Share

10. Alfano

Penulis: Nul
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-28 17:09:52

PoV. Author

Kissela menaiki sebuah bus menuju sebuah panti asuhan di pinggir kota. Panti asuhan tempat ia dibesarkan, tempat dimana ia mendapat perhatian dari seorang pengasuh hingga ia bisa seperti saat ini.

Dengan senyum lebar Kissela turun disebuah halte dan menyebrangi jalan untuk sampai di halaman sebuah rumah sederhana yang terdapat banyak mainan anak di depannya. Kehadirannya disambut banyak anak kecil yang memanggil nya dengan sebutan kakak.

"Kakak, kenapa baru kesini sekarang? Ayo masuk di dalam ada donatur, kak" ajak salah satu anak yang terlihat paling besar.

"Oh ya? Siapa?" Tanyanya.

"Ini donatur baru, dia sangat tampan" ujarnya sambil terus menarik lengan Kissela.

"Waw kau sudah besar sekarang sudah tau lelaki tampan" balas Kissela sambil terkikik.

"Jelas, aku sudah besar sekarang dan juga cantik kan?" Tanya anak itu dengan candaan khas anak-anak.

Sampai mereka tiba di depan pintu ruangan yang digunakan untuk menyambut tamu.
Sedikit terdiam Kissela menatap seorang lelaki yang ia kenal, ia lelaki dengan wajah datar salah satu teman Fano. Ganesa.

"Kissela. Kemari sayang aku ingin mengenalkan mu pada donatur baru di panti kita," panggil ibu panti yang membuatnya mau tidak mau harus menemui pria yang masih menatapnya tajam.

"Ini tuan Ganesa, dan tuan ini Kissela salah satu anak kami, sekarang dia sudah menjadi dokter makanya ia tidak lagi tinggal di sini". Jelas ibu panti pada Ganesa yang merespon dengan datar.

"Senang bisa bertemu dengan anda tuan" ujar Kissela gugup.

"Ya, kau tidak bekerja?" Tanya Ganesa tanpa basa-basi

"Saya libur hari ini"

"Oke baiklah, kalau begitu saya harus pamit, anda bisa mengabari saya jika membutuhkan sesuatu" ujarnya berpamitan pada ibu panti.

"Biar saya antar, tuan" ujar Kissela.

Sambil berjalan kearah pintu masuk panti asuhan Kissela memulai pembicaraan.
"Apa anda sering datang kepanti asuhan lain?"tanya Kissela langsung.

"Tidak juga, aku hanya ingin berbuat sedikit kebaikan" jawab Ganesa dengan nada yang terdengar lebih melunak.

"Sedikit kebaikan? Anda berbicara seperti anda orang jahat saja" ujar Kissela dengan terkekeh kecil yang di tanggapi Kissela demikian.

"Bagaimana kau melihatku, apa aku terlihat jahat?" tanya Ganesa berbasa-basi.

"Sangat jahat, menyeramkan" jawab Kissela bergidik ngeri.

Mendengar itu Ganesa tersenyum sebagai jawaban, ia merasakan perasaan nyaman saat berdekatan dengan gadis dihadapannya ini.

"Tapi anda terlihat lebih normal saat ini, saat anda tersenyum" sambung Kissela dengan senyum cerahnya.

"Itu bukan keahlian ku" balas Ganesa acuh.

"Baiklah, hati-hati di jalana" seru Kissela pelan saat Ganesa masuk kedalam mobil yang sudah menunggunya.

"Kupikir kau yang harus berhati-hati," ujar Ganesa masih dengan wajah datar.

Kissela terdiam mendengar peringatan yang di lontarkan lelaki dingin itu. Ia terus menatap mobil yang ditumpangi Ganesa hingga menghilang di balik gerbang panti asuhan.

"Kenapa perasaanku jadi tidak enak beginu, dia seperti peramal jika seperti itu" gumamnya dengan bergidik.

Ia melangkah masuk untuk menemui ibu panti, sedikit curhat mungkin bisa meringankan beban beberapa hari ini.

"Kau ada masalah nak? Kau terlihat sangat lelah"

"Ya, bu aku sedang banyak masalah, dokter Danu dipecat secara tidak adil dan aku tidak rela jika itu terjadi" jelasnya.

