Dan sekali lagi, Xandrova berkata meyakinkan suaminya. Namun, terlihat jelas dari tatapannya bahwa Viktor tidak bisa mempercayai Xandrova begitu saja.Angin musim panas masuk ke ruang makan keluarga Konstantin melalui jendela yang terbuka lebar. Cahaya hangat matahari pagi menyapa kulit Viktor yang seputih salju sama seperti kulit Xandrova yang cantik dan terawat. Pasangan suami istri ini tinggal satu atap di mansion mewah keluarga Konstantin. Mansion dengan desain klasik yang menampilkan sisi dekoratif dari masa lampau."Langsung saja, Viktor, dan jangan berbelit-belit seperti ini!" Davidoff berseru kepada menantunya yang tidak pernah dianggap."Maaf jika kalian semua menunggu keputusan saya begitu lama. Karena jujur saja ... ini sangat sukar bagi saya."'Jika aku salah mengambil keputusan, Papa dan Mama pasti akan menyalahkan ku atas apa yang terjadi dengan anak mereka, bukan?' Viktor berpikir keras tentang hal ini. Viktor sangat yakin dengan dugaannya barusan."Karena saya tidak in
Viktor sedang duduk berhadapan dengan istrinya. Dia secara terang-terangan mengatakan tentang kekhawatirannya akan keputusan Xandrova untuk kembali menempuh pendidikan. Sepasang suami istri tersebut saling terdiam juga saling menatap."Baiklah, Viktor. Aku mengerti dan menyetujui semua persyaratan yang kau katakan tadi."Viktor tersenyum sekaligus lega mendengar Xandrova berkata seperti itu."Oke, Zoya. Aku akan meminta Andriy mengurus semua persiapan kuliahmu."Xandrova mengangguk setuju."Ya, Viktor. Aku akan menunggu kabar baik darimu."Viktor mengusap pucuk kepala Xandrova, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Dia berjalan sambil memainkan smartphone.Viktor: Andriy, urus berkas kuliah Zoya dan pastikan dia mendapatkan perlakuan yang baik di kampus!Begitulah Viktor. Hanya mengirimkan pesan singkat satu kalimat saja tanpa basa-basi.**Hari ini merupakan hari pertama Viktor bekerja di perusahaan keluarga Konstantin yang berlokasi di distrik Moskovsky, St Petersburg, Rusia. Dia pe
Viktor berdiri di sudut ruang kerja yang berada di lantai 7. Ya, lantai yang sama dengan Gennadius. Dia menatap pemandangan indah yang terlihat dari ruangannya. Di tangan pria itu, ada sebuah dokumen yang diberikan oleh Gennadius tadi. Dan, ia tidak sendirian."Tuan Viktor, apakah ada yang tidak Anda mengerti mengenai dokumen di tangan Anda?"Viktor menghela napas panjang. Tidak lama, dia membalikkan badannya."Andriy, banyak sekali hal yang saya tidak mengerti."Viktor berjalan menuju meja kerja. Dia duduk berhadapan dengan Andriy."Apakah kau tahu seseorang yang bisa melacak?"Andriy mencoba mengerti pertanyaan Viktor. Namun, pada akhirnya dia bertanya agar tidak terjadi salah paham dengan tuannya."Melacak?"Viktor mengangguk pasti ke arah sang asisten."Ya. Saya ingin seseorang yang bisa dipercaya dan ahli di bidang melacak."Viktor melihat Andriy terdiam. Jauh di dasar hatinya, dia ingin sekali memiliki kemampuan melacak."Apakah seperti seorang Detektif?"Viktor menggelengkan ke
"Masuk!"Viktor berteriak dari dalam ruangannya. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 12:48 siang waktu setempat."Permisi, Tuan Viktor.Seorang pria masuk ke ruang kerja Viktor bersama Andriy. Pria itu menyapa Viktor, lalu mengikuti Andriy berjalan menuju meja kerja Viktor."Ada apa, Yuri?"Pria bernama Yuri Gorbachev ini merupakan tangan kanan Gennadius sejak lama. Dan tentu saja, Viktor mengetahui hal tersebut."Tuan Gennadius meminta saya menjemput Anda untuk makan siang bersama relasi sekarang juga.""Oh, Yuri. Sebagai orang kepercayaan Kakek, saya ingin bertanya sesuatu."Yuri menatap Viktor dengan penuh curiga."Ya, Tuan?!"Viktor berpikir sejenak sebab akibat yang akan terjadi bila dia bertanya kepada seorang tangan kanan Gennadius."Ah, sepertinya saya akan bertanya langsung kepada Kakek."Untuk menutupi rasa penasarannya, Viktor segera mengalihkan perhatian. Dia berdiri, lalu merapikan jasnya.***Viktor pergi bersama Gennadius dan kedua asisten mereka. Sedangkan Ca
