Viktor berjalan bersama Andriy menuju ruangannya. Di depan mereka, Xandrova menggandeng tangan Gennadius yang berjalan tertatih. Xandrova pun menoleh ke belakang dan tersenyum. "Viktor, selamat bekerja!" Xandrova terlihat sangat ceria. Dan, Viktor bahagia melihatnya. Gennadius pun ikut menoleh. Namun, pria itu mengangguk sebagai isyarat bahwa Xandrova akan aman bersamanya. "Terima kasih, Zoya." Viktor merespon perkataan Xandrova dengan bahagia. Viktor tidak lantas masuk ke ruangannya sebelum melihat sosok dua orang kesayangan berbelok kanan menuju ruang kerja Gennadius. "Nona Zoya telah berbelok, Tuan. Mari masuk ke ruangan Anda!" Andriy mengajak Viktor masuk. Viktor pun menyetujuinya. Usai menempelkan cardlock di sensor, Viktor pun masuk dengan langkah panjang. "Kau tahu, Andriy, foto Papa David yang kau kirimkan pada saya semalam?" Viktor berjalan menuju meja kerja dan duduk di sana dengan gelisah. "Ada apa dengan foto-foto itu, Tuan?" Viktor menghela napasnya sejenak. Dia
"Tentu saja, Tuan Viktor." "Tentu saja, Tuan Viktor." Kedua wanita tersebut pun menganggukkan kepala seraya menjawab pertanyaan Viktor. "Bagus." Kini, Viktor menatap Andriy. "Saya sudah selesai, Andriy. Kau bisa mengambil alih sekarang!" "Baik, Tuan." Andriy mengangguk. Dia berjalan memberikan beberapa lembar kertas kepada kedua wanita tersebut. Sedangkan Viktor berjalan keluar dari ruangan HRD. "Silakan isi data-data yang kami butuhkan! Lalu setelah itu, kita akan mengadakan beberapa tes usai jam makan siang." Viktor telah menyerahkan tugas selanjutnya kepada Andriy. Dia akan pergi ke ruangan Gennadius untuk melihat Xandrova. *** Viktor mengetuk pintu ruang kerja Gennadius. "Masuk saja!" Seperti biasa, Gennadius berteriak dari dalam. Viktor mendengar suara Gennadius yang serak. "Halo, Kakek." Viktor memberikan salam seraya membuka pintu. Dia melihat Zoya sedang duduk berhadapan dengan Gennadius di meja kerja pria tua itu. "Apakah Zoya merepotkan Kakek? Saya benar-bena
Tidak ada hal yang lebih menyenangkan, selain bersama keluarga, bukan? Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Gennadius ketika melihat Viktor dan Xandrova bercengkrama. "Ha! Ha! Ha! Kalian ini benar-benar membuat Kakek iri saja! Di mana Kakek bisa membeli mesin waktu untuk kembali ke masa lalu bersama Nenek kalian? Ha ha ha!" Orang tua yang gemar tertawa ini menyandarkan kepalanya sambil terus menatap pasangan Viktor dan Xandrova. "Kakek, apakah Anda mencintai Nenek segenap hati?" Xandrova tiba-tiba duduk di hadapan Gennadius sambil tersenyum sangat manis. "Oh, ayolah, Zoya! Jangan menggoda Kakek!" Viktor meraih tangan Xandrova dan memintanya untuk berdiri. "Berdirilah! Mari kembali ke ruangan ku!" Mau tidak mau, Xandrova pun mengikuti perintah sang suami agar dirinya mendapatkan predikat sebagai seorang istri penurut di mata Viktor. "Baiklah." Xandrova berdiri dengan bantuan Viktor. Dia menoleh ke arah Gennadius. "Kakek, kami pergi. Jangan bekerja terlalu keras!" Xandrova
Hari ini adalah hari pertama Xandrova meneruskan studi di Universitas Negeri St Petersburg. Lokasi kampus Xandrova berada di Pulau Vasilievsky. Pada masa Uni Soviet, Universitas terbesar juga tertua di Rusia ini bernama Universitas Negeri Leningrad. "Zoya, aku akan mengantarkan mu ke kampus sebelum pergi bekerja." Xandrova menghentikan kegiatan makannya, lalu menoleh ke arah Viktor. "Apakah kau tidak akan terlambat pergi bekerja? Karena mengingat jarak antara kampusku dengan kantormu tidak dekat, Viktor." "Zoya memiliki sopir. Maka, biarkan sopir yang mengantarkannya." Davidoff memberikan pendapat bernada ketus. Dia tidak menghentikan kegiatan makannya sama sekali ketika berbicara. "Jangan karena kau adalah Menantu keluarga ini, maka kau bisa seenaknya datang ke kantor. Tidak ada privilege bagi keluarga sekalipun." Davidoff masih berkata dengan ketus. Gennadius pun meliriknya dari ujung-ujung mata. "Tidak bisakah kau diam, David? Kau membuat selera makan saya menghilang." Xan
