Share

8. Alfano

PoV. Author

"apa!? Dokter Danu di pecat?" Seru Kissela kencang.

Napas gadis itu tercekat, ia sangat terkejut dengan berita ini. Bagai mana bisa dokter sekompeten dokter Danu bisa di pecat.

"Dimana dokter Danu sekarang?" Tanya Kissela pada asistennya.

"Di ruang Prof. Namsis dok, menurut saya anda harus membantu dokter Danu kelihatannya disini ada kesalahpahaman" ujar asisten nya.

Jelas sepeti itu, semua penghuni rumah sakit ini tau bagai mana baiknya dokter muda itu. Dokter yang begitu ramah dan menganggap semua pasien nya adalah keluarga.

"Berapa pasien lagi yang harus saya tangani?" Tanya Kissela pada asistennya.

"Sudah tidak ada dok, anda bisa makan siang sekarang" balas asistennya.

Kissela bersiap dengan melepaskan jas dokter nya.
"Aku akan ke departemen rumah sakit untuk menanyakan masalah dokter Danu" ujar Kissela.

Kissela pergi meninggalkan ruangan lebih dahulu, dengan wajah tegas khas dokternya ia berjalan menuju ruang departemen rumah sakit itu.

Ia berdiri di depan lift dengan tak sabar saat pintu lift terbuka wajah dokter Danu lah yang ia lihat, wajah dengan senyum teduh itu terlihat muram.

"Dokter Danu, anda baik-baik saja?" Tanya Kissela.

Dengan senyum dia terlihat mengangguk, ia merangkul bahu Kissela yang berwajah murung.
"Hei, disini akulah yang di pecat" ujarnya berusaha santai.

Sampai dimana Kissela menahan lengan dokter Danu lalu menatapnya dalam.
"Jangan berpura-pura tegar dok, aku tau ini sangat tidak adil untukmu ada masalah apa sebenarnya?" ujar kissela dengan mata berkaca-kaca.

Bagai mana tidak, ia sudah menganggap dokter Danu sebagai kakak nya, sekarang orang yang selalu mendukungnya sedang nerada dalam masalah besar dan Kissela merasa tidak berguna karena tidak dapat mencegahnya.

"Aku di pecat, ya sudah mungkin aku harus menolong orang dengan cara lain lagi, atau aku akan membuka klinik di indonesia" balas dokter Danu dengan sabar yang membuat Kissela seketika menangis.

Melihat itu dokter Danu tertawa ringan. Sekarang ia merasa sangat bahagia ia bisa tahu ada seseorang yang sangat peduli terhadap dirinya.
Perlahan ia membawa Kissela kedalam dekapannya.

Sebagian orang yang berlalu lalang memperhatikan keduanya namun kedua dokter itu memilih tidak peduli. Tangis Kissela semakin menjadi hingga sulit berhenti.
"Sudah jangan menangis, ayo kita makan diluar aku yang traktir, kau tidak malu dilihat orang seperti ini?" ujar dokter Danu sambil menghapus air mata yang mengalir dari mata indah milik Kissela.

Mereka berjalan keluar dari rumah sakit itu dengan dokter Danu yang terus meledek Kissela yang masih saja terisak.
"Aku se_dang sedih, ja_ngan meledekku" ujar Kissela memukul pelan lengang dokter Danu yang masih terus tertawa.

"Baillah baiklah, anak cantik ayo kakak belikan makanan" canda Danu membuat Kissela tersenyum karenanya.

^^^^^^

Keduanya sedang duduk di sebuah cafe Kissela terus bertanya alasan pemecatan dokter Danu, namun lelaki dengan senyum teduh itu belum menjawab dan lebih memilih mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, jelaskan semuanya padaku sekarang." Seru Kissela.

Dokter Danu menghembuskan nafasnya dalam,
"Sebenernya aku tidak mau bercerita, tapi kau terus memaksaku dengan tangis jelekmu itu" ujar dokter muda itu dengan terkekeh.

"Kau sudah tahu aku, ayo sekarang jelaskan" desak Kissela.

"Prof. Namsis berbicara padaku dengan sangat terpaksa, dia hanya menjalankan perintah dari pemilik rumah sakit dan aku mengerti posisinya saat itu, alasannya aku pun tidak tahu begitu juga dia, sudahlah mungkin ini memang takdirku" jelas dokter Danu dengan malas, ia memilih menghabiskan spaghetti pesanannya.

"Jadi ini semua karena, pemilik rumah sakit? Astaga apa hubungannya dia dengan mu bahkan kalian tidak pernah bertemu satu kali pun, apa salahmu ini benar-benar tidak adil" seru Kissela berapi-api.

