Viktor berdiri di sudut ruang kerja yang berada di lantai 7. Ya, lantai yang sama dengan Gennadius. Dia menatap pemandangan indah yang terlihat dari ruangannya. Di tangan pria itu, ada sebuah dokumen yang diberikan oleh Gennadius tadi. Dan, ia tidak sendirian."Tuan Viktor, apakah ada yang tidak Anda mengerti mengenai dokumen di tangan Anda?"Viktor menghela napas panjang. Tidak lama, dia membalikkan badannya."Andriy, banyak sekali hal yang saya tidak mengerti."Viktor berjalan menuju meja kerja. Dia duduk berhadapan dengan Andriy."Apakah kau tahu seseorang yang bisa melacak?"Andriy mencoba mengerti pertanyaan Viktor. Namun, pada akhirnya dia bertanya agar tidak terjadi salah paham dengan tuannya."Melacak?"Viktor mengangguk pasti ke arah sang asisten."Ya. Saya ingin seseorang yang bisa dipercaya dan ahli di bidang melacak."Viktor melihat Andriy terdiam. Jauh di dasar hatinya, dia ingin sekali memiliki kemampuan melacak."Apakah seperti seorang Detektif?"Viktor menggelengkan ke
"Masuk!"Viktor berteriak dari dalam ruangannya. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 12:48 siang waktu setempat."Permisi, Tuan Viktor.Seorang pria masuk ke ruang kerja Viktor bersama Andriy. Pria itu menyapa Viktor, lalu mengikuti Andriy berjalan menuju meja kerja Viktor."Ada apa, Yuri?"Pria bernama Yuri Gorbachev ini merupakan tangan kanan Gennadius sejak lama. Dan tentu saja, Viktor mengetahui hal tersebut."Tuan Gennadius meminta saya menjemput Anda untuk makan siang bersama relasi sekarang juga.""Oh, Yuri. Sebagai orang kepercayaan Kakek, saya ingin bertanya sesuatu."Yuri menatap Viktor dengan penuh curiga."Ya, Tuan?!"Viktor berpikir sejenak sebab akibat yang akan terjadi bila dia bertanya kepada seorang tangan kanan Gennadius."Ah, sepertinya saya akan bertanya langsung kepada Kakek."Untuk menutupi rasa penasarannya, Viktor segera mengalihkan perhatian. Dia berdiri, lalu merapikan jasnya.***Viktor pergi bersama Gennadius dan kedua asisten mereka. Sedangkan Ca
Suara Gennadius memecahkan lamunan Viktor. Viktor pun gugup. Bukan gugup karena tidak tahu atau tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Gennadius. Namun, karena benak Viktor sedang mengingat sesuatu. Ya, benar! Mengingat potongan masa lalu yang tertinggal di benaknya."Benar, Tuan Viktor."Maksim ikut bicara. Dia melirik Gennadius sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Viktor hanya terdiam dengan wajah yang mulai memucat."Selain pertunjukan musik, Anda bisa membaca buku atau majalah berbahasa Rusia juga bahasa asing yang tersedia di rak buku sebelah kanan, tepat di belakang Anda. Grand Hotel Art Accent benar-benar membuat pengunjung merasa nyaman."Maksim menunjuk rak buku yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor tidak merespon sama sekali. Dia justru sibuk bermain dengan pikiran-pikirannya.'Sepertinya aku harus pergi ke toilet sekarang juga,' batin Viktor seraya menatap Gennadius. Dia merasakan kepalanya cenat cenut."Kakek dan Tuan Maksim, saya pamit ke toilet s
Bersamaan dengan itu, Maksim datang dengan wajah tampannya tegang. Dia mendengar sedikit pembicaraan Viktor dan Gennadius."Permisi, Tuan-tuan. Kami mengantarkan pesanan untuk meja nomor 7."Dua pelayan datang menyapa Viktor dan yang lainnya. Mereka membawa pesanan makan siang dan menatanya dengan rapi di atas meja."Silakan dinikmati!""Silakan dinikmati!"Usai membungkukkan badan, kedua pelayan tadi pun pergi.Viktor menatap banyaknya menu makanan yang tersaji di atas meja."Silakan dinikmati, Tuan Maksim!"Gennadius berusaha meluluhkan hati Maksim. Dia tidak ingin Maksim sakit hati, lalu membatalkan kontrak kerja sama antara perusahaan keluarga Romanov dengan perusahaan keluarga Konstantin."Tidak perlu terlalu formal seperti itu, Tuan Gennadius. Karena biar bagaimanapun juga, saya adalah mantan Tunangan Cucu Anda."Viktor melihat Maksim memaksakan senyum di bibirnya. Namun, Viktor senang sekali melihat Maksim bersikap hormat kepada Gennadius."Apa yang ingin Kakek makan? Pria ini
