"Ya?" Mobil pun berhenti tepat di depan gym center. Caleb terdiam sesaat sebelum melanjutkan kembali kalimatnya. "Saya bekerja di sebuah agen Detektif swasta. Dan, Andriy mempromosikan saya kepada Tuan Besar untuk menjaga Anda." Viktor terkejut dengan pengakuan Caleb. 'Menurut pengamatan ku, Caleb tidak mungkin berkhianat. Dan, bagaimana dengan Andriy? Dia pun jauh dari kata berkhianat. Lalu, Papa tahu dari mana mengenai perubahan isi kontrak?' Viktor berpikir sejenak mengenai kejadian di ruang tidur kedua mertuanya tadi. Dia akan mencari tahu, siapa yang telah mengadu kepada Davidoff. Caleb mencabut kunci mobil, lalu meraih tas olahraga di kursi belakang. Dia menatap Viktor yang sedang larut dalam lamunannya. "Tuan Viktor, mari keluar dari mobil!" Suara Caleb pun membahana di gendang telinga Viktor. Sang menantu keluarga Konstantin tersebut pun ke luar dari mobil. ** Hampir pukul 01:00 pagi waktu St Petersburg, Rusia, Viktor berlatih Muay Thai bersama Caleb. Selain berlatih
'Syukurlah Zoya mengerti. Aku tidak kesulitan memberitahunya karena pada dasarnya dia adalah seorang Istri penurut.' Viktor bergumam di dalam hati seraya berjalan menuju kamar utama mansion ini yang terletak bersebelahan dengan ruang kerjanya. "Kakek, apakah Anda di dalam?" Viktor mengetuk ruang tidur sang kakek. "Masuk saja, Viktor!" Viktor mendengar suara dari dalam. Dia pun membuka pintunya. "Selamat pagi, Kakek. Maafkan saya karena pagi-pagi mengganggu Anda." Viktor menutup pintu, lalu membungkukkan badan seraya memberi salam. "Ha! Ha! Ha! Ada apa, Viktor?" Gennadius sedang memakai jasnya. Dia duduk di pinggir ranjang. "Apa yang membawamu menemui saya di pagi hari seperti ini?" Viktor berjalan mendekati Gennadius. Kedua matanya menatap ke bawah di mana sepatu kulit Gennadius berada. Viktor berjongkok di hadapan Gennadius. "Aーapa yang kau lakukan, Viktor? Berdirilah!" Viktor tidak menanggapi seruan Gennadius. Dia meraih sepatu, lalu memakaikannya dengan sabar. "Kek, Z
Viktor berjalan bersama Andriy menuju ruangannya. Di depan mereka, Xandrova menggandeng tangan Gennadius yang berjalan tertatih. Xandrova pun menoleh ke belakang dan tersenyum. "Viktor, selamat bekerja!" Xandrova terlihat sangat ceria. Dan, Viktor bahagia melihatnya. Gennadius pun ikut menoleh. Namun, pria itu mengangguk sebagai isyarat bahwa Xandrova akan aman bersamanya. "Terima kasih, Zoya." Viktor merespon perkataan Xandrova dengan bahagia. Viktor tidak lantas masuk ke ruangannya sebelum melihat sosok dua orang kesayangan berbelok kanan menuju ruang kerja Gennadius. "Nona Zoya telah berbelok, Tuan. Mari masuk ke ruangan Anda!" Andriy mengajak Viktor masuk. Viktor pun menyetujuinya. Usai menempelkan cardlock di sensor, Viktor pun masuk dengan langkah panjang. "Kau tahu, Andriy, foto Papa David yang kau kirimkan pada saya semalam?" Viktor berjalan menuju meja kerja dan duduk di sana dengan gelisah. "Ada apa dengan foto-foto itu, Tuan?" Viktor menghela napasnya sejenak. Dia
"Tentu saja, Tuan Viktor." "Tentu saja, Tuan Viktor." Kedua wanita tersebut pun menganggukkan kepala seraya menjawab pertanyaan Viktor. "Bagus." Kini, Viktor menatap Andriy. "Saya sudah selesai, Andriy. Kau bisa mengambil alih sekarang!" "Baik, Tuan." Andriy mengangguk. Dia berjalan memberikan beberapa lembar kertas kepada kedua wanita tersebut. Sedangkan Viktor berjalan keluar dari ruangan HRD. "Silakan isi data-data yang kami butuhkan! Lalu setelah itu, kita akan mengadakan beberapa tes usai jam makan siang." Viktor telah menyerahkan tugas selanjutnya kepada Andriy. Dia akan pergi ke ruangan Gennadius untuk melihat Xandrova. *** Viktor mengetuk pintu ruang kerja Gennadius. "Masuk saja!" Seperti biasa, Gennadius berteriak dari dalam. Viktor mendengar suara Gennadius yang serak. "Halo, Kakek." Viktor memberikan salam seraya membuka pintu. Dia melihat Zoya sedang duduk berhadapan dengan Gennadius di meja kerja pria tua itu. "Apakah Zoya merepotkan Kakek? Saya benar-bena
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan, selain bersama keluarga, bukan? Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Gennadius ketika melihat Viktor dan Xandrova bercengkrama. "Ha! Ha! Ha! Kalian ini benar-benar membuat Kakek iri saja! Di mana Kakek bisa membeli mesin waktu untuk kembali ke masa lalu bersama Nenek kalian? Ha ha ha!" Orang tua yang gemar tertawa ini menyandarkan kepalanya sambil terus menatap pasangan Viktor dan Xandrova. "Kakek, apakah Anda mencintai Nenek segenap hati?" Xandrova tiba-tiba duduk di hadapan Gennadius sambil tersenyum sangat manis. "Oh, ayolah, Zoya! Jangan menggoda Kakek!" Viktor meraih tangan Xandrova dan memintanya untuk berdiri. "Berdirilah! Mari kembali ke ruangan ku!" Mau tidak mau, Xandrova pun mengikuti perintah sang suami agar dirinya mendapatkan predikat sebagai seorang istri penurut di mata Viktor. "Baiklah." Xandrova berdiri dengan bantuan Viktor. Dia menoleh ke arah Gennadius. "Kakek, kami pergi. Jangan bekerja terlalu keras!" Xandrova
Hari ini adalah hari pertama Xandrova meneruskan studi di Universitas Negeri St Petersburg. Lokasi kampus Xandrova berada di Pulau Vasilievsky. Pada masa Uni Soviet, Universitas terbesar juga tertua di Rusia ini bernama Universitas Negeri Leningrad. "Zoya, aku akan mengantarkan mu ke kampus sebelum pergi bekerja." Xandrova menghentikan kegiatan makannya, lalu menoleh ke arah Viktor. "Apakah kau tidak akan terlambat pergi bekerja? Karena mengingat jarak antara kampusku dengan kantormu tidak dekat, Viktor." "Zoya memiliki sopir. Maka, biarkan sopir yang mengantarkannya." Davidoff memberikan pendapat bernada ketus. Dia tidak menghentikan kegiatan makannya sama sekali ketika berbicara. "Jangan karena kau adalah Menantu keluarga ini, maka kau bisa seenaknya datang ke kantor. Tidak ada privilege bagi keluarga sekalipun." Davidoff masih berkata dengan ketus. Gennadius pun meliriknya dari ujung-ujung mata. "Tidak bisakah kau diam, David? Kau membuat selera makan saya menghilang." Xan
"Ha! Ha! Ha!" Suara gelak tawa Gennadius memenuhi seluruh ruangan keluarga di mana dia, Yuri dan Andriy berada. Viktor dan Xandrova pun menoleh ke sumber suara tersebut. 'Oh, tidak! Mereka pasti melihat aku sedang menggoda Zoya!' Viktor berkata di dalam hati. Dia tidak tahu dan tidak menyangka bahwa semua orang melihat tingkah konyolnya bersama Xandrova. "KaーKakek ...." Xandrova tersenyum canggung saat melihat Gennadius sedang menertawakan dirinya dan Viktor. "Kami akan segera berangkat, Kek." Viktor tidak kalah canggung seperti Xandrova. Dia meraih tangan istrinya, lalu mengajak Xandrova pergi dari sana. "Saya senang sekali melihat keakraban kalian. Teruskan seperti itu! Saya percaya bahwa suatu saat jika masalah datang, kalian pasti siap membicarakannya dari hati ke hati." 'Ya, benar. Itulah mengapa saya berusaha merebut hati Zoya dan membuatnya nyaman saat bersama saya, Kek.' Viktor menyadari bahwa dia dan Gennadius memiliki jalan pikiran yang sama. Viktor tersenyum. "Sem
Viktor akhirnya sampai di perusahaan keluarga Konstantin. Dia berjalan melewati koridor menuju ke ruangannya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pandangannya. Viktor menghentikan langkah. Dia menatap satu persatu wajah karyawannya. "Selamat pagi, Tuan Viktor." Seorang karyawan yang duduk tepat di depan Viktor menyapa. Namun, Viktor tidak memedulikannya. "Kau!" Viktor menunjuk seorang pria berkacamata yang duduk di kursi sudut ruangan. Pria itu sedang bersembunyi di balik kubikel. "Saーsaya?" Akhirnya, pria itu berdiri menatap Viktor. "Ya, kau. Kemarilah!" Semua orang yang berada di sana memandangi si pria. Pria berkacamata tersebut segera berjalan dengan ragu ke arah Viktor sambil membenarkan letak kacamatanya. "Aーada apa, Tuan Viktor?" Si pria salah tingkah. Dia membenarkan kerah pakaian yang sebenarnya masih rapi. "Saya akan memberikanmu tugas." Andriy mengernyitkan dahi mendengar perkataan sang tuan. "Tuーtugas? Tugas apa, Tuan Viktor?" Viktor tersenyum sembari melihat