"Tentu saja, Tuan Viktor." "Tentu saja, Tuan Viktor." Kedua wanita tersebut pun menganggukkan kepala seraya menjawab pertanyaan Viktor. "Bagus." Kini, Viktor menatap Andriy. "Saya sudah selesai, Andriy. Kau bisa mengambil alih sekarang!" "Baik, Tuan." Andriy mengangguk. Dia berjalan memberikan beberapa lembar kertas kepada kedua wanita tersebut. Sedangkan Viktor berjalan keluar dari ruangan HRD. "Silakan isi data-data yang kami butuhkan! Lalu setelah itu, kita akan mengadakan beberapa tes usai jam makan siang." Viktor telah menyerahkan tugas selanjutnya kepada Andriy. Dia akan pergi ke ruangan Gennadius untuk melihat Xandrova. *** Viktor mengetuk pintu ruang kerja Gennadius. "Masuk saja!" Seperti biasa, Gennadius berteriak dari dalam. Viktor mendengar suara Gennadius yang serak. "Halo, Kakek." Viktor memberikan salam seraya membuka pintu. Dia melihat Zoya sedang duduk berhadapan dengan Gennadius di meja kerja pria tua itu. "Apakah Zoya merepotkan Kakek? Saya benar-bena
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan, selain bersama keluarga, bukan? Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Gennadius ketika melihat Viktor dan Xandrova bercengkrama. "Ha! Ha! Ha! Kalian ini benar-benar membuat Kakek iri saja! Di mana Kakek bisa membeli mesin waktu untuk kembali ke masa lalu bersama Nenek kalian? Ha ha ha!" Orang tua yang gemar tertawa ini menyandarkan kepalanya sambil terus menatap pasangan Viktor dan Xandrova. "Kakek, apakah Anda mencintai Nenek segenap hati?" Xandrova tiba-tiba duduk di hadapan Gennadius sambil tersenyum sangat manis. "Oh, ayolah, Zoya! Jangan menggoda Kakek!" Viktor meraih tangan Xandrova dan memintanya untuk berdiri. "Berdirilah! Mari kembali ke ruangan ku!" Mau tidak mau, Xandrova pun mengikuti perintah sang suami agar dirinya mendapatkan predikat sebagai seorang istri penurut di mata Viktor. "Baiklah." Xandrova berdiri dengan bantuan Viktor. Dia menoleh ke arah Gennadius. "Kakek, kami pergi. Jangan bekerja terlalu keras!" Xandrova
Hari ini adalah hari pertama Xandrova meneruskan studi di Universitas Negeri St Petersburg. Lokasi kampus Xandrova berada di Pulau Vasilievsky. Pada masa Uni Soviet, Universitas terbesar juga tertua di Rusia ini bernama Universitas Negeri Leningrad. "Zoya, aku akan mengantarkan mu ke kampus sebelum pergi bekerja." Xandrova menghentikan kegiatan makannya, lalu menoleh ke arah Viktor. "Apakah kau tidak akan terlambat pergi bekerja? Karena mengingat jarak antara kampusku dengan kantormu tidak dekat, Viktor." "Zoya memiliki sopir. Maka, biarkan sopir yang mengantarkannya." Davidoff memberikan pendapat bernada ketus. Dia tidak menghentikan kegiatan makannya sama sekali ketika berbicara. "Jangan karena kau adalah Menantu keluarga ini, maka kau bisa seenaknya datang ke kantor. Tidak ada privilege bagi keluarga sekalipun." Davidoff masih berkata dengan ketus. Gennadius pun meliriknya dari ujung-ujung mata. "Tidak bisakah kau diam, David? Kau membuat selera makan saya menghilang." Xan
"Ha! Ha! Ha!" Suara gelak tawa Gennadius memenuhi seluruh ruangan keluarga di mana dia, Yuri dan Andriy berada. Viktor dan Xandrova pun menoleh ke sumber suara tersebut. 'Oh, tidak! Mereka pasti melihat aku sedang menggoda Zoya!' Viktor berkata di dalam hati. Dia tidak tahu dan tidak menyangka bahwa semua orang melihat tingkah konyolnya bersama Xandrova. "KaーKakek ...." Xandrova tersenyum canggung saat melihat Gennadius sedang menertawakan dirinya dan Viktor. "Kami akan segera berangkat, Kek." Viktor tidak kalah canggung seperti Xandrova. Dia meraih tangan istrinya, lalu mengajak Xandrova pergi dari sana. "Saya senang sekali melihat keakraban kalian. Teruskan seperti itu! Saya percaya bahwa suatu saat jika masalah datang, kalian pasti siap membicarakannya dari hati ke hati." 'Ya, benar. Itulah mengapa saya berusaha merebut hati Zoya dan membuatnya nyaman saat bersama saya, Kek.' Viktor menyadari bahwa dia dan Gennadius memiliki jalan pikiran yang sama. Viktor tersenyum. "Sem