Suara Gennadius memecahkan lamunan Viktor. Viktor pun gugup. Bukan gugup karena tidak tahu atau tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Gennadius. Namun, karena benak Viktor sedang mengingat sesuatu. Ya, benar! Mengingat potongan masa lalu yang tertinggal di benaknya."Benar, Tuan Viktor."Maksim ikut bicara. Dia melirik Gennadius sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Viktor hanya terdiam dengan wajah yang mulai memucat."Selain pertunjukan musik, Anda bisa membaca buku atau majalah berbahasa Rusia juga bahasa asing yang tersedia di rak buku sebelah kanan, tepat di belakang Anda. Grand Hotel Art Accent benar-benar membuat pengunjung merasa nyaman."Maksim menunjuk rak buku yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor tidak merespon sama sekali. Dia justru sibuk bermain dengan pikiran-pikirannya.'Sepertinya aku harus pergi ke toilet sekarang juga,' batin Viktor seraya menatap Gennadius. Dia merasakan kepalanya cenat cenut."Kakek dan Tuan Maksim, saya pamit ke toilet s
Bersamaan dengan itu, Maksim datang dengan wajah tampannya tegang. Dia mendengar sedikit pembicaraan Viktor dan Gennadius."Permisi, Tuan-tuan. Kami mengantarkan pesanan untuk meja nomor 7."Dua pelayan datang menyapa Viktor dan yang lainnya. Mereka membawa pesanan makan siang dan menatanya dengan rapi di atas meja."Silakan dinikmati!""Silakan dinikmati!"Usai membungkukkan badan, kedua pelayan tadi pun pergi.Viktor menatap banyaknya menu makanan yang tersaji di atas meja."Silakan dinikmati, Tuan Maksim!"Gennadius berusaha meluluhkan hati Maksim. Dia tidak ingin Maksim sakit hati, lalu membatalkan kontrak kerja sama antara perusahaan keluarga Romanov dengan perusahaan keluarga Konstantin."Tidak perlu terlalu formal seperti itu, Tuan Gennadius. Karena biar bagaimanapun juga, saya adalah mantan Tunangan Cucu Anda."Viktor melihat Maksim memaksakan senyum di bibirnya. Namun, Viktor senang sekali melihat Maksim bersikap hormat kepada Gennadius."Apa yang ingin Kakek makan? Pria ini
Maksim membuka matanya lebar-lebar dan menatap serangkaian kalimat yang tertera di lembar kerja ke-2."Jika pihak ke-2 membatalkan kontrak kerja sama secara sepihak, maka pihak ke-2 harus membayar pinalti sebesar 10 kali lipat dari kerugian yang ditimbulkan."Viktor mendengar Maksim membaca kalimat menohok yang membuat semua orang tercengang, termasuk Gennadius."Ya, benar."Viktor membenarkan kalimat yang baru saja dibaca oleh Maksim. Sikapnya yang tenang senantiasa mengelabui lawan."Sesuai dengan apa yang tertulis di dokumen tersebut, maka Anda sebagai pihak ke-2 harus membayar pinalti jika di kemudian hari Anda memutuskan kontrak kerja sama dengan Konstantin Co."Gennadius menepuk pundak kiri Viktor usai sang cucu menantu memberikan penjelasan kepada Maksim."Viktor, bukankah kalimat tersebut tidak ada di dalam kesepakatan kita saat membuat dokumen penandatangan itu?"Gennadius berbisik di telinga Viktor. Dirinya was-was karena tidak ingin kehilangan kesempatan dan kepercayaan dar
"Tuan Gennadius, maaf jika saya lancang menyela pembicaraan Anda dengan Tuan Viktor. Namun menurut pendapat saya, apa yang dilakukan oleh Tuan Viktor sudah benar."Andriy angkat bicara untuk membela sang tuan."Sebagai seorang pebisnis, Tuan Viktor hanya mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi di masa depan. Karena mengingat hubungan dua keluarga yaitu keluarga Konstantin dengan keluarga Romanov sedikit merenggang akibat putusnya pertunangan antara Nona Zoya dengan Tuan Maksim."Andriy mencoba menghilangkan kesalahpahaman yang terjadi diantara Gennadius dengan Viktor."Dan menurut saya, Tuan Viktor sangat cocok memegang posisi sebagai tim kuasa hukum atau pun sejenisnya, Tuan Gennadius."'Ya, aku lebih menyukai posisi kuasa hukum perusahaan jika dibandingkan dengan asisten Kakek. Semoga saja Kakek mendengarkan saran Andriy.'Viktor membatin seraya berharap bahwa Gennadius akan mengabulkan keinginannya."Mari kembali ke kantor!"Gennadius tidak menanggapi saran Andriy. Yuri me