"Lantas kau akan melakukan apa" Tanya ibu panti.

"Entahlah bu, ada yang bisa membantu tapi dia meminta imbalan"

" Begitulah nak jarang orang yang dengan tulus menolong, apa kau tau apa syaratnya?" Tanyanya pada Kissela yang sudah merebahkan kepalanya keatas meja di depannya.

"Sudah" jawanya.

"Tapi itu sangat tidak masuk di akal, ia memintaku menjadi pelayan di rumahnya selama dua bulan, sedangkan aku seorang dokter yang meminta libur saja sulit " jelas Kissela dengan menggebu.

"Cobalah bernegosiasi, barang kali orang itu akan membantu mu" ujar ibu panti yang melihat kebingungan di mata Kissela.

"Sangat sulit, aku merasa orang ini memiliki niat lain" gumam Kissela pelan

"Niat baikmu pasti akan membuahkan hasil yang manis, masalahmu akan segera terselesaikan" jelas ibu panti dengan senyum yang menenangkan.

"Aku ragu akan semudah itu bu" balasnya dengan pelan.

***

Minggu pagi di mansion milik Ganesa, terlihat pria dingin itu sedang berkutat di dapur dengan kemeja putih yang lengannya sudah di lipat sampai siku.

"Aku mendengar kau pergi ke panti asuhan, apa benar?" Tanya seorang wanita paruh baya padanya.

Ganesa menoleh dengan senyum teduh di wajahnya, menatap ibunya yang terlihat penasaran.

"Ya, aku hanya ingin berbagi pada mereka" jawab Ganesa yang masih sibuk dengan bahan-bahan makanan didepannya.

"Aku tau kau anak yang baik, harta yang kita punya ini pasti ada milik mereka juga" ujar ibunya.

Ganesa tidak membalas karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Kau sangat tampan saat memasak nak, seperti ayahmu" lanjut ibunya yang ikut membantu menata buah-buahan yang baru putranya beli.

"Jangan bergurau bu, jelas kami lebih tampan saat memegang senjata api" balas Ganesa yang membuat Rachel memukul bahu anak nya itu.

"Terserah mu saja, oh ya besok akan ada pelayan baru di rumah kita kuharap kau tidak berbuat kasar padanya" Ujar ibunya memperingati, mengingat anaknya ini sering berbuat kasar pada pelayan-pelayan di mansion mereka.

Ganesa hanya menjawabnya dengan anggukan ringan, memilih acuh toh ia tidak merasa apa yang dilakukan pada pelayan-pelayan itu tidak salah.

Tak berapa lama keadaan tenang mensionnya yang tenang berubah gaduh, hal yang sering terjadi saat ke tiga sahabatnya berkunjung.

"Kau tau Ganesa kemarin Kissela datang menemui Fano di kantornya" seru Al yang membuat Ganesa menoleh cepat.

"Kissela memakan umpanku" ujar Fano dengan rasa bangga, tanpa melihat ekspresi dari Ganesa yang terlihat berbeda.

"Ehm, ada apa kalian datang ke sini?" Tanya Ganesa dengan datar, menghentikan obrolan ketiga sahabatnya.

"Ayolah kau masih bertanya, kami kan sudah sering datang ke sini" seru Leo yang dijawab dengusan oleh Ganesa yang mulai menghidangkan masakannya di meja makan.

"Jangan membicarakan gadis itu di hadapanku" tekan Ganesa yang membuat Leo mengerti.

Fano merasa tersindir dengan teguran yang dilontarkan Ganesa jelas ia tahu itu dimaksudkan untuknya.

"Kalian datang? Bagus sekali sekarang ayo kita mulai makan paginya, hari ini Ganesa memasak lagi" seru Rachel dengan bersemangat menyiapkan makanan untuk ke empat laki-laki dihadapannya.

"Aunti, kau terlihat semakin cantik setiap aku kesini apa kau vampir" seru Leo menggoda Rachel yang membuat Ganesa terbatuk mendengarnya.

