Home / Fantasi / The Lucifer's Bride / 39. Perburuan Harta Karun (b)

Share

39. Perburuan Harta Karun (b)

Author: Alvern Gyan
last update Last Updated: 2021-09-08 23:09:26

"Felenia!" Louisa melambaikan tangan dengan semangat pada Felen. Wajah malaikat itu tampak bersinar dengan tatapan berbinar cerah. Sementara Igle hanya mengangguk singkat dengan gaya kalem khas dirinya.

Hubungan pertemanan ketiga makhluk berbeda ras tersebut masih abu-abu, bila enggan dikatakan tidak jelas. Felen belum bisa menebak pasti tujuan Igle dan Louisa. Meski begitu, ia tidak keberatan berbaur dengan mereka karena di antara siswa dan siswi Academy of אשמדאי‎ (Ashmedai) yang lain, Igle dan Louisa lebih ‘ramah’ dalam menerima Felen. Tidak seperti para bangsawan iblis itu yang memandang tinggi diri mereka, dan memperlakukan Felen dengan sangat rendah. Padahal saat ini statusnya adalah calon pengantin Lucifer, Raja dari seluruh raja iblis. Namun, status tersebut tidak menolong Felen dalam bersosialisasi di antara mereka.

"Hai ... " Felen menyapa dengan canggung. Teringat kembali pada insiden kemarin, tetapi Louisa tampak bersikap biasa saja seolah k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Lucifer's Bride   40. Perburuan Harta Karun (c)

    Naga yang berada di hadapan Felen sangat berbeda jauh dengan Gruga, bayi naga yang saat ini berdiam di atas kepalanya dengan mode tak terlihat. Keberadaan naga itu yang hanya duduk santai sembari menghunuskan tatapan tajam saja sudah membuat Felen ingin melarikan karena aura mengintimidasi yang menyergap kuat."Selamat datang di sarang ku, manusia setengah iblis dan manusia yang menjadi pengantin iblis." Naga itu kembali menyambut dengan nada sinis.Felen melirik pada Igle yang terpaku dengan tubuh tegang, lalu tatapannya kembali pada naga itu. Daripada ketakutan, perasaan segan lebih mendominasi gadis manusia itu. Naga di hadapannya memang tampak mengerikan, tetapi tidak mengeluarkan aura berbahaya seperti para makhluk lain yang pernah Felen temui di Devil Reign."Perkenalkan, aku Sherthec. Penjaga Draven Vales. Kalian ... apa yang kalian lakukan di sini?"Pertanyaan itu membuat Felen mengerjap beberapa kali, keningnya mengernyit lalu menatap aneh pada n

    Last Updated : 2021-09-15
  • The Lucifer's Bride   41. Perburuan Harta Karun (d)

    Tudung yang menutupi kepala Leon tersingkap oleh semilir angin yang tiba-tiba berembus kencang, kini wajah pria itu terlihat. Rautnya tampak dingin dengan senyum yang tak sampai ke mata."Sayang sekali kali ini aku tidak bisa membiarkanmu melukai calon pengantinku, Lilith." Leon perlahan memelintir lengan Lilith yang berada dalam cengkeramannya. Suara gesekan tulang yang saling beradu, lalu patah dengan menyakitkan terdengar cukup keras. Felen yang menyaksikan hal itu meringis ngeri."Tidak lama lagi kami akan melangsungkan pernikahan. Aku tidak ingin mengundur lebih lama lagi." Seiring dengan ucapan Leon, Lilith terlempar ke belakang oleh kekuatan pria itu.Lilith mengerang keras ketika rasa sakit mendera sekujur tubuh. Akan tetapi, sakit di tubuhnya masih belum seberapa dibanding ketika ia melihat Felen yang berada dalam rangkulan Leon. Lilith mendelik pada Felen, perasaan iri menguasainya."Kenapa ... padahal aku yang lebih dulu bersamamu, My Lor

    Last Updated : 2021-09-16
  • The Lucifer's Bride   42-Pra-Festival

    "Felenia." Louisa menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Felen, tetapi gadis manusia itu tidak bereaksi apa pun dan masih tampak tenggelam dalam pikiran kalutnya.Tidak kehabisan akal, kali ini Louisa mengguncang bahu Felen dengan sedikit kasar hingga akhirnya gadis itu tersentak sadar dari lamunannya. "Ah, Louisa ... ?" Felen mengerjap beberapa kali. Ia menatap Louisa dengan pandangan linglung, masih dalam orientasi yang kacau akan keadaan sekitar."Kau melamunkan apa sampai tidak sadar ku panggil berkali-kali?"Felen terdiam sesaat lalu membalas dengan desah lelah. " ... Banyak hal." Ia memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. "Gara-gara seseorang aku harus berpikir sekeras ini," keluhnya kembali mendesah pelan. Ucapan pria berambut perak itu membuat Felen sakit kepala. Meski perkataan pria itu tampak bukan sesuatu yang penting karena diucapkan sambil lalu dengan nada biasa, nyatanya setelah ditelisik lebih jauh kalimat tersebut memiliki makna yang san

    Last Updated : 2021-09-18
  • The Lucifer's Bride   43. Festival

    "Sepertinya kita kedatangan tamu lagi." Leon menggoyang pelan gelas emasnya yang berisi wine. Ia lalu menyesapnya secara perlahan, mencecap sedikit demi sedikit manis dan pahit yang saling melengkapi satu sama lain. Leon mendesah pelan merasakan nikmat dari cairan merah tersebut.Pria itu tampak tak terganggu pada kehadiran dua makhluk lain di ruangan itu, meski kondisi yang satunya tampak sangat kacau dengan banyak lebam dan darah, baik itu di tubuhnya mau pun yang menggenang di sekitar tempatnya tergeletak tak berdaya dengan napas terengah putus asa.Leon melirik sinis pada makhluk itu, Asmodeus, dan membiarkan makhluk yang satunya lagi menunggu sampai ia selesai memberi Asmodeus pelajaran karena telah membelot dari perintah. "Kira-kira siapa yang datang kali ini?" Meski terkesan bertanya pada Asmodeus, Leon tidak benar-benar membutuhkan balasan dari iblis. Ia kembali menyesap wine-nya, tetapi secara tiba-tiba melemparkan gelasnya pada kening Asmodeus dengan sa

    Last Updated : 2021-09-19
  • The Lucifer's Bride   44. Festival (b)

    "Apa maksudnya ini, Satan?" Leon bertanya datar pada iblis yang duduk santai di sebuah kursi. Raut wajah iblis itu menampakkan kesenangan karena berhasil mengurung Leon di dimensi buatan miliknya. Ia terkekeh pelan ketika melihat ekspresi keruh di wajah adiknya tersebut."Temani aku minum untuk beberapa menit ke depan, Wahai Adikku," balas Satan seraya mengangkat tinggi gelas miliknya.Leon menghela napas pelan, lalu duduk di kursi seberang Satan. "Aku sudah menduga kau akan menjadi duri paling menyebalkan dalam permainanku, tapi ini tetap saja menyebalkan." Ia menuangkan sendiri Red Wine yang berada di botol ke dalam gelas kosong yang tersedia di atas meja.Tawa senang Satan menggema keras. Ia tampak benar-benar terhibur sekaligus senang karena berhasil mengacaukan rencana Leon. "Hal tak terduga akan semakin membuat permainanmu menarik." Satan mengangkat gelasnya ke arah Leon, meminta pria itu untuk bersulang dengannya."Ya, kau tidak salah," komentar Le

    Last Updated : 2021-09-20
  • The Lucifer's Bride   45. Gaun Pengantin

    Hari ini adalah hari terakhir festival, tetapi Felen memilih berdiam diri di dalam kamarnya yang berada di kastil Leon sembari menatap berbagai barang yang berada di nakas samping ranjang. Terdapat kaca silinder berisi bunga mawar, cincin milik Aghnya, emblem keluarga Leister berupa gelang, dan sapu tangan hijau lumut. Siapa yang menyangka kalau ia justru mendapat lebih dari satu harta karun?"Aku ingin segera membalaskan dendammu, Mom, tapi saat ini aku masih lemah ... " Netra hijau Felen terpaku pada cincin milik Aghnya.Meski kamarnya sangat gelap tanpa ada penerangan dari lilin, hanya bermodalkan sedikit cahaya rembulan yang masuk malu-malu lewat celah gorden, Felen masih bisa melihat dengan jelas. Mata beradaptasi dengan baik.Namun, kegiatan tersebut harus terganggu tatkala seseorang membuka pintu kamar. Secercah cahaya dari lilin masuk tanpa diundang. "Kenapa gelap sekali di sini?" tanya orang itu sedikit menggerutu. Dengan satu kali jentikan tangan, seti

    Last Updated : 2021-09-21
  • The Lucifer's Bride   46. Ritual Pengantin

    Kastil yang biasa sepi, dan seperti tak berpenghuni itu kini sedikit ramai oleh para pelayan serta Bunny yang berlalu lalang menyiapkan keperluan untuk pernikahan tuan mereka. Ruang utama telah disulap sedemikian rupa agar tampak meriah dan tidak terkesan suram.Sedangkan di bagian altar, tempat Felen melakukan ritual pertama tetap dibiarkan sebagaimana mestinya agar kesakralan ritual pengantin tidak berkurang. Hanya sedikit diberikan sentuhan lilin merah dengan aroma manis yang akan menghipnotis sang calon pengantin.Semua itu adalah hasil kerja sama semua makhluk yang bekerja di bawah kekuasaan Leon, termasuk Adrien yang menjadi pemimpin para makhluk dengan kasta lebih rendah tersebut. Pelayan tua itu terlihat sangat antusias ketika memberi pengarahan. Meski wajahnya tampak menampilkan raut datar, binar dalam matanya tak bisa disembunyikan.Sementara sang empunya acara, Leon, memilih mengurung diri bersama Felen yang tengah tertidur lelap oleh kekuatannya. Men

    Last Updated : 2021-09-21
  • The Lucifer's Bride   47. Ritual Pengantin (b)

    Pusara hitam itu menyedot tubuh Felen tanpa ampun. Napas gadis itu pun mulai memberat karena panik. Ketika Felen berniat membuka matanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, suara Leon serta remasan di tangan menghentikan gadis itu."Jangan membuka matamu sebelum ku minta." Leon kembali menegaskan.Felen merasa yang ia alami terasa sangat lama juga sebentar. Terlalu aneh untuk Felen gambarkan, tetapi bila dirasakan langsung, mereka yang mengalami akan mengerti maksud dari perkataannya.Setelah beberapa saat, kaki Felen terasa memijak sesuatu yang kukuh. Ia pun memanggil Leon untuk memastikan. "Leon ... "Belum sempat Felen menyelesaikan kalimatnya, Leon lebih dahulu menyela. "Kau bisa membuka matamu, Milady."Perlahan Felen membuka kelopak matanya dengan takut-takut, mengintip sedikit, tetapi yang didapat justru hanya warna putih bersih."Bukalah matamu, Milady. Tidak ada hal mengerikan di sini ... ku rasa." Suara Leo

    Last Updated : 2021-09-22

Latest chapter

  • The Lucifer's Bride   Epilog

    "What is a being like you doing in the sanctuary of the sleeping souls?" A short boy with blond hair greeted Leon at the entrance to the Spirit Realm. Even though the child was small in stature, an aura of dexterity emanated from him, as if to emphasize to anyone who came that he was not a being to be underestimated. "Tell me your goal!" said the boy proudly. Leon sighed lazily. He was quite annoyed with the arrogant attitude of the half-hearted creature. But he refrained from destroying the place, it was all for the sake of regaining half of Felen's soul that was confined in the Spirit Realm.If Leon made such a fuss there, it was certain that he would not be able to enter and his plan to obtain Felen's soul failed. "I came to retrieve the soul of someone who was accidentally sent here," Leon answered straightforwardly. The boy's eyes narrowed sharply. He scanned Leon from top to bottom. There was nothing unusual about the man's appearance, silver hair that was almost white with

  • The Lucifer's Bride   63. Rest in Peace

    Barend yang tengah memerhatikan langit-langit, beralih menatap Felen dan Abelard, dan untuk pertama kali selama hidupnya ia memberikan senyum tulus pada kedua anaknya itu. "Terima kasih ... aku akhirnya bisa bersatu kembali dengan Aghnya."Keheningan mengambil alih. Hanya suara rintihan pelan serta napas putus-putus Barend yang terdengar. Setelah beberapa menit berlalu, tubuh Barend tidak lagi bernapas. Pria itu pergi dengan senyum damai di bibir.‘Semudah itu?’ Hati Felen menjerit pilu. Antara senang dan sedih, ia tidak bisa menentukan. Ia tertawa kosong. Belati yang berada di tangan jatuh ke lantai, menimbulkan bunyi nyaring yang menyentak Abelard dari lamunan.Secara refleks Abelard segera menahan tubuh Felen yang hampir luruh ke lantai, bergetar tak terkendali hingga membuatnya khawatir dengan keadaan psikologis gadis itu. "Felenia?" panggilnya hati-hati setelah mendudukkan Felen di kursi."Kau tahu, Abelard? Aku mempersiapkan semua

  • The Lucifer's Bride   62. Pembalasan Dendam

    Felen mengacungkan belati ke leher Barend. Sedikit saja ia maju, leher pria itu pasti langsung robek. "Cukup. Hentikan omong kosongmu itu!" serunya keras. Air mata yang tadi berkumpul di pelupuk mata sudah leleh ke pipi.Ocehan Barend seketika terhenti.Semakin Felen membiarkan Barend berbicara, semakin pria itu mengatakan banyak hal yang membuat ia muak. "Apa yang Abelard katakan ternyata salah." Suaranya sedikit bergetar, tetapi penuh dengan ketegasan."Kau hanya memedulikan dirimu sendiri." Felen bangkit dari kursi, masih dengan belati yang mengacung kurang dari lima sentimeter di leher Barend. Perlahan ia bergerak memutari meja agar memudahkan dirinya untuk menyerang Barend apabila pria itu bertindak anarkis. Ia bisa langsung menancapkan belati tersebut jikalau hal itu terjadi.Perkataan Barend sebelumnya yang mengatakan bahwa Aghnya wanita murahan membuat Felen geram. Memang benar pria itu telah meminta maaf, tetapi permintaan maaf tersebut terdengar

  • The Lucifer's Bride   61. Ketenangan Sebelum Badai

    Ketika Felen membuka mata, ia telah berdiri di pelataran manor keluarga Leister. Bangunan itu tampak megah, tetapi diliputi oleh kekosongan layaknya bangunan tak berpenghuni. Tak terlihat satu pun pelayan yang lalu lalang. Aura yang menguar dari bangunan tersebut juga tampak sangat suram dan gelap."Apa-apaan ini?" Leon lebih dahulu bersuara. Dahinya berkerut dalam dengan mata menyipit tajam.Bukan hanya Felen yang merasakan keanehan di manor itu, tetapi Leon juga menyadari bahwa sesuatu telah terjadi di sana. Energi hitam yang saling bertubrukan di sana terlihat sangat kacau dan aneh seolah dilakukan dengan sengaja. Terlebih, ia merasakan energi saudara-saudaranya, para pangeran kegelapan.Leon maju beberapa langkah dengan tangan terulur ke depan. Ketika tangannya menyentuh udara kosong, tiba-tiba saja muncul listrik statis yang melukai tangannya hingga melepuh. Seolah terdapat prisai tak kasat mata yang menolak kehadirannya untuk lebih dalam memasuki manor.

  • The Lucifer's Bride   60. Penggalan Kisah

    Rencana makan siang dengan Abelard batal dilaksanakan, dan sebagai gantinya Felen diajak sarapan bersama. Hanya mereka berdua yang berada di ruang makan tersebut. Leon memilih diam di dalam kamar bersama Gruga dengan alasan ingin memberi Felen, dan Abelard untuk berbicara berdua dengan leluasa.Sarapan Felen telah habis. Saat ini ia tengah minum teh dengan Abelard. Suasana di ruang makan sangat hening. Hanya embusan napas pelan milik Felen dan Abelard yang menjadi satu-satunya suara. Para pelayan telah lama pergi memberi ruang bagi kedua manusia itu, tetapi sejak tadi Abelard belum juga mengeluarkan suara. Meningkatkan kecemasan dalam diri Felen kian menguat. Beberapa kali ia melirik ke arah Abelard, lalu ke arah jam yang anehnya tidak berdetak. Seolah waktu terhenti di dalam ruangan itu."Aku menagih hal yang mau kau sampaikan kemarin, Abelard." Abelard tidak tampak berniat untuk segera menjelaskan perihal perkataannya waktu itu, hingga Felen berinisiatif sendiri. Sua

  • The Lucifer's Bride   59. Para Pengkhianat

    Felen menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Meski tidak melakukan kegiatan berat yang menguras tenaga, energinya terasa habis tak tersisa setelah berbicara panjang lebar dengan Abelard. Apalagi setelah makan siang, adiknya itu ingin mengutarakan hal lain yang tidak kalah penting. Helaan napas lelah pun tanpa bisa ditahan keluar dari sela bibir.Saat ini Felen berada di vila milik keluarga Leister. Awalnya ia menolak, dan ingin langsung menghampiri Barend. Terutama setelah mengetahui kebusukan yang telah dilakukan ayahnya itu. Namun, atas saran Abelard dan perintah Leon, Felen menunda niat tersebut.Kedua mata Felen yang tadi terpejam, terbuka perlahan. Ia melirik pada Leon yang bergeming sembari menatap keluar jendela. Tetesan air yang turun dari langit perlahan mulai membasahi bumi. Suaranya yang konstan memberi kenyamanan di ruangan yang diterpa keheningan tersebut."Aneh melihatmu hanya diam sejak tadi." Felen memecah kesunyian di antara mereka setelah meli

  • The Lucifer's Bride   58. Dua Batu Nisan

    Hari yang dinantikan akhirnya datang juga. Jemari Felen saling meremas gugup. Saat ini perasaannya campur aduk. Ia menarik napas dalam-dalam untuk meredakan detak jantung serta kegugupannya."Ayo," ajak Leon yang sejak tadi berada di samping Felen.Mereka berada di dalam Forest of Wonders, tepat di depan The World Tree yang merupakan salah satu jalan masuk ke dunia manusia. Leon sebenarnya mengajak Felen untuk menggunakan teleportasi miliknya saja daripada melewati The World Three. Namun, atas permintaan Felen yang ingin pergi ke labirin terlebih dahulu, mereka akhirnya melewati The World Tree."Ya, ayo." Felen meraih tangan Leon yang membentang ke arahnya. Kemudian, mereka melewati sebuah portal hitam yang muncul di bagian tengah The World Tree. Portal itu terlihat mengerikan, tetapi setelah Felen masuk ke dalam, tidak ada yang berbeda atau pun spesial dari tempat itu selain warna hitam yang mendominasi.Ada rasa takut yang terselip. Imajinasi bahwa port

  • The Lucifer's Bride   57. Pelatihan Singkat

    Di salah satu sudut di Devil Reign, terdapat sebuah area khusus yang diperuntukkan untuk utusan malaikat yang bersekolah di Academy of אשמדאי‎ (Ashmedai) tinggal. Salah satu penghuni tersebut adalah Louisa yang saat ini tengah berkomunikasi dengan Archangel Michael. Memberikan laporan rinci tentang apa saja yang sudah terjadi di sekitar Felen."Jadi maksudmu, dia menolak tawaran untuk lepas dari Lucifer, dan lebih memilih mengambil jalan penuh duri?" Suara itu terdengar sangat lembut dan menenangkan."Ya, aku rasa percuma membujuknya lagi. Lebih baik dia dilenyapkan agar tidak semakin jatuh dalam kegelapan." Raut wajah Louisa berubah muram dan sedih. Semua itu bukan sebuah kepura-puraan. Ia benar-benar sangat sedih karena gagal membujuk Felen untuk lepas dari Leon.Sosok di hadapan Louisa terlihat sama sedihnya seperti gadis itu. "Kalau begitu aku serahkan semuanya padamu. Aku yakin kau tahu mana yang terbaik untuk teman pertamamu itu, bukan?" jawabnya penuh

  • The Lucifer's Bride   56. Persiapan

    Meski Leon sudah memerintah Felen untuk tidur dan beristirahat, gadis itu tidak sedikit pun bisa terlelap dengan tenang. Bahkan kedua matanya yang segar tetap terbuka semalaman tanpa sedetik pun terpejam. Akibatnya, terbentuk bayangan hitam keabuan-abuan di sekitar bawah mata. Wajah Felen terlihat sayu dengan gurat lelah dan tidak bercahaya.Felen menghela napas lelah. Ini ketiga kalinya pagi ini ia melakukan hal tersebut. Sebuah pepatah bilang bahwa kebahagiaan akan menghilang kalau ia terus menghela napas. Namun, bagi Felen kebahagiaan telah lama pergi dari kehidupannya sehingga berapa kali pun ia mendesah hal tersebut bukan masalah besar."Nona, Anda mau teh lagi?" tanya salah satu Bunny melihat cangkir milik Felen tinggal terisi sedikit."Ya, tolong." Felen membalas singkat dengan senyum tipis. Ia tengah menunggu kedatangan Leon untuk membicarakan perihal Barend seperti yang pria itu katakan tadi malam. Entah ke mana iblis itu pergi pagi-pagi sekali. Leon te

DMCA.com Protection Status