Viktor akhirnya sampai di perusahaan keluarga Konstantin. Dia berjalan melewati koridor menuju ke ruangannya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pandangannya. Viktor menghentikan langkah. Dia menatap satu persatu wajah karyawannya. "Selamat pagi, Tuan Viktor." Seorang karyawan yang duduk tepat di depan Viktor menyapa. Namun, Viktor tidak memedulikannya. "Kau!" Viktor menunjuk seorang pria berkacamata yang duduk di kursi sudut ruangan. Pria itu sedang bersembunyi di balik kubikel. "Saーsaya?" Akhirnya, pria itu berdiri menatap Viktor. "Ya, kau. Kemarilah!" Semua orang yang berada di sana memandangi si pria. Pria berkacamata tersebut segera berjalan dengan ragu ke arah Viktor sambil membenarkan letak kacamatanya. "Aーada apa, Tuan Viktor?" Si pria salah tingkah. Dia membenarkan kerah pakaian yang sebenarnya masih rapi. "Saya akan memberikanmu tugas." Andriy mengernyitkan dahi mendengar perkataan sang tuan. "Tuーtugas? Tugas apa, Tuan Viktor?" Viktor tersenyum sembari melihat
"Andriy, suruh wanita ini keluar sekarang juga! Jangan biarkan dia masuk ke ruangan saya lagi. Jika dia perlu sesuatu, kau saja yang melayaninya!"Viktor berseru tanpa menoleh ke arah Andriy maupun Evelina."Jika kau tanya, mengapa? Maka, saya akan menjawab bahwa saya muak melihat wajah dan jijik dengan tingkahnya! Saya adalah seorang pria beristri. Saya akan selalu menjaga nama baik saya juga nama baik Istri saya!"Andriy menghela napas panjang, kemudian segera merespon ucapan Viktor. "Saya mengerti, Tuan Viktor."Andriy memejamkan matanya sesaat. Lalu, berpaling menatap Evelina."Nona Evelina, Tuan saya selalu menjaga sikap terhadap wanita manapun. Selain itu, Tuan saya mencintai kebersihan. Tuan saya tidak suka bersentuhan dengan apapun atau siapapun, selain Istri Beliau."Evelina membulatkan mata. Evelina tersinggung karena dia merasa satu-satunya wanita tercantik di perusahaan Konstantinーsetidaknya itulah kabar burung yang tersiar seantero perusahaan Konstantin Co."Hmm, oke. Say
'Mengapa Kakek bisa mencurigai Papa David? Walaupun Papa adalah darah dagingnya sendiri.'Viktor berpikir keras. Dia tidak pernah menyangka jika dirinya dan Gennadius memiliki pemikiran yang sama mengenai Davidoff."Karena saya selalu curiga bahwa dia memiliki kerja sama terselubung dengan Maksim."Gennadius mendongakkan wajah saat mengutarakan isi kepalanya barusan."Mengapa Kakek bisa menduga seperti itu? Apakah Kakek memiliki beberapa bukti?"Gennadius menggelengkan kepala."Karena saya pernah memergoki mereka berdua sedang membahas saham perusahaan keluarga Konstantin.""Saham?!"Viktor teringat ketika Zoya pernah berkata bahwa dirinya memiliki 10% saham di keluarga Konstantin."Ya, Viktor. Maka dari itu, kau harus mengendalikan perusahaan keluarga ini dan membiarkan David melakukan perjalanan bisnis ke kota lain!"'Aku tahu pasti akan hal itu. Karena Kakek telah memberikan tugas untuk mengendalikan perusahaan Konstantin Co sejak awal.'Viktor bermonolog seorang diri."Tentunya ka
Hari-hari berikutnya, Xandrova berangkat ke kampus bersama Fang karena Viktor sangat sibuk di kantornya. Xandrova mengerti akan hal itu, tetapi tidak dengan hatinya. Viktor merasa bersalah, tetapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. "Zoya, aku mengerti perasaanmu. Aku akan menjemputmu. Jam berapa kau akan pulang?"Kini, Viktor sedang berada di ruangannya bersama Andriy. Dia menghubungi sang istri yang sedang merajuk beberapa hari ini. Jarak usia yang cukup signifikan selalu melatih kesabaran Viktor dalam menghadapi istrinya."Tidak perlu. Aku akan pulang bersama Fang, seperti biasanya."Dengan nada sedikit jengkel, Xandrova menjawab pertanyaan Viktor."Zoya, aku tahu kau marah padaku karena aku telah beberapa kali tidak bisa menepati janji. Namun, Jumat malam nanti aku akan membawamu untuk mengunjungi sebuah kafe di mana aku akan meminta pendapat mu tentang kafe tersebut."Viktor selalu bersikap lembut kepada Xandrova. Ya, dia tidak ingin image yang dibangunnya runtuh begitu sa