"Kau menghina ibuku? Kau yang terlihat tua makanya ibuku terlihat muda" tawa Fano dan Al mendukung celetukan Ganesa yang membuat suasana pagi ini terasa lebih hangat dari biasanya.

Kumpulnya mereka pada hari ini bukan karena tidak beralasan, ada rapat pemegang saham di perusahaan milik Al. Selain bersahabat mereka juga rekan kerja dibeberapa perusahaan.

"Hari ini rapat pemegang saham, malam nya ada pesta pembukaan perusahaan baruku, aku mengundang kalian, kuharap kalian bisa hadir dan jangan membuat keributan" ujar Al yang diacuhkan ketiganya yang sibuk dengan makanan masing-masing walaupun sebenarnya mereka mendengar nya dengan jelas.

"Biar saja mereka seperti itu Al, kau laporkan saja jika putraku membuat keributan di pestamu malam nanti" jawab Rachel dengan sikap keibuannya.

"Kau yang terbaik tante" balas Al dengan tatapan mengarah ke Ganesa yang mendengus mendengar interaksi kedua nya.

"Kalian harus belajar lebih dewasa dari sekarang, kalian harus ingat jika kalian akan menikah dan memiliki rumah tangga sendiri, bukan begitu?"

Mendengar itu keempatnya bersamaan tersedak bahkan Ganesa sampai harus menuang air minum nya sendiri karena gelas miliknya kosong.

"Ibu aku ingin membeli keperluan kantor ku sebelum rapat, jadi aku pergi sekarang saja" ujar Ganesa dengan cepat.

Ketiga sahabatnya menatap tidak percaya saat Ganesa beralasan membeli keperluan kantor.
"Baiklah tante aku juga sudah selesai aku harus segera ke kantor" seru Al dengan membungkuk.

Saat Di Fano ingin berbicara Rachel dengan cepat mencegahnya.
"Ada apa dengan Ganesa kenapa setiap aku membicarakan pernikahan dia selalu menghindar, apa terjadi sesuatu padanya?" Tanya Rachel mendesak pada Fano dan Leo yang terlihat kesulitan untuk menjawab pertanyaan itu.

"Kami tidak tahu jelas nya tante, tapi memang Ganesa tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita selama kami bersama" jelas Leo.

Rachel menunduk dalam, ia merasa bersalah pada anaknya.
"Kalau begitu kalian bisa pergi, terimakasih sudah jujur padaku"

"Aku berharap tidak ada saling menyalahkan, kurasa ia hanya butuh waktu lebih banyak" ujar Fano menekankan agar tidak terjadi masalah lain.

Smartphone milik Fano berdering dengan cepat ia mengangkatya.
"Halo"

"Apa baiklah aku akan" ujarnya dengan senyum merekah di bibirnya.

"Ada apa?" Tanya leo.

"Ada masalah di rumah sakit, aku harus pergi sekarang tante" serunya lalu pergi dengan tergesah.

"Hal bodoh apa lagi yang akan dia lakukan" gumam Leo yang masih setia duduk dihadapan Rachel.

Bab terkait

  • The Other side (Indonesia)   11. alfano

    PoV. AuthorKeesokan harinya di rumah sakit terjadi sedikit kekacauan. Beberapa orang datang dengan bersamaan menerobos masuk, berteriak sangat keras. Meminta sebuah tanggung jawab atas kematian seorang korban kecelakaan yang sempat masuk rumah sakit ini."Keluar kalian, kalian tidak pantas menjadi seorang dokter!!" Seru seorang ibu dengan menggebu-gebu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • The Other side (Indonesia)   12. Alfano

    PoV. AuthorDi sebuah cafe yang dimiliki Al terlihat empat orang pria tampan sedang berbincang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • The Other side (Indonesia)   13. Alfano

    PoV. AuthorHari ini di mansion Raiden terjadi kegemparan bahkan Fano, Leo, Al sudah berada di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • The Other side (Indonesia)   14. Alfano

    PoV. AuthorKissela berjalan ke ruangan milik staf rumah sakit. Dokter Danu memintanya mengambil surat pemecatan nya . Mau tidak mau Kissela tidak menolaknya walau dia masih belum menerima ini semua, karena Dokter Danu sudah tidak mau mendengar pertanyaan-pertanyaan lagi dari teman-temannya yang jelas sangat sulit untuk di jawab.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • The Other side (Indonesia)   15. Ganesa

