PoV. Author
Saat ini Cath sedang menatap tajam Ganesa yang sedang mengendarai mobilnya.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Cath.
"Ke suatu tempat yang aku mau." Jawab Ganesa
PoV. Author"apa katamu barusan?!" Seru Ganesa menggelengkan kepalanya."Aku tidak tau jika kau sebodoh itu" lanjut Ganesa sambil bersedekap."Jelas ak
PoV. AuthorDiruang kerjanya Ganesa menatap asisten pribadinya yang menunduk dihadapannya. Menunduk karena menahan rasa canggung."Ha! Apa yang ingin kau sampaikan?!" Seru Ganesa yang tidak tahan dengan keadaan canggung diantara kedua nya.
PoV. AuthorDuduk diatas tempat tidur berdua saling memunggungi. Ya, itu yang dilakukan Ganesa dan Cath sejak tadi.
PoV. AuthorBeberapa waktu kemudian, Cath dengan perlahan mendekat kearah Ganesa yang tertidur di dalam betup , ia menepuk pipi pria itu hingga terbangun, saat di lihatnya Ganesa terlah terbangun ia langsung memeluknya membuat Ganesa terdiam merasakan tubuh nya terasa hangat dan lebutnya kulit Cath tanpa penghalang apapun."Cath" gumam Ganesa pelan."Ayo kita keluar, aku sudah kedinginan" jelas Cath yang menuntun Ganesa agar berdiri.Posisi nya saat ini Ganesa yang menuntun jalan dan Cath yang memeluk nya membelakangai jalan tanpa tau jika pintu kamar mandi itu adalah sebuah cermin besar yang membuat Ganesa leluasa menatap tubuh sexy milik Cath. Serta gesekan-gesekan yang mengantarkan getaran pada pusat tubuh mereka yang membuat mereka mati-matian menahan diri dari gelombang gairah."Cath, apa kau tidak terganggu" tanya Ganesa dengan mengeratkan pelukannya.
PoV. AuthorPoV. Author"Kau baik-baik saja?" Tanya Cath yang terus menelisik wajah Ganesa dengan cermat."Ehm ya tentu aku baik-baik saja" Ganesa mendengus saat sadar akan apa yang baru saja terjadi."Kurasa kau bermimpi, kau mengigau tadi" ujar Cath."Cukup! Kau pergi menjauh dari ku" ujar Ganesa memalingkan wajahnya dari hadapan Cath yang terlihat penasaran.Cath mendengus saat Ganesa mengusirnya seperti itik kecil."Aku tahu kau bermimpi jorok" bisik Cath tepat di telinga Ganesa.
PoV. AuthorGanesa benar-benar sudah tidak tahan saat Leo menggandeng jemari Cath untuk ikut menaiki spedbot miliki laki-laki itu.Dengan cepat Ganesa menarik lengan rubi untuk ikut dengannya, ia membawa rubi ke tepi pantai lalu mengajak nya untuk ikut menaiki sped boot milik leo dimana Cath menatapnya dengan pandangan tajam menusuk kearah lengan Ganesa yang bertengger manis di pinggang ramping milik rubi."Leo di rambutmu ada kotoran" ujar Cath dengan sengaja membersihka rambut Leo dengan jemarinya yang mengakibatkan mereka terkihat sangat dekat."Ehm.. Leo bisa kau ambilkan ak
PoV. AuthorGanesa meremas rambutnya sambil terduduk di tepi tempat tidur. Pagi ini dia tidak menemukan Cath di sampingnya. Hembusan napas kasar berkali-kali keluar dari mulut pria itu dengan keras."Sial!!"Suara ketukan pintu membuatnya teralih sesaat. Dengan malas dia berjalan kearah pintu dan membukanya. Alisnya berkerut penuh tanya saat melihat Fano dengan wajah datar menatapnya."Ada apa?" Tanyanya.Tanpa kata Fano menerobos masuk ke dalam kamar Ganesa. Ganesa hanya bisa mendengus melihat sikap arogan sahabatnya itu."Kemana gadis itu?" Tanya Fano yang Ganesa yakin gadis yang di maksud Fano adalah Cath.
PoV. Authormalam ini di casino milik Ganesa, Cath sudah bersiap dengan gaun hitam panjang yang memiliki belahan sebatas paha dan punggung yang terbuka yang memperlihatkan kulit mulusnya."lipstik ini sangat merah, aku seperti seorang pelacur saja," ujarnya saat melihat bayangannya di cermin.pintu kamar itu berada di lantai dua cassino milik Ganesa, kamar yang biasa di sewa para pengunjung untuk menghabisakan malam dengan para pelacur. pintu kamar terbuka membuat Cath berdiri dengan cepat karena terkejut. Brian Dan Mario masuk dengan membawa sennjata, "kita sudah kepung mereka. tapi jimlah mereka sangat banyak dibawah." jelas Mario.