Maksim membuka matanya lebar-lebar dan menatap serangkaian kalimat yang tertera di lembar kerja ke-2."Jika pihak ke-2 membatalkan kontrak kerja sama secara sepihak, maka pihak ke-2 harus membayar pinalti sebesar 10 kali lipat dari kerugian yang ditimbulkan."Viktor mendengar Maksim membaca kalimat menohok yang membuat semua orang tercengang, termasuk Gennadius."Ya, benar."Viktor membenarkan kalimat yang baru saja dibaca oleh Maksim. Sikapnya yang tenang senantiasa mengelabui lawan."Sesuai dengan apa yang tertulis di dokumen tersebut, maka Anda sebagai pihak ke-2 harus membayar pinalti jika di kemudian hari Anda memutuskan kontrak kerja sama dengan Konstantin Co."Gennadius menepuk pundak kiri Viktor usai sang cucu menantu memberikan penjelasan kepada Maksim."Viktor, bukankah kalimat tersebut tidak ada di dalam kesepakatan kita saat membuat dokumen penandatangan itu?"Gennadius berbisik di telinga Viktor. Dirinya was-was karena tidak ingin kehilangan kesempatan dan kepercayaan dar
"Tuan Gennadius, maaf jika saya lancang menyela pembicaraan Anda dengan Tuan Viktor. Namun menurut pendapat saya, apa yang dilakukan oleh Tuan Viktor sudah benar."Andriy angkat bicara untuk membela sang tuan."Sebagai seorang pebisnis, Tuan Viktor hanya mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi di masa depan. Karena mengingat hubungan dua keluarga yaitu keluarga Konstantin dengan keluarga Romanov sedikit merenggang akibat putusnya pertunangan antara Nona Zoya dengan Tuan Maksim."Andriy mencoba menghilangkan kesalahpahaman yang terjadi diantara Gennadius dengan Viktor."Dan menurut saya, Tuan Viktor sangat cocok memegang posisi sebagai tim kuasa hukum atau pun sejenisnya, Tuan Gennadius."'Ya, aku lebih menyukai posisi kuasa hukum perusahaan jika dibandingkan dengan asisten Kakek. Semoga saja Kakek mendengarkan saran Andriy.'Viktor membatin seraya berharap bahwa Gennadius akan mengabulkan keinginannya."Mari kembali ke kantor!"Gennadius tidak menanggapi saran Andriy. Yuri me
"Apakah Kakek bergurau?"Viktor tertawa sambil menatap lukisan yang berhasil mengalihkan perhatiannya."Bergurau? Saya tidak bergurau, Viktor. Daya tahan tubuh seorang pria, tentunya lebih kuat jika dibandingkan dengan wanita. Pikirkanlah baik-baik hal tersebut!"Kali ini, Viktor menatap Gennadius sungguh-sungguh."Kakek, saya tidak bisa membayangkan Zoya akan bersama pria yang menjaganya sepanjang hari. Dan, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada benih-benih cinta yang hadir di antara mereka."'Bukannya aku mementingkan keegoisan ku sendiri. Namun, aku harus sedia payung sebelum hujan, Kakek. Tidak 'kah Kakek mengerti hal itu?' Viktor membatin. Ia mengutarakan isi hatinya tanpa membiarkan seorang pun tahu."Ha! Ha! Ha!" Gennadius menertawakan Viktor. "Ternyata kau adalah seorang pria pencemburu, Viktor."Viktor terdiam. Jauh di dalam hatinya, dia membenarkan perkataan Gennadius barusan."Kau adalah Suami Zoya. Kau memiliki kuasa penuh atas hidup Istrimu, Viktor. Maka, putuskan yang
'Entah Zoya percaya atau tidak dengan jawaban yang kuberikan. Jika kulihat dari pandangan matanya, sepertinya dia tidak mempercayaiku.' Viktor menebak-nebak jalan pikiran sang istri. Dia ingin sekali memperoleh kepercayaan penuh dari Xandrova, tetapi sukar baginya untuk meyakinkan hati sang istri. "Hmm? Begitu, 'kah?" Xandrova mengubah posisi duduknya dengan menggeser kursi. "Viktor, bagaimana hari pertama mu bekerja di perusahaan Konstantin Co?" Viktor tersenyum ketika Xandrova menatapnya dari jarak yang sangat dekat. "Aku sangat menyukainya, Zoya." Terlihat jelas aura kebahagiaan dari wajah Viktor. "Aku selama ini memimpikan untuk bisa bekerja di sebuah perusahaan besar. Gedung pencakar langit yang menakjubkan, ruang kantor yang luas dan mewah, rekan kerja yang profesional dan segala hal lainnya yang menakjubkan!" Viktor sangat antusias ketika bercerita tentang tempat kerjanya. "Aku tidak pernah menyangka Konstantin Co memiliki desain neoklasik Stalin yang sangat indah, Zo