    PoV. AuthorWaktu telah menunjukkan pukul 23.56 Ganesa masih terbaring di kasur rumah sakit, memainkan iPad nya untuk mengerjakan tugas kantor nya.Dengan mengabaikan dering handphone nya ia terus berkutat menanda tangani beberapa dokumen yang berserakan di atas pangkuannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-28
  • The Other side (Indonesia)   16. Ganesa

    PoV. AuthorIni gila! Bagaimana cara agar aku bisa keluar dari ruangan ini" ujar Cath berbisik.Saat ini ia sedang berada didalam toilet, terduduk diatas closed sambil berpikir cara untuk keluar dari ruang rawat Ganesa sebelum dia ketahuan mencuri di rumah sakit ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-09
  • The Other side (Indonesia)   17. Ganesa

    PoV. AuthorSaat ini Cath sedang menatap tajam Ganesa yang sedang mengendarai mobilnya."Kau mau membawaku kemana?" Tanya Cath."Ke suatu tempat yang aku mau." Jawab Ganesa

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-09
  • The Other side (Indonesia)   18. Ganesa (godaan)

    PoV. Author"apa katamu barusan?!" Seru Ganesa menggelengkan kepalanya."Aku tidak tau jika kau sebodoh itu" lanjut Ganesa sambil bersedekap."Jelas ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-10

Bab terbaru

  • The Other side (Indonesia)   59. Leo (aku mendapatkan mu)

    Suasana di mansion sudah berubah menjadi lebih mewah dan gemerlap lampu memenuhi seisi mansion. Beberapa tamu penting sudah datang dengan menggunakan topeng, ya hari ini tema pesta nya adalah topeng. Leo mengambil topeng hitam miliknya dan mengenakannya sebelum keluar dari kamar."Apa acara sudah di mulai?" Tanya Leo pada Sebastian."Sebentar lagi tuan, apa yang harus saya lakukan?" Ujar Sebastian dengan tenang."Kau harus menjauh dari ku, agar semua orang tak mengenaliku sampai saat perkenalan" balas Leo yang di benarkan Sebastian hanya saja Sebastian merasa ada niat lain di balik acara ini.Leo keluar lebih dulu, dari dalam kamar. Ia melangkah menuju tempat acara tanpa di sadari semua orang. Matanya menelisik seluruh tempat acara, mencari satu orang tanpa di minta.Di tempat pembagian topeng sudah berdiri Lisa dengan gaun berwarna hitam yang sangat simpel, dengan topeng putih yang menutupi wajahnya yang masih bisa Leo kenali."Shit dia terli

  • The Other side (Indonesia)   58. Leo (lamaran)

    "kau tidak akan di pindah, jadi jangan menangis" ujar Leo yang mengejutka Lisa.Dengan terburu-buru Lisa berdiri dari duduknya dan beranjak mendekati Leo, ia menunduk di depan pria itu."Tuan maaf malam itu, aku yang salah aku juga sudah mulai melupakan nya" ucap Lisa dengan pasti.Leo yang mendengar itu merasa terenyuh, ia merasa jika ia tak rela Lisa melupakan semua kejadian itu. Namun disisi lain ia juga malu jika harus mengakui bahwa dialah yang memulai semuanya.***Semua berjalan lancar sejak perbincangan di perpustakaa, Leo mulai sibuk dengan pekerjaannya dan Lisa juga sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya. Beberapa kali Leo menunggu kedatangan Lisa di meja makan namun selalu bukan gadis itu yang datang.Beberapa kali juga ia melihat Lisa dari kejauhan saat gadis itu membersihkan taman. Namun untuk berinteraksi Leo tak bisa memulai nya lebih dulu."Aku butuh seseorang untuk memata-matai orang, di dalam rumahku" ujar Leo

  • The Other side (Indonesia)   57. Leo (kejadian itu)

    Lisa masuk jedalam kamar Leo dengan ragu. Ia melihat keadaan kamar yang berantakan dan Leo yang hanya megenakan sebuah handuk."Ada apa kau datang ke sini?" Tanya Leo tanpa melihat kearah Lisa."Begini tuan ada yang ingin aku tanyakan, tapi sepertinya sangat tidak mungkin saat ini karena ini""Samantha keluarlah dulu, lima belas menit lagi kembalilah" ujar Leo membuat Samantha terdiam.Hatinya lenuh tanda tanya apa yang akan dibicarakan mereka berdua, ia melirik Lisa sinis ia berjanji akan membuat pelajaran pada Lisa setelah ini.Lisa yang paham dengan arti tatapan Samantha hanya bisa menghembuskan napasnya dalam. Ia harus bersiap dengan kejadian buruk yang akan menimpanya setelah ini.Setelah Samantha pergi tinggalah mereka berdua. Lisa semangin ragu untuk menanyakan masalahnya. Namun Leo terlihat sangat penasaran dengan apa yang akan ia ucapkan."Katakan" perintah Leo terdengar mutlak.Pria berbadan atletis itu masih mena

  • The Other side (Indonesia)   56. Leo (apa yang kau fikrkan)

    Leo menatap Lisa dengan ragu, ia melihat Lisa yang mulai bernafas dengan lebih baik. Jarak mereka yang dekat memudahakan Leo melihat perubahan ekspresi dari wajah Lisa."Bagaimana tuan apa sudah aman untuk saya keluar?" Tanya Lisa saat sadar jika Leo masih belum juga menjauh darinya.Leo yang mendengar ucapan Lisa dengan perasaan sungkan menjauh sambil mengusap lengannya dan menjauh."Aku akan melihat situasi terlebih dahulu baru kau boleh keluar." Balas Leo lalu keluar dari kamar mandi.Leo berjalan kearah pintu lalu melihat situasi di luar, dan seluruh pelayan sedang sibuk di taman dan dapur. Leo melihat Lisa yang sudah bersiap."Keluar sekarang" ucapnya."Baik tuan, maaf_""Cepat pergi" potong Leo acuh.Lisa yang melihat sikap acuh Leo hanya mampu menahan dengusan kesal. Ia keluar dengan mengendap-endap lalu berlari menuju kamarnya. Ia bergegas mengganti bathrobe yang ia pakai menjadi pakaian pelayan, tak lupa menye

  • The Other side (Indonesia)   55. Leo (terjebak)

    Langit telah berubah menjadi gelap dengan derai hujan yang menyertai. Malam ini Leo menghabiskan malam nya dengan setumpuk berkas laporan milik perusahaannya. Matanya mengarah ke meja kecil di tepi tempat tidurnya, memastikan jika ada segelas air disana."Bagai mana airnya bisa belum di isi" ujarnya sebelum ia meletakan Ipad lalu melangkah mengambil gelas kosong miliknya.Dengan santai ia keluar dari dalam kamarnya berniat memanggil seorang pelayan, namun pandanganya terpaut dengat seorang gadis yang melintas tepat di depan pintu kamarnya dengan pakaian yang basah."Kau pulang kuliah selarut ini?" Sindir Leo pada Lisa.Lisa dengan enggan menghentikan langkahnya lalu berbalik dan membungkuk di hadapan Leo."Maaf tuan, aku sudah pulang sejak sore hanya saja""Kau pergi bermain? Menemui seorang pria?" Sela Leo sarkas.Hal itu membuat Lisa sedikit terkejut, ada rasa nyilu di dadanya. Ia merasa Leo sangat merendahkannya sebagai seorang perem

  • The Other side (Indonesia)   54. Leo (pergi sembuhkan hati)

    Leo melangkahkan kakinya menuju pintu keluar utama Bandara Altenrhein. Penampilannya yang terlihat maskulin dengan kemeja putih yang ia gulung sampai sebatas lengan dan celana berwarna coklat membuat prnampilanya terlihat santai namun tetap mempesona. Dengan menarik kepernya ia melihat kesekelilingnya mencari seseorang yang ia tugaskan untuk memjemputnya.Dari kejauhan terlihat pria paruh bayar denganstelam jas formal yang memegang papan bertuliskan nama Leo denga tulisan tangan. Dengan perlahan Leo mendekati pria itu, saat sadar jika tuannya sudah datang pria itu bergegas mengambil koper milik Leo."Apa kabarmu Robert?" Tanya Leo yang tetlihat sangat sanatai."Saya baik tuan, silahkan mobil anda sudah siap" balas Robert dengan formal membuat tertawa kecil melihat pria paruh baya yang sudah ia anggap ayah nya sendiri namun tidak sebaliknya.Leo berusaha mensejajarkan langkah mereka namun Robert terus saja satu langkah di belakangnya. Leo yang sudah lelah

