"Apakah Kakek bergurau?"Viktor tertawa sambil menatap lukisan yang berhasil mengalihkan perhatiannya."Bergurau? Saya tidak bergurau, Viktor. Daya tahan tubuh seorang pria, tentunya lebih kuat jika dibandingkan dengan wanita. Pikirkanlah baik-baik hal tersebut!"Kali ini, Viktor menatap Gennadius sungguh-sungguh."Kakek, saya tidak bisa membayangkan Zoya akan bersama pria yang menjaganya sepanjang hari. Dan, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada benih-benih cinta yang hadir di antara mereka."'Bukannya aku mementingkan keegoisan ku sendiri. Namun, aku harus sedia payung sebelum hujan, Kakek. Tidak 'kah Kakek mengerti hal itu?' Viktor membatin. Ia mengutarakan isi hatinya tanpa membiarkan seorang pun tahu."Ha! Ha! Ha!" Gennadius menertawakan Viktor. "Ternyata kau adalah seorang pria pencemburu, Viktor."Viktor terdiam. Jauh di dalam hatinya, dia membenarkan perkataan Gennadius barusan."Kau adalah Suami Zoya. Kau memiliki kuasa penuh atas hidup Istrimu, Viktor. Maka, putuskan yang
'Entah Zoya percaya atau tidak dengan jawaban yang kuberikan. Jika kulihat dari pandangan matanya, sepertinya dia tidak mempercayaiku.' Viktor menebak-nebak jalan pikiran sang istri. Dia ingin sekali memperoleh kepercayaan penuh dari Xandrova, tetapi sukar baginya untuk meyakinkan hati sang istri. "Hmm? Begitu, 'kah?" Xandrova mengubah posisi duduknya dengan menggeser kursi. "Viktor, bagaimana hari pertama mu bekerja di perusahaan Konstantin Co?" Viktor tersenyum ketika Xandrova menatapnya dari jarak yang sangat dekat. "Aku sangat menyukainya, Zoya." Terlihat jelas aura kebahagiaan dari wajah Viktor. "Aku selama ini memimpikan untuk bisa bekerja di sebuah perusahaan besar. Gedung pencakar langit yang menakjubkan, ruang kantor yang luas dan mewah, rekan kerja yang profesional dan segala hal lainnya yang menakjubkan!" Viktor sangat antusias ketika bercerita tentang tempat kerjanya. "Aku tidak pernah menyangka Konstantin Co memiliki desain neoklasik Stalin yang sangat indah, Zo
"Hah?!" Viktor tercengang mendengar penuturan Yeva barusan. Dia bingung. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Yeva kepadanya. "Yeva, tunggu! Apa maksud perkataan Anda barusan?" Viktor berusaha mengejar Yeva, tetapi pria itu menghilang dari pandangannya begitu saja. "Oh, tidak!" Viktor tersadar bahwa pakaiannya basah akibat air yang tumpah dari wadah. "Viktor!" Di saat yang sama, suara Galana terdengar dari ruang keluarga. "Viktor!" Belum sempat menjawab, Galana pun memanggil Viktor untuk kali kedua. "Iーiya, Ma." Sebenarnya Viktor tidak suka berteriak. Namun, dia terpaksa melakukannya agar Galana tidak memanggilnya lagi. Viktor berjalan menuju ruang keluarga Konstantin di mana Galana dan Davidoff berada. "Kenapa kau lama sekali, Viktor? Memangnya apa yang kau lakukan?" Galana berdiri, lalu berjalan mendahului Viktor. "Ikuti saya!" Di sofa panjang, tampak Davidoff tengah asyik bermain dengan smartphone-nya. Pria itu tertawa seorang diri dan terlihat sangat bahagia. "Ay
"Ya?" Mobil pun berhenti tepat di depan gym center. Caleb terdiam sesaat sebelum melanjutkan kembali kalimatnya. "Saya bekerja di sebuah agen Detektif swasta. Dan, Andriy mempromosikan saya kepada Tuan Besar untuk menjaga Anda." Viktor terkejut dengan pengakuan Caleb. 'Menurut pengamatan ku, Caleb tidak mungkin berkhianat. Dan, bagaimana dengan Andriy? Dia pun jauh dari kata berkhianat. Lalu, Papa tahu dari mana mengenai perubahan isi kontrak?' Viktor berpikir sejenak mengenai kejadian di ruang tidur kedua mertuanya tadi. Dia akan mencari tahu, siapa yang telah mengadu kepada Davidoff. Caleb mencabut kunci mobil, lalu meraih tas olahraga di kursi belakang. Dia menatap Viktor yang sedang larut dalam lamunannya. "Tuan Viktor, mari keluar dari mobil!" Suara Caleb pun membahana di gendang telinga Viktor. Sang menantu keluarga Konstantin tersebut pun ke luar dari mobil. ** Hampir pukul 01:00 pagi waktu St Petersburg, Rusia, Viktor berlatih Muay Thai bersama Caleb. Selain berlatih