Suasana di mansion sudah berubah menjadi lebih mewah dan gemerlap lampu memenuhi seisi mansion. Beberapa tamu penting sudah datang dengan menggunakan topeng, ya hari ini tema pesta nya adalah topeng. Leo mengambil topeng hitam miliknya dan mengenakannya sebelum keluar dari kamar."Apa acara sudah di mulai?" Tanya Leo pada Sebastian."Sebentar lagi tuan, apa yang harus saya lakukan?" Ujar Sebastian dengan tenang."Kau harus menjauh dari ku, agar semua orang tak mengenaliku sampai saat perkenalan" balas Leo yang di benarkan Sebastian hanya saja Sebastian merasa ada niat lain di balik acara ini.Leo keluar lebih dulu, dari dalam kamar. Ia melangkah menuju tempat acara tanpa di sadari semua orang. Matanya menelisik seluruh tempat acara, mencari satu orang tanpa di minta.Di tempat pembagian topeng sudah berdiri Lisa dengan gaun berwarna hitam yang sangat simpel, dengan topeng putih yang menutupi wajahnya yang masih bisa Leo kenali."Shit dia terli
"kau tidak akan di pindah, jadi jangan menangis" ujar Leo yang mengejutka Lisa.Dengan terburu-buru Lisa berdiri dari duduknya dan beranjak mendekati Leo, ia menunduk di depan pria itu."Tuan maaf malam itu, aku yang salah aku juga sudah mulai melupakan nya" ucap Lisa dengan pasti.Leo yang mendengar itu merasa terenyuh, ia merasa jika ia tak rela Lisa melupakan semua kejadian itu. Namun disisi lain ia juga malu jika harus mengakui bahwa dialah yang memulai semuanya.***Semua berjalan lancar sejak perbincangan di perpustakaa, Leo mulai sibuk dengan pekerjaannya dan Lisa juga sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya. Beberapa kali Leo menunggu kedatangan Lisa di meja makan namun selalu bukan gadis itu yang datang.Beberapa kali juga ia melihat Lisa dari kejauhan saat gadis itu membersihkan taman. Namun untuk berinteraksi Leo tak bisa memulai nya lebih dulu."Aku butuh seseorang untuk memata-matai orang, di dalam rumahku" ujar Leo
Lisa masuk jedalam kamar Leo dengan ragu. Ia melihat keadaan kamar yang berantakan dan Leo yang hanya megenakan sebuah handuk."Ada apa kau datang ke sini?" Tanya Leo tanpa melihat kearah Lisa."Begini tuan ada yang ingin aku tanyakan, tapi sepertinya sangat tidak mungkin saat ini karena ini""Samantha keluarlah dulu, lima belas menit lagi kembalilah" ujar Leo membuat Samantha terdiam.Hatinya lenuh tanda tanya apa yang akan dibicarakan mereka berdua, ia melirik Lisa sinis ia berjanji akan membuat pelajaran pada Lisa setelah ini.Lisa yang paham dengan arti tatapan Samantha hanya bisa menghembuskan napasnya dalam. Ia harus bersiap dengan kejadian buruk yang akan menimpanya setelah ini.Setelah Samantha pergi tinggalah mereka berdua. Lisa semangin ragu untuk menanyakan masalahnya. Namun Leo terlihat sangat penasaran dengan apa yang akan ia ucapkan."Katakan" perintah Leo terdengar mutlak.Pria berbadan atletis itu masih mena
Leo menatap Lisa dengan ragu, ia melihat Lisa yang mulai bernafas dengan lebih baik. Jarak mereka yang dekat memudahakan Leo melihat perubahan ekspresi dari wajah Lisa."Bagaimana tuan apa sudah aman untuk saya keluar?" Tanya Lisa saat sadar jika Leo masih belum juga menjauh darinya.Leo yang mendengar ucapan Lisa dengan perasaan sungkan menjauh sambil mengusap lengannya dan menjauh."Aku akan melihat situasi terlebih dahulu baru kau boleh keluar." Balas Leo lalu keluar dari kamar mandi.Leo berjalan kearah pintu lalu melihat situasi di luar, dan seluruh pelayan sedang sibuk di taman dan dapur. Leo melihat Lisa yang sudah bersiap."Keluar sekarang" ucapnya."Baik tuan, maaf_""Cepat pergi" potong Leo acuh.Lisa yang melihat sikap acuh Leo hanya mampu menahan dengusan kesal. Ia keluar dengan mengendap-endap lalu berlari menuju kamarnya. Ia bergegas mengganti bathrobe yang ia pakai menjadi pakaian pelayan, tak lupa menye
Langit telah berubah menjadi gelap dengan derai hujan yang menyertai. Malam ini Leo menghabiskan malam nya dengan setumpuk berkas laporan milik perusahaannya. Matanya mengarah ke meja kecil di tepi tempat tidurnya, memastikan jika ada segelas air disana."Bagai mana airnya bisa belum di isi" ujarnya sebelum ia meletakan Ipad lalu melangkah mengambil gelas kosong miliknya.Dengan santai ia keluar dari dalam kamarnya berniat memanggil seorang pelayan, namun pandanganya terpaut dengat seorang gadis yang melintas tepat di depan pintu kamarnya dengan pakaian yang basah."Kau pulang kuliah selarut ini?" Sindir Leo pada Lisa.Lisa dengan enggan menghentikan langkahnya lalu berbalik dan membungkuk di hadapan Leo."Maaf tuan, aku sudah pulang sejak sore hanya saja""Kau pergi bermain? Menemui seorang pria?" Sela Leo sarkas.Hal itu membuat Lisa sedikit terkejut, ada rasa nyilu di dadanya. Ia merasa Leo sangat merendahkannya sebagai seorang perem
Leo melangkahkan kakinya menuju pintu keluar utama Bandara Altenrhein. Penampilannya yang terlihat maskulin dengan kemeja putih yang ia gulung sampai sebatas lengan dan celana berwarna coklat membuat prnampilanya terlihat santai namun tetap mempesona. Dengan menarik kepernya ia melihat kesekelilingnya mencari seseorang yang ia tugaskan untuk memjemputnya.Dari kejauhan terlihat pria paruh bayar denganstelam jas formal yang memegang papan bertuliskan nama Leo denga tulisan tangan. Dengan perlahan Leo mendekati pria itu, saat sadar jika tuannya sudah datang pria itu bergegas mengambil koper milik Leo."Apa kabarmu Robert?" Tanya Leo yang tetlihat sangat sanatai."Saya baik tuan, silahkan mobil anda sudah siap" balas Robert dengan formal membuat tertawa kecil melihat pria paruh baya yang sudah ia anggap ayah nya sendiri namun tidak sebaliknya.Leo berusaha mensejajarkan langkah mereka namun Robert terus saja satu langkah di belakangnya. Leo yang sudah lelah
Camelia berdiri dari tempat duduknya. Ia menoleh sekilas ke arah pintu. Kemudian kembali memandang tali yang ada di langit-langit kamarnya. Ia sudah bersusah payah mengikat tali itu di sana. Bahkan kakinya sampai terluka karena terantuk lemari yang menjadi pijakannya."Al," panggil Camelia."Ada apa? Apa kamu mau keluar?" tanya Al dengan antusias."Tidak, Al. Kita bicara seperti ini saja."Al mendengus pelan. Sebenarnya ia tidak ingin seperti ini. Namun jika itu pilihan Camelia, tidak ada jalan lain selain menurutinya. Lagi pula mustahil untuk memaksa wanita keras kepala itu. Al duduk di depan pintu dengan wajah lesuh."Sebenarnya kamu sedang apa, Camelia?" tanya Al.Camelia di dalam kamarnya tersenyum. Ia menatap pintu kamarnya sambil tersenyum kecil. "Menyiapkan kejutan untukmu. Ini 'kan hari ulang tahunmu."Al tersenyum. "Apa yang kamu siapkan? Aku jadi penasaran."Camelia terkekeh mendengar ucapan pria tersebut. Ia berjalan
Jane memberontak, ia berusaha keras untuk melepas tali yang mengikat kedua tangannya. Entah bagaimana caranya, namun Sean yang merupakan sopir pribadinya itu membelot pada Reidan. Ia melaporkan semua kejahatan yang dilakukan wanita itu terhadap Camelia.Sopir sialan! batin Jane.Reidan mendekati Jane, lalu mencengkram dagu wanita itu dengan kasar. Ia mengamati setiap inci wajah wanita tersebut. Lalu melayangkan tamparan kecil di pipinya."Bukankah saya sudah bilang untuk tidak mengganggu Alaric?" kata Reidan.Sean yang berdiri di samping Reidan tersenyum puas. "Apa yang harus saya lakukan pada wanita ini?""Buang saja ke laut."Jane mendelikkan kedua matanya. Tentu saja ia tidak menyangka dibalik sifat ramah seorang Reidan, menyimpan sisi gelap yang begitu menyeramkan. Awalnya ia mengira itu candaan karena sama sekali tidak ada pergerakan. Namun begitu pintu terbuka, kini ia yakin kalau kedua pria itu berniat membuangnya."Masukkan ke
"Bagaimana ini, Pak? Jumlah wartawan di depan gedung terus bertambah."Al menatap ke luar gedung dengan perasaan yang tidak karuan. Banyak sekali wartawan yang berkumpul di sana hanya untuk menunggunya datang. Padahal satpam sudah berulang kali mengusir mereka.Al melempar tatapan pada sekretarisnya. "Sudah hubungi petugas keamanan?"Sekretarisnya mengangguk. "Saya sudah hubungi polisi untuk membubarkan kerumunan tersebut.""Tapi mengapa belum datang?""Polisi datang dalam waktu 5 menit."Al mendengus, ia sudah sangat ingin pulang ke rumah. Padahal jam kantornya sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu. Tapi karena di luar gedung terlalu banyak wartawan, ia pun diminta untuk tetap berada di kantor sampai suasana membaik.Tujuannya kembali pada kursi yang sudah menjadi singgasananya selama ini. Ia memijat pangkal hidungnya. Ingatan buruk tentang perlakuannya pada Camelia terus terngiang-ngiang. Ia sedikit menyesal walau pikirannya seakan m