  • The Other side (Indonesia)   53. Al (penyesalan)

    Camelia berdiri dari tempat duduknya. Ia menoleh sekilas ke arah pintu. Kemudian kembali memandang tali yang ada di langit-langit kamarnya. Ia sudah bersusah payah mengikat tali itu di sana. Bahkan kakinya sampai terluka karena terantuk lemari yang menjadi pijakannya."Al," panggil Camelia."Ada apa? Apa kamu mau keluar?" tanya Al dengan antusias."Tidak, Al. Kita bicara seperti ini saja."Al mendengus pelan. Sebenarnya ia tidak ingin seperti ini. Namun jika itu pilihan Camelia, tidak ada jalan lain selain menurutinya. Lagi pula mustahil untuk memaksa wanita keras kepala itu. Al duduk di depan pintu dengan wajah lesuh."Sebenarnya kamu sedang apa, Camelia?" tanya Al.Camelia di dalam kamarnya tersenyum. Ia menatap pintu kamarnya sambil tersenyum kecil. "Menyiapkan kejutan untukmu. Ini 'kan hari ulang tahunmu."Al tersenyum. "Apa yang kamu siapkan? Aku jadi penasaran."Camelia terkekeh mendengar ucapan pria tersebut. Ia berjalan

  • The Other side (Indonesia)   52. Al

    Jane memberontak, ia berusaha keras untuk melepas tali yang mengikat kedua tangannya. Entah bagaimana caranya, namun Sean yang merupakan sopir pribadinya itu membelot pada Reidan. Ia melaporkan semua kejahatan yang dilakukan wanita itu terhadap Camelia.Sopir sialan! batin Jane.Reidan mendekati Jane, lalu mencengkram dagu wanita itu dengan kasar. Ia mengamati setiap inci wajah wanita tersebut. Lalu melayangkan tamparan kecil di pipinya."Bukankah saya sudah bilang untuk tidak mengganggu Alaric?" kata Reidan.Sean yang berdiri di samping Reidan tersenyum puas. "Apa yang harus saya lakukan pada wanita ini?""Buang saja ke laut."Jane mendelikkan kedua matanya. Tentu saja ia tidak menyangka dibalik sifat ramah seorang Reidan, menyimpan sisi gelap yang begitu menyeramkan. Awalnya ia mengira itu candaan karena sama sekali tidak ada pergerakan. Namun begitu pintu terbuka, kini ia yakin kalau kedua pria itu berniat membuangnya."Masukkan ke

  • The Other side (Indonesia)   51. Al

    "Bagaimana ini, Pak? Jumlah wartawan di depan gedung terus bertambah."Al menatap ke luar gedung dengan perasaan yang tidak karuan. Banyak sekali wartawan yang berkumpul di sana hanya untuk menunggunya datang. Padahal satpam sudah berulang kali mengusir mereka.Al melempar tatapan pada sekretarisnya. "Sudah hubungi petugas keamanan?"Sekretarisnya mengangguk. "Saya sudah hubungi polisi untuk membubarkan kerumunan tersebut.""Tapi mengapa belum datang?""Polisi datang dalam waktu 5 menit."Al mendengus, ia sudah sangat ingin pulang ke rumah. Padahal jam kantornya sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu. Tapi karena di luar gedung terlalu banyak wartawan, ia pun diminta untuk tetap berada di kantor sampai suasana membaik.Tujuannya kembali pada kursi yang sudah menjadi singgasananya selama ini. Ia memijat pangkal hidungnya. Ingatan buruk tentang perlakuannya pada Camelia terus terngiang-ngiang. Ia sedikit menyesal walau pikirannya seakan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status