"Biarkan saja, jangan sampai kau juga ikut terseret dalam masalah yang tidak jelas ini, ingat" ujar Danu menasehati.

Kissela hanya diam ia terus memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk membantu dokter yang sangat baik di depannya ini.

"Alfano Gibadesta" serunya dalam hati saat ia mendapatkan jalan keluar yang mungkin bisa membantunya.

^^^^^

Uhkk! uhkk!
Fano tersedak makanan yang baru saja masuk kedalam mulutnya. Batuknya membuat keributan di meja makan yang di isi sahabatnya yang kebetulan sedang mengunjungi nya. Menjenguk kata mereka.

"Hei bung, bisakah makan dengan perlahan" sindir Al.

"Kau seperti tidak pernah makan enak saja" ledek Leo dengan suara kekehan.

Salah satu pelayan membawakan segelas air putih untuk tuan mereka. Fano langsung meminumnya dengan cepat dan membasuh bibirnya dengan tisu di depannya.
"Segeralah habiskan makanan kalian dan pergi, aku masih harus istirahat" ujarnya yang mengundang tawa ketiga sahabatnya.

"Ku dengar aku memecat salah satu dokter di rumah sakit mu, apa itu Kissela?" Tanya Ganesa.

"Siapa Kissela? Ahh aku ingat dia dokter yang sempat bermalam dengan mu dan membuatmu masuk rumah sakit itu kan?" Ujar Al terkekeh.

"Diam kau" seru Fano jengkel.

"Jadi kau pecat? Karena dia sudah membuatmu gila malam itu?" Tanya Leo sarat akan sindiran.

"Bukan Kissela, tapi dokter muda bernama Danu," jelas Ganesa dengan semirk khasnya.

Fano menatap Ganesa kesal, bagai mana dia tau semua yang dilakukan oleh nya. Diliriknya asisten pribadinya yang sedang menunduk dalam.
"Kau pecat dia, aku akan merekrutnya" lanjut Ganesa.

Mendengar itu Fano hanya bisa mendengus.

"Apa masalah mu dengan dokter itu? Jika ini karena Kissela, tindakan mu terlalu jauh" ujar Leo mengingatkan.

Fano tersenyum saat nama Kissela di sebut, ia sedang bahagia hari ini mendengar gadis itu menangisi lelakinya. Ini sangat mengasikan, ia yakin Kissela sedikit lagi akan meminta bantuan padanya.

"Kita lihat apa yang bisa dilakukan jalang kecil itu" ujar Fano tersenyum.

"Dia bukan jalang, kurasa kau keliru" jelas Al yang merasa julukan itu hadir karena dirinya sering menyebut bebe apa wanitanya seperti itu.

"Aku tidak peduli ini keliru atau bukan yang aku tahu ini menyenangkan" ujar Fano.

"Lebih menyenangkan jika kau ikut dipermainkan di permainan mu itu" seru Ganesa dengan sedikit kasar.
"Aku harus pergi" lanjutnya meninggal ketiga sahabatnya yang menatapnya bingung.

"Ada apa dengan perjaka satu itu?" Tanya Leo.

Ya, diantara mereka Ganesa lah yang berstatus perjaka 100%. Ia menolak semua jalang yang datang padanya, walaupun ia pemilik casino ternama.
Sampai saat ini masih belum ada yang bisa menaklukkan nya bahkan menyentuhnya.

Fano acuh dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Leo.
"Mungkin dia tertarik pada dokter Kissela" mendengar celetukan Al membuat Fano terdiam. Moodnya seketika turun.

"Aku harus istirahat, kalian pulanglah" seru Fano meninggal meja makan itu dengan penuh rasa kesal di hatinya.

Leo tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya.
"Apa kau merasakan nya? Mereka sepertinya sedang ada masalah pribadi yang rumit, atau memperebutkan wanita?"

"Aku tidak suka, akan lebih baik kita memperebutkan harga saham" ujar Al dengan senyum menjengkelkan.

"Ehm.. dimana Fano?" Keduanya menatap seorang wanita cantik dengan pakaian sexy dihadapan mereka.

Samantha anak salah seorang parlemen negeri ini yang menggilai Fano. Walaupun cantik, itu tidak cukup untuk mengambil hati Fano, ia hanya dijadikan teman bermalam.

"Dia ada di kamarnya, sedang istirahat" jawab Leo.

"Kurasa kau harus pulang nona, mau ku antara? Kau bisa mampir di mansion ku" ujar Al menawarkan diri.

"Aku tidak selera dengan seorang pangeran seperti mu, terlalu banyak sekandal" balas Samantha dengan acuh. Membuat keduanya tertawa saat wanita sexy itu melewati mereka dengan gaya sensual yang dibuat untuk memancing kedua kucing itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status