Beranda / Fantasi / The Key Of Island / Bab 2: Jejak Baru

Share

Bab 2: Jejak Baru

Penulis: M4Y5
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 23:41:04

Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun.

"Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"

Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya.

"Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."

Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.

Dengan rasa bingung dan takut, Flinz mulai berjalan pelan, mencoba mencari jalan keluar dari gua yang dingin dan sunyi itu.

"Apa ini dunia lain? Apakah aku benar-benar mati dan terlahir kembali? Tapi kenapa aku? Dan apa yang harus kulakukan sekarang?" pikirnya sambil terus melangkah ke arah suara gemuruh.

Di tengah ketidakpastian, satu hal yang pasti: kehidupannya yang lama telah berakhir. Kini ia berdiri di ambang kehidupan baru, di dunia yang sama sekali asing baginya.

Flinz terus melangkah dengan hati-hati di dalam gua yang gelap. Kakinya menapak pada lantai berbatu yang dingin dan lembap. Cahaya redup dari lumut bercahaya di dinding memberikan cukup penerangan untuk melihat jalannya, meski tidak terlalu jelas. Suara gemuruh air di kejauhan semakin mendekat, memberikan sedikit keberanian untuk maju.

Tubuh barunya terasa asing. Gerakannya lebih lincah, tetapi ia merasa canggung menggunakannya. Tangannya lebih kecil, dadanya lebih rata, dan tubuhnya terasa lebih ringan dari sebelumnya. Ia berhenti sejenak, menatap pantulan samar wajahnya di genangan air kecil di lantai gua.

"Siapa ini? Apa ini benar-benar aku?" pikir Flinz, memandangi wajah remaja yang asing di pantulan itu. Wajah itu tampak polos, dengan rambut hitam acak-acakan dan mata yang besar penuh rasa ingin tahu.

Ia menyentuh wajahnya, memastikan bahwa ini bukan mimpi. Sensasi dingin dari kulitnya sendiri mengukuhkan kenyataan bahwa ini tubuh barunya. Flinz menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Oke, tenang... tenang. Fokus. Aku tidak tahu kenapa ini terjadi, tapi panik tidak akan membantu."

Meski mencoba menenangkan diri, perasaan bingung dan takut tetap menghantui. Bagaimana mungkin seorang pria dewasa berusia 25 tahun tiba-tiba menjadi anak remaja di tempat yang tak ia kenali?

Flinz melanjutkan langkahnya, mencoba memahami situasinya. Namun, semakin ia bergerak, semakin ia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada energi gelap yang berputar di sekeliling tubuhnya, sesuatu yang bukan miliknya, namun terasa menyatu dengannya.

Ia