'Syukurlah Zoya mengerti. Aku tidak kesulitan memberitahunya karena pada dasarnya dia adalah seorang Istri penurut.' Viktor bergumam di dalam hati seraya berjalan menuju kamar utama mansion ini yang terletak bersebelahan dengan ruang kerjanya. "Kakek, apakah Anda di dalam?" Viktor mengetuk ruang tidur sang kakek. "Masuk saja, Viktor!" Viktor mendengar suara dari dalam. Dia pun membuka pintunya. "Selamat pagi, Kakek. Maafkan saya karena pagi-pagi mengganggu Anda." Viktor menutup pintu, lalu membungkukkan badan seraya memberi salam. "Ha! Ha! Ha! Ada apa, Viktor?" Gennadius sedang memakai jasnya. Dia duduk di pinggir ranjang. "Apa yang membawamu menemui saya di pagi hari seperti ini?" Viktor berjalan mendekati Gennadius. Kedua matanya menatap ke bawah di mana sepatu kulit Gennadius berada. Viktor berjongkok di hadapan Gennadius. "Aーapa yang kau lakukan, Viktor? Berdirilah!" Viktor tidak menanggapi seruan Gennadius. Dia meraih sepatu, lalu memakaikannya dengan sabar. "Kek, Z
Viktor berjalan bersama Andriy menuju ruangannya. Di depan mereka, Xandrova menggandeng tangan Gennadius yang berjalan tertatih. Xandrova pun menoleh ke belakang dan tersenyum. "Viktor, selamat bekerja!" Xandrova terlihat sangat ceria. Dan, Viktor bahagia melihatnya. Gennadius pun ikut menoleh. Namun, pria itu mengangguk sebagai isyarat bahwa Xandrova akan aman bersamanya. "Terima kasih, Zoya." Viktor merespon perkataan Xandrova dengan bahagia. Viktor tidak lantas masuk ke ruangannya sebelum melihat sosok dua orang kesayangan berbelok kanan menuju ruang kerja Gennadius. "Nona Zoya telah berbelok, Tuan. Mari masuk ke ruangan Anda!" Andriy mengajak Viktor masuk. Viktor pun menyetujuinya. Usai menempelkan cardlock di sensor, Viktor pun masuk dengan langkah panjang. "Kau tahu, Andriy, foto Papa David yang kau kirimkan pada saya semalam?" Viktor berjalan menuju meja kerja dan duduk di sana dengan gelisah. "Ada apa dengan foto-foto itu, Tuan?" Viktor menghela napasnya sejenak. Dia
"Tentu saja, Tuan Viktor." "Tentu saja, Tuan Viktor." Kedua wanita tersebut pun menganggukkan kepala seraya menjawab pertanyaan Viktor. "Bagus." Kini, Viktor menatap Andriy. "Saya sudah selesai, Andriy. Kau bisa mengambil alih sekarang!" "Baik, Tuan." Andriy mengangguk. Dia berjalan memberikan beberapa lembar kertas kepada kedua wanita tersebut. Sedangkan Viktor berjalan keluar dari ruangan HRD. "Silakan isi data-data yang kami butuhkan! Lalu setelah itu, kita akan mengadakan beberapa tes usai jam makan siang." Viktor telah menyerahkan tugas selanjutnya kepada Andriy. Dia akan pergi ke ruangan Gennadius untuk melihat Xandrova. *** Viktor mengetuk pintu ruang kerja Gennadius. "Masuk saja!" Seperti biasa, Gennadius berteriak dari dalam. Viktor mendengar suara Gennadius yang serak. "Halo, Kakek." Viktor memberikan salam seraya membuka pintu. Dia melihat Zoya sedang duduk berhadapan dengan Gennadius di meja kerja pria tua itu. "Apakah Zoya merepotkan Kakek? Saya benar-bena
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan, selain bersama keluarga, bukan? Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Gennadius ketika melihat Viktor dan Xandrova bercengkrama. "Ha! Ha! Ha! Kalian ini benar-benar membuat Kakek iri saja! Di mana Kakek bisa membeli mesin waktu untuk kembali ke masa lalu bersama Nenek kalian? Ha ha ha!" Orang tua yang gemar tertawa ini menyandarkan kepalanya sambil terus menatap pasangan Viktor dan Xandrova. "Kakek, apakah Anda mencintai Nenek segenap hati?" Xandrova tiba-tiba duduk di hadapan Gennadius sambil tersenyum sangat manis. "Oh, ayolah, Zoya! Jangan menggoda Kakek!" Viktor meraih tangan Xandrova dan memintanya untuk berdiri. "Berdirilah! Mari kembali ke ruangan ku!" Mau tidak mau, Xandrova pun mengikuti perintah sang suami agar dirinya mendapatkan predikat sebagai seorang istri penurut di mata Viktor. "Baiklah." Xandrova berdiri dengan bantuan Viktor. Dia menoleh ke arah Gennadius. "Kakek, kami pergi. Jangan bekerja terlalu keras!" Xandrova