atau majalah berbahasa Rusia juga bahasa asing yang tersedia di rak buku sebelah kanan, tepat di belakang Anda. Grand Hotel Art Accent benar-benar membuat pengunjung merasa nyaman."Maksim menunjuk rak buku yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor tidak merespon sama sekali. Dia justru sibuk bermain dengan pikiran-pikirannya.'Sepertinya aku harus pergi ke toilet sekarang juga,' batin Viktor seraya menatap Gennadius. Dia merasakan kepalanya cenat cenut."Kakek dan Tuan Maksim, saya pamit ke toilet s
Bersamaan dengan itu, Maksim datang dengan wajah tampannya tegang. Dia mendengar sedikit pembicaraan Viktor dan Gennadius."Permisi, Tuan-tuan. Kami mengantarkan pesanan untuk meja nomor 7."Dua pelayan datang menyapa Viktor dan yang lainnya. Mereka membawa pesanan makan siang dan menatanya dengan rapi di atas meja."Silakan dinikmati!""Silakan dinikmati!"Usai membungkukkan badan, kedua pelayan tadi pun pergi.Viktor menatap banyaknya menu makanan yang tersaji di atas meja."Silakan dinikmati, Tuan Maksim!"Gennadius berusaha meluluhkan hati Maksim. Dia tidak ingin Maksim sakit hati, lalu membatalkan kontrak kerja sama antara perusahaan keluarga Romanov dengan perusahaan keluarga Konstantin."Tidak perlu terlalu formal seperti itu, Tuan Gennadius. Karena biar bagaimanapun juga, saya adalah mantan Tunangan Cucu Anda."Viktor melihat Maksim memaksakan senyum di bibirnya. Namun, Viktor senang sekali melihat Maksim bersikap hormat kepada Gennadius."Apa yang ingin Kakek makan? Pria ini