"Ha! Ha! Ha!" Suara gelak tawa Gennadius memenuhi seluruh ruangan keluarga di mana dia, Yuri dan Andriy berada. Viktor dan Xandrova pun menoleh ke sumber suara tersebut. 'Oh, tidak! Mereka pasti melihat aku sedang menggoda Zoya!' Viktor berkata di dalam hati. Dia tidak tahu dan tidak menyangka bahwa semua orang melihat tingkah konyolnya bersama Xandrova. "KaーKakek ...." Xandrova tersenyum canggung saat melihat Gennadius sedang menertawakan dirinya dan Viktor. "Kami akan segera berangkat, Kek." Viktor tidak kalah canggung seperti Xandrova. Dia meraih tangan istrinya, lalu mengajak Xandrova pergi dari sana. "Saya senang sekali melihat keakraban kalian. Teruskan seperti itu! Saya percaya bahwa suatu saat jika masalah datang, kalian pasti siap membicarakannya dari hati ke hati." 'Ya, benar. Itulah mengapa saya berusaha merebut hati Zoya dan membuatnya nyaman saat bersama saya, Kek.' Viktor menyadari bahwa dia dan Gennadius memiliki jalan pikiran yang sama. Viktor tersenyum. "Sem
Viktor akhirnya sampai di perusahaan keluarga Konstantin. Dia berjalan melewati koridor menuju ke ruangannya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pandangannya. Viktor menghentikan langkah. Dia menatap satu persatu wajah karyawannya. "Selamat pagi, Tuan Viktor." Seorang karyawan yang duduk tepat di depan Viktor menyapa. Namun, Viktor tidak memedulikannya. "Kau!" Viktor menunjuk seorang pria berkacamata yang duduk di kursi sudut ruangan. Pria itu sedang bersembunyi di balik kubikel. "Saーsaya?" Akhirnya, pria itu berdiri menatap Viktor. "Ya, kau. Kemarilah!" Semua orang yang berada di sana memandangi si pria. Pria berkacamata tersebut segera berjalan dengan ragu ke arah Viktor sambil membenarkan letak kacamatanya. "Aーada apa, Tuan Viktor?" Si pria salah tingkah. Dia membenarkan kerah pakaian yang sebenarnya masih rapi. "Saya akan memberikanmu tugas." Andriy mengernyitkan dahi mendengar perkataan sang tuan. "Tuーtugas? Tugas apa, Tuan Viktor?" Viktor tersenyum sembari melihat
"Andriy, suruh wanita ini keluar sekarang juga! Jangan biarkan dia masuk ke ruangan saya lagi. Jika dia perlu sesuatu, kau saja yang melayaninya!"Viktor berseru tanpa menoleh ke arah Andriy maupun Evelina."Jika kau tanya, mengapa? Maka, saya akan menjawab bahwa saya muak melihat wajah dan jijik dengan tingkahnya! Saya adalah seorang pria beristri. Saya akan selalu menjaga nama baik saya juga nama baik Istri saya!"Andriy menghela napas panjang, kemudian segera merespon ucapan Viktor. "Saya mengerti, Tuan Viktor."Andriy memejamkan matanya sesaat. Lalu, berpaling menatap Evelina."Nona Evelina, Tuan saya selalu menjaga sikap terhadap wanita manapun. Selain itu, Tuan saya mencintai kebersihan. Tuan saya tidak suka bersentuhan dengan apapun atau siapapun, selain Istri Beliau."Evelina membulatkan mata. Evelina tersinggung karena dia merasa satu-satunya wanita tercantik di perusahaan Konstantinーsetidaknya itulah kabar burung yang tersiar seantero perusahaan Konstantin Co."Hmm, oke. Say
'Mengapa Kakek bisa mencurigai Papa David? Walaupun Papa adalah darah dagingnya sendiri.'Viktor berpikir keras. Dia tidak pernah menyangka jika dirinya dan Gennadius memiliki pemikiran yang sama mengenai Davidoff."Karena saya selalu curiga bahwa dia memiliki kerja sama terselubung dengan Maksim."Gennadius mendongakkan wajah saat mengutarakan isi kepalanya barusan."Mengapa Kakek bisa menduga seperti itu? Apakah Kakek memiliki beberapa bukti?"Gennadius menggelengkan kepala."Karena saya pernah memergoki mereka berdua sedang membahas saham perusahaan keluarga Konstantin.""Saham?!"Viktor teringat ketika Zoya pernah berkata bahwa dirinya memiliki 10% saham di keluarga Konstantin."Ya, Viktor. Maka dari itu, kau harus mengendalikan perusahaan keluarga ini dan membiarkan David melakukan perjalanan bisnis ke kota lain!"'Aku tahu pasti akan hal itu. Karena Kakek telah memberikan tugas untuk mengendalikan perusahaan Konstantin Co sejak awal.'Viktor bermonolog seorang diri."Tentunya ka
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn