Viktor dan Xandrova ternganga mendengar Davidoff melontarkan kata-kata pedas yang sangat tidak pantas.'Apa-apaan Papa David?! Apakah Papa tidak pernah sekalipun menghormati Kakek?! Dan, Mama ... sebagai seorang Istri, apakah Mama tidak pernah menasehati Papa?!'Viktor mengutarakan berbagai pertanyaan di benaknya. Dia memperhatikan wajah Gennadius memerah dengan rahang yang menegang."Pa, tidak baik berbicara seperti itu kepada Kakek!!"Viktor spontan menegur Davidoff dengan nada sedikit tinggi. Dia juga melemparkan tatapan tajam ke arah Davidoff."Ha! Ha! Ha!"Davidoff menertawakan tingkah Viktor. Dan, Viktor semakin geram melihat Davidoff bertingkah layaknya seseorang yang kehilangan akal."Sangat lucu, bukan?! Kau bisa berkata seperti itu karena Kakek Gennadius telah memberikan banyak sekali fasilitas kepadamu, Viktor! Sedangkan saya?!"Davidoff memandangi Viktor yang sedang membuka kedua matanya lebar-lebar dan mengarahkan kepada dirinya."Oh, jadi itukah penyebabnya sampai Papa t
Dan sekali lagi, Xandrova berkata meyakinkan suaminya. Namun, terlihat jelas dari tatapannya bahwa Viktor tidak bisa mempercayai Xandrova begitu saja.Angin musim panas masuk ke ruang makan keluarga Konstantin melalui jendela yang terbuka lebar. Cahaya hangat matahari pagi menyapa kulit Viktor yang seputih salju sama seperti kulit Xandrova yang cantik dan terawat. Pasangan suami istri ini tinggal satu atap di mansion mewah keluarga Konstantin. Mansion dengan desain klasik yang menampilkan sisi dekoratif dari masa lampau."Langsung saja, Viktor, dan jangan berbelit-belit seperti ini!" Davidoff berseru kepada menantunya yang tidak pernah dianggap."Maaf jika kalian semua menunggu keputusan saya begitu lama. Karena jujur saja ... ini sangat sukar bagi saya."'Jika aku salah mengambil keputusan, Papa dan Mama pasti akan menyalahkan ku atas apa yang terjadi dengan anak mereka, bukan?' Viktor berpikir keras tentang hal ini. Viktor sangat yakin dengan dugaannya barusan."Karena saya tidak in
Viktor sedang duduk berhadapan dengan istrinya. Dia secara terang-terangan mengatakan tentang kekhawatirannya akan keputusan Xandrova untuk kembali menempuh pendidikan. Sepasang suami istri tersebut saling terdiam juga saling menatap."Baiklah, Viktor. Aku mengerti dan menyetujui semua persyaratan yang kau katakan tadi."Viktor tersenyum sekaligus lega mendengar Xandrova berkata seperti itu."Oke, Zoya. Aku akan meminta Andriy mengurus semua persiapan kuliahmu."Xandrova mengangguk setuju."Ya, Viktor. Aku akan menunggu kabar baik darimu."Viktor mengusap pucuk kepala Xandrova, lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Dia berjalan sambil memainkan smartphone.Viktor: Andriy, urus berkas kuliah Zoya dan pastikan dia mendapatkan perlakuan yang baik di kampus!Begitulah Viktor. Hanya mengirimkan pesan singkat satu kalimat saja tanpa basa-basi.**Hari ini merupakan hari pertama Viktor bekerja di perusahaan keluarga Konstantin yang berlokasi di distrik Moskovsky, St Petersburg, Rusia. Dia pe
Viktor berdiri di sudut ruang kerja yang berada di lantai 7. Ya, lantai yang sama dengan Gennadius. Dia menatap pemandangan indah yang terlihat dari ruangannya. Di tangan pria itu, ada sebuah dokumen yang diberikan oleh Gennadius tadi. Dan, ia tidak sendirian."Tuan Viktor, apakah ada yang tidak Anda mengerti mengenai dokumen di tangan Anda?"Viktor menghela napas panjang. Tidak lama, dia membalikkan badannya."Andriy, banyak sekali hal yang saya tidak mengerti."Viktor berjalan menuju meja kerja. Dia duduk berhadapan dengan Andriy."Apakah kau tahu seseorang yang bisa melacak?"Andriy mencoba mengerti pertanyaan Viktor. Namun, pada akhirnya dia bertanya agar tidak terjadi salah paham dengan tuannya."Melacak?"Viktor mengangguk pasti ke arah sang asisten."Ya. Saya ingin seseorang yang bisa dipercaya dan ahli di bidang melacak."Viktor melihat Andriy terdiam. Jauh di dasar hatinya, dia ingin sekali memiliki kemampuan melacak."Apakah seperti seorang Detektif?"Viktor menggelengkan ke
"Masuk!"Viktor berteriak dari dalam ruangannya. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 12:48 siang waktu setempat."Permisi, Tuan Viktor.Seorang pria masuk ke ruang kerja Viktor bersama Andriy. Pria itu menyapa Viktor, lalu mengikuti Andriy berjalan menuju meja kerja Viktor."Ada apa, Yuri?"Pria bernama Yuri Gorbachev ini merupakan tangan kanan Gennadius sejak lama. Dan tentu saja, Viktor mengetahui hal tersebut."Tuan Gennadius meminta saya menjemput Anda untuk makan siang bersama relasi sekarang juga.""Oh, Yuri. Sebagai orang kepercayaan Kakek, saya ingin bertanya sesuatu."Yuri menatap Viktor dengan penuh curiga."Ya, Tuan?!"Viktor berpikir sejenak sebab akibat yang akan terjadi bila dia bertanya kepada seorang tangan kanan Gennadius."Ah, sepertinya saya akan bertanya langsung kepada Kakek."Untuk menutupi rasa penasarannya, Viktor segera mengalihkan perhatian. Dia berdiri, lalu merapikan jasnya.***Viktor pergi bersama Gennadius dan kedua asisten mereka. Sedangkan Ca
Suara Gennadius memecahkan lamunan Viktor. Viktor pun gugup. Bukan gugup karena tidak tahu atau tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Gennadius. Namun, karena benak Viktor sedang mengingat sesuatu. Ya, benar! Mengingat potongan masa lalu yang tertinggal di benaknya."Benar, Tuan Viktor."Maksim ikut bicara. Dia melirik Gennadius sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Viktor hanya terdiam dengan wajah yang mulai memucat."Selain pertunjukan musik, Anda bisa membaca buku atau majalah berbahasa Rusia juga bahasa asing yang tersedia di rak buku sebelah kanan, tepat di belakang Anda. Grand Hotel Art Accent benar-benar membuat pengunjung merasa nyaman."Maksim menunjuk rak buku yang berada di belakang Viktor. Namun, Viktor tidak merespon sama sekali. Dia justru sibuk bermain dengan pikiran-pikirannya.'Sepertinya aku harus pergi ke toilet sekarang juga,' batin Viktor seraya menatap Gennadius. Dia merasakan kepalanya cenat cenut."Kakek dan Tuan Maksim, saya pamit ke toilet s
Bersamaan dengan itu, Maksim datang dengan wajah tampannya tegang. Dia mendengar sedikit pembicaraan Viktor dan Gennadius."Permisi, Tuan-tuan. Kami mengantarkan pesanan untuk meja nomor 7."Dua pelayan datang menyapa Viktor dan yang lainnya. Mereka membawa pesanan makan siang dan menatanya dengan rapi di atas meja."Silakan dinikmati!""Silakan dinikmati!"Usai membungkukkan badan, kedua pelayan tadi pun pergi.Viktor menatap banyaknya menu makanan yang tersaji di atas meja."Silakan dinikmati, Tuan Maksim!"Gennadius berusaha meluluhkan hati Maksim. Dia tidak ingin Maksim sakit hati, lalu membatalkan kontrak kerja sama antara perusahaan keluarga Romanov dengan perusahaan keluarga Konstantin."Tidak perlu terlalu formal seperti itu, Tuan Gennadius. Karena biar bagaimanapun juga, saya adalah mantan Tunangan Cucu Anda."Viktor melihat Maksim memaksakan senyum di bibirnya. Namun, Viktor senang sekali melihat Maksim bersikap hormat kepada Gennadius."Apa yang ingin Kakek makan? Pria ini
Maksim membuka matanya lebar-lebar dan menatap serangkaian kalimat yang tertera di lembar kerja ke-2."Jika pihak ke-2 membatalkan kontrak kerja sama secara sepihak, maka pihak ke-2 harus membayar pinalti sebesar 10 kali lipat dari kerugian yang ditimbulkan."Viktor mendengar Maksim membaca kalimat menohok yang membuat semua orang tercengang, termasuk Gennadius."Ya, benar."Viktor membenarkan kalimat yang baru saja dibaca oleh Maksim. Sikapnya yang tenang senantiasa mengelabui lawan."Sesuai dengan apa yang tertulis di dokumen tersebut, maka Anda sebagai pihak ke-2 harus membayar pinalti jika di kemudian hari Anda memutuskan kontrak kerja sama dengan Konstantin Co."Gennadius menepuk pundak kiri Viktor usai sang cucu menantu memberikan penjelasan kepada Maksim."Viktor, bukankah kalimat tersebut tidak ada di dalam kesepakatan kita saat membuat dokumen penandatangan itu?"Gennadius berbisik di telinga Viktor. Dirinya was-was karena tidak ingin kehilangan kesempatan dan kepercayaan dar
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn