SUDAH pernah mendengar nama Bina Bangsa belum?
Jika kalian belum tahu, mari akan aku jelaskan pelan-pelan mengenai sekolah tersebut. SMA Bina Bangsa merupakan sekolah swasta elit sekaligus bergengsi yang ada di Indonesia. Mereka berhasil mencetak alumni-alumni mumpuni dan berprestasi. Tak hanya sistem kebutan di akademik, Bina Bangsa juga memberikan dorongan penuh untuk non-akademik. Maka itu sekolah tersebut memiliki satu gedung yang menyediakan lab IPA dan bahasa sekaligus ruangan-ruangan penunjang klub-klub yang ada. Dan yeah, jangan khawatirkan fasilitasnya. Kalian bebas memakainya sesuka hati, jika rusak, yaa, diganti baru dan pihak yayasan yang akan menanggung semua biasa penanggulangan. Wow! Amazing! So attractive! Seiras dengan sistem pembelajaran serta fasilitas yang diberikan. Untuk masuk ke dalam Bina Bangsa pun nyatanya juga diperlukan nilai dengan rata-rata 83 ke atas. Tak sembarangan orang yang bisa masuk ke sana. Koneksi? Mungkin tapi nyaris tak tertembus di mana akar "blackhole" ini. Demi mempertahankan citra sekolah pun, Bina Bangsa juga mengadakan test masuk pribadi sebelum menyerahkan formulir pendaftaran ulang. Oke, cukup untuk memberikan pujian setinggi langit kepada SMA Bina Bangsaㅡdari namanya juga diharapkan anak-anak tersebut dapat membina negara ini menuju ke arah yang lebih baik. Kendati telah menerima begitu banyak harapan, doa bahkan sejauh mata memandang disuguhi interior sekolah yang tak main-main lantaran arsiteknya di datangkan dari luar negeri langsung saat membangunnya. Bina Bangsa harus rela nama mereka sedikit tercoreng. 30 tahun berdiri tegak di tanah dan memberikan kesan pertama menakjubkan tatkala orang-orang melewati sekolah megah itu. Perlahan-lahan rumor miring merangkak menyelimuti Bina Bangsa, katanya ada sejumlah murid membentuk geng dan mulai menggasak habis geng berandalan dari sekolah-sekolah yang ada. Awalnya hanya sekolah tetangga namun berakhir merambat ke nyaris seluruh sekolah penjuru kota. Hal tersebut cukup meresahkan pihak sekolah, tentunya. Memang di Bina Bangsa mereka punya cara sendiri guna menundukkan anak-anak nakal dan selalu berhasil di setiap sesi. Akan tetapi untuk yang anak yang satu ini, Bina Bangsa kehabisan akal dan cara untuk menjinakkannya. Sungguh licik, pikir mereka. Dia terlalu lihai dan licin untuk ditangkap begitu saja. Tak ada satupun hukuman yang dapat membuat anak yang satu inu bertekuk lutut. Yeaah, mana ada orang yang berani menyentuh cucu perempuan satu-satunya pemilik yayasan. Tak ada dan dia memanfaatkannya dengan sangat baik. Jika kamu bertemu seorang gadis berwajah manis dan berbingkai layaknya boneka barbie, berponi menggemaskan yang mana seiras dengan senyuman lebarnya, sekaligus tubuh semampai bak model. Tolong, waspadalah dan menjauh secara teratur! Benar, pada awalnya hanya akan ada kalimat pujian untuk kesan pandangan pertama pada gadis itu. Akan tetapi semua kalimat penuh decak kagum itu akan luruh begitu saja usai sepuluh menit berkenalan. Maka dari itu ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jangan terlalu mencolok. 2. Jangan terlalu menarik perhatian. 3. Dilarang melakukan tindakan kekerasan tanpa alasan yang jelas. 4. Dilarang merisak siapapun ( untuk yang satu ini patut dihargai ). 5. Dilarang menggosipkan tiga perempuan dengan tahta tertinggi di Bina Bangsa (well, tentu setelah anak ini). Jangan lakukan hal yang telah dilarang keras di atas kalau-kalau masih ingin hidup tenang dan tentram di Bina Bangsa. Karena bagian kerusuhan dan keributan telah diambil sepenuhnya olehㅡ "JESSICA! KEMBALI KAMU! KAMU APAIN MOTOR SAYA, HAH?!" Yeah, itu namanya. Jessica. Jessica Verada Shelby Atriyadinata. Tidak usah dihapalkan sekarang, nanti kalian juga kenal. Bagian perkenalan akan berjalan sepanjang waktu yang telah disediakan. Jangan terburu-buru, perlahan-lahan lebih baik. Jessica terbahak-bahak melihat bagaimana Pak Dendi mengejarnya dengan wajah merah padam menahan marah. "Pak, jangan kejar-kejar saya dong! Nanti saya baper, Bapak tanggung jawab, ya?!" "BOCAH GENDENG! SINI KAMU!" "GOCENG DULU, PAK. SAYA LAPER, BELUM SARAPAN. MAU BELI CIRENG DI KANTIN, PAK! JANJI, DEH. SUER! SAYA BERHENTI SEKARANG JUGA KALAU BAPAK KASIH SAYA GOCENG!" "SONTOLOYO!" Kaki si gadis berbelok gesit ke lorong barat, semakin mempercepat ritme berlarinya dan membiarkan Pak Dandi melewatinya tatkala Jessica berhasil memasuki sebuah ruangan. Napas si gadis putus-putus namun rasa puas menggelora di dalam dada. Akan tetapi ketika ia berbalik dan menemukan banyaknya tatapan mata yang tertuju padanya. Jessica berkedip canggung, terpaku sesaat sebelum memberikan senyum disertai ringisan. Ah, shit! Bagaimana bisa ia masuk ke aula utama tempat di mana anggota-anggota OSIS baru dilantik hari ini? Sialan pangkat 7. Ia bersitatap dengan Demian, kakeknya, kemudian melambaikan tangan ceria. "I love you, Grandpa. I have to go, i'm bussy right now. Pai-pai!" dan segera kabur dari sana sebelum ia ditangkap. Berkali-kali umpatannya keluar mengutuk diri sendiri sepanjang perjalanan dan kejengkelannya makin meningkat secara drastis saat bertabrakan dengan seseorang hingga ia terjatuh. "Hahaha, lo senam lantai di bawah?" Oh, shit pt.2. Jessica takkan membahas anak laki-laki menyebalkan di depannya ini. Takkan, sungguh! Maka dari itu ia hanya bangkit, memberikan hadiah berupa tendangan di tulang kering sebelum berlari menjauh. "Dasar siluman kelinci! Enyah lo!" Alvin meringis sembari memeluk kakinya yang berdenyut kejam di bawah. "Dasar cewek berengsek lo!" "Haha! My revenge for you, shitty man!" Beralih dari pertikaian konyol dan membosankan itu. Jessica menjelajahi koridor, membeli satu kaleng kopi di vending machine dan memasuki ruang seni. Ia menyapa seorang gadis berwajah kucing. "Hai, Jennady." "Oh, haiㅡJESSICA! LUKISAN GUE KENAPA LO SEMBUR, SIALAN?!" Jessica terbahak-bahak, melambaikan tangan dan bergerak mundur tanpa rasa bersalah. "My apologize, byee, Nady! Hahaha!" Langkah kakinya kemudian mengunjungi sebuah ruangan seni tarik suara, hanya berjarak dua ruangan dengan yang tadi dan Jessica mengeluarkan sebungkus plastik dari saku dalam almamater. Membuka pintu tanpa suara dan kemudian melemparkan sekantung plastik penuh kecoa ke arah mereka yang tengah bernyanyi. "ARRRGHHH! KECOA! KAK ROSA! ADA KECOA!" "ARRGHHH! INJEK! INJEK!" "CEPETAN INJEK! KALIAN 'KAN COWOK! ARRGHH! ARGHH!" Di tengah-tengah sahut-sahutan pekikan brutal dengan ketakutan menggebu-gebu, Jessica terkikik sembari bersedekap tangan sebelum melambaikan tangan pada gadis bernama Rosa. Senyum jahilnya tersungging murah. "Hai, semoga suka hadiahnya, daah!" Rosa memejamkan mata, menarik napas dan menghembuskannya perlahan sebelum, "JESSICA! MATI LO ABIS INI!" "You gonna miss me after that, see you, lol!" Tinggalkanlah ruangan kedap suara tetapi berisik itu sekarang, mari mengunjungi lab debat di lantai bawah. Si gadis kembali mengeluarkan satu kantong beludru merah muda dan memberikannya pada seorang gadis di sana. "Bilangin, buat Chelsie." "Ouh, oke." Jessica melipat bibir, lagi-lagi bersedekap tangan dan menunggu-nunggu namanya diteriakanㅡ "JESSICA! GUE BENCI KODOK, BANGSAT!" "I'm sorry, Chelsie. Dia keukeuh mau ketemu lo padahal udah gue larang!" Jessica mengirimkan kecupan perpisahan jarak jauh dan pergi dari sana. "Hehehe." Jessica mengibaskan rambut panjangnya dengan gerakan angkuh sementara bibirnya mengulas senyum puas bukan main. Berkali-kali terkikik sendiri mengingat ulang ulahnya hari ini. Well, mari perkenalkan biang onar tersohor dan paling menyebalkan yang pernah ada. Je-ssi-ca. Spelling with me! Je-ssi-ca! Jessica! Haha! "Hmmm. Siapa lagi yang belum gue kasih hadiah pagi ini?" Irisnya lantas jatuh pada sepasang muda-mudi yang duduk di bangku panjang taman sekolah. Jessica langsung mendapatkan lampu terang di atas kepala. Tangannya segera merogoh saku depan almamater dan mendekati keduanya sebelum mencondongkan badan di tengah-tengah mereka dari belakang. Jessica tersenyum lebar ke arah mereka, "Suprise!" "ARRRGHH! ULER! ULER! HUSH! HUSH! DINA! USIRIN!" "LO COWOK! LO YANG NGUSIR!" "GUE TAKUT, ANJIR!" "LO PIKIR GUE ENGGAK! ARRRGHH!" "HAHAHAHAHA!" Okay, enough for today. Kita potong adegan ... errr! penuh teriakan itu. Tidak baik untuk kondisi telinga, sejujurnya. Sekian dari banyaknya hadiah memicu keributan yang dilakukan Jessica. Bagaimana? Merasa tertarik? Sudah berminat mengetahui lebih banyak tentang gadis berponi ini? Sudah menaruh perhatian lebih, belum? Dan, sudahkah jatuh hati dengan gadis sinting ini? Kalau sudah, silahkan gulir layar kalian setelah menyiapkan mental. Siapkan diri juga untuk bersabar dan bantal kalau-kalau kalian mengantuk sebab bosan menyerang. Jangan terlalu di bawa serius. Being have fun, literally. Dan semoga sabuk pengaman kalian erat untuk bertahan dalam rentetan kisah seorang Jessica. See you on the chapter one-! Pai-pai!BINA BANGSA memang rajanya bangunan sekolah lantaran memiliki lorong dan tikungan yang banyak. Sehingga disediakan papan penunjuk jalan bagi pendatang baru yang bahkan penghuni aslinya sendiri masih ada yang rentan tersesat. Mengerti benar bahwa petunjuk jalan merupakan suatu hal yang penting dan nyaris seluruh orang membutuhkannya. Apalagi di hari-hari penting seperti hari ini, contohnya. Bina Bangsa kedatangan tamu penting yaitu kunjungan tahunan dari para ketua OSIS dari sekolah-sekolah lain. Nah, karena Jessica adalah murid yang paling baik hati dan ingin mereka mendapat sambutan terbaik dalam sejarah pertemanan antar sekolah. Maka dari itu si gadis tersenyum manis di gerbang dan melambaikan tangan pada sang ketua OSIS Bina Bangsa, yaitu Arzan. Dan menemukan Jessica lengkap dengan seluruh atribut sekolah merupakan hal terjanggal yang pernah ia lihat sebelumnya. "Lo ... ngapain, Jes?" tanya Arzan kelewat ragu dan betulan aneh. Gadis berponi tersebut berdeham sejenak sebelum ter
JIKA diingat kembali dalam kurun waktu satu bulan, kejahatan yang telah Jessica lakukan memang terorganisir dan patut mendapatkan hukuman. Yeah, si empunya sendiri tidak akan menangkis segala macam tuntutan dari pihak yang bersangkutan. Hanya saja dari sekian banyak hukuman-hukuman yang ada di Bina Bangsa bahkan sampai ada daftarnya dan diurutkan berdasarkan seberapa besar poin kesalahan. Kenapa Jessica harus mendapatkan hukuman menghormati Sang Saka Merah Putih alih-alih menyapu halaman?! Bukannya berniat kurang ajar tetapi sudah ada waktu khusus untuk itu, jadi menyingkirkan sampah-sampah di lapangan barangkali merupakan pilihan bijaksana. Namun Dhani menyanggah kelewat cepat dengan wajah merah; betulan marah. "Kalau disuruh yang lain yang ada Jessica nyuruh-nyuruh temennya, Bu. Pilihan ini lebih baik!"Benar-benar pemuda kutu buku yang satu itu. Menyebalkan sekali! Hm, mungkin motor Dhani akan tergantung di pohon nanti. Lihat saja. Haha! Jessica takkan tinggal diam begitu saja.
BAGIAN sial apa dari hidup yang sangat kalian benci? Kalau Jessica banyak. Banyak sekali sampai-sampai dua puluh jari yang ia miliki tak cukup untuk menghitungnya. Kendati demikian pun si gadis berponi tersebut paham benar bahwa bernapas bahagia setiap waktu adalah sebuah kemustahilan. Toh, katanya, rasa sedih dan bahagia selalu ditakar seimbang untuk semua manusia. Hanya saja Jessica kurang mempercayainya. Contohnya seperti acara keluarga besar yang mesti Jessica hadiri setiap dua kali sebulan. Argh! Berada di satu ruangan yang dengan orang-orang yang engkau benci itu sama halnya dengan oksigen ada di depan mata tetapi lehermu dicekik kuat hingga bernapas bebas merupakan fatamorgana belaka. Err! Menjijikan. Menjengkelkan! Membayangkan bagaimana senyuman demi senyuman palsu disunggingkan murah meriah membuat perut Jessica mendadak bergejolak mual bukan main. Bertempat di sebuah restoran bintang lima milik sang kakek yang tentunya seluruh menu utama dihidangkan di depan mata. Beraga
SESEORANG pernah berkata ketika jiwa tengah diliputi amarah yang harus dilakukan adalah berhitung dalam hati. Jessica pikir itu saran terkonyol dari sekian juta petuah yang ada di dunia. Iya, awalnya si gadis berpikir demikian sebelum kalimat yang disampaikan laki-laki berwajah kalem itu berguna baginya untuk melalui hari-hari berat. Sangat berguna, sekali, dan Jessica menyesal telah menertawakannya sore itu. Jessica akui sumbu emosinya ini pendek, sangat pendek malahan. Dia mudah marah akan sesuatu hal sepele bahkan terkadang suka melepas tantrum besar-besaran kalau-kalau Chelsie tidak datang guna menenangkan. Suatu waktu, ia ingin membenarkan komentar-komentar yang dilontarkan orang secara percuma. Bahwa Jessica mutlak pembawa masalah murni di hidupnya sendiri sekaligus bagi orang-orang sekitarnya. Maka daripada itu si gadis akan melupakan rentetan adegan kemarahannya di restoran secepat mungkin. Napasnya terhembus kasar serta berat lalu mendongak kemudian guna melihat lembayung
"TEMEN lo gila ya, Mas?" celetuk Daniel bertanya sangsi, menjauhkan puntung rokok dari bibirnya dan menatap Thomas yang memasang raut wajah jengkel. Bersama hati yang ringan Thomas membuang rokok Daniel ke tanah. "Thom, anjir, Thom. Mas-mas pale lu!" tukasnya kesal. "Ah, bangsat! Rokok terakhir gue, Mas!" Daniel berencana memungut rokoknya yanh menggelinding mengenaskan di tanah namun Gerald keburu datang dan menginjaknya dengan dramatis. Daniel membeku, "Anjing kalian berdua!" umpatnya. Gerald tersenyum sadis sebelum menendang rokok sang kawan menjauh dari area. "Tobat lo, bangsat! Paru-paru lo item entar, mampus!""Ck, bajinglah! Kan pembahasan kita bukan itu tadi. Argh! Sial!" gerutu Daniel, menggaruk kesal belakang kepalanya lalu menjatuhkan punggung ke sofa. Ditunjuknya Alvin menggunakan dagu. "Noh, liat! Temen lo-lo pada gila ketawa-ketawa sendiri."Di sebelahnya Thomas memasang ekspresi sulit, sembari mengunyah bakwan di mulut ia bertanya, "Lha, Alvin pernah waras emangnyaㅡa
TAHU apa yang dilakukan Alvin ketika bertemu Jessica pukul 08:56 di lapangan Bina Bangsa?Tentu, pemuda kelinci tersebut bersikap sesuka hati sampai-sampai berani datang telat dan berujung dihukum bersama Jessica; lagi-lagi menghormat bendera dengan murid-murid lainnya. Lagi, Alvin seakan lupa atas perbuatan kurang ajarnya tempo hari dan Jessica harus rela tangannya berhenti mengayun tatkala sebuah pertanyaan dilemparkan kepadanya yang dibalut nada suara penasaran bukan kepalang dan seraut wajah serupa.“Lo punya pacar, Jes?”Ya Tuhan! Cobaan macam apalagi ini?!Gadis berponi tersebut memejamkan matanya, menurunkan tangan dan berusaha mengatur napas agar tidak meledakkan bom nuklir di sini. Perasaannya makin jengkel saat ia meniup poninya kasar. Jessica bahkan tidak punya kalimat baru lagi untuk memaki Alvin lantaran semua kosa kata dalam kamus sudah ia keluarkan semua.Pertanyaan ada satu, jadi Jessica dulunya betulan pengkhianat negara, ya? Tolong jawab! Atau setidaknya berikan solu
“JADI… ” Pria yang menjabat sebagai kepala sekolah tersebut memejamkan mata erat bukan main sembari mengurut pelipisnya. Niat hati ingin mengusir denyutan pening di kepala namun menyadari betul bahwa gadis berponi di depannya tidak merasa bersalah sedikitpun. Pak Henry mulai panas. “ … kamu ngelakuin itu buat bales dendam?”Tolong katakan bahwa Pak Henry salah lihat saat Jessica tengah memberikan senyuman serta mengangguk penuh keyakinan sekarang?“Iya, Pak.”“Ini mainan?” tanya sang kepala sekolah dengan nada serak; nyaris mengalami trauma pada benda hitam di atas mejanya itu.Jessica lagi-lagi mengirim dua anggukan. “Benar s
DESISANkesakitan lolos dari keduanya belah bibirnya tatkala sepasang manik itu terbuka. Bagaikan dihantam gada, kepalanya pening bukan main. Tak ada yang bisa pemuda kelinci tersebut lakukan selain meringis ke sekian kalinya sembari mengurut pelipisnya yang makin berkedut tajam.Alvin berkedip beberapa kali guna mencerna, apa yang telah terjadi pada dirinya sampai-sampai ia berbaring di ranjang UKS begini? Satu detik kemudian ketika departemen ingatan melakukan reka ulang adegan sebelum dia tak sadarkan diri. Matanya melotot tak percaya sementara bibirnya sukses dibuat mengumpat tertahan guna memaki-maki dirinya dalam hati karena bisa-bisanya ia pingsan di tengah keramaian.Ck! Menyebalkan! Menjengkelkan!Dan Jessica pelaku utamanya! Ck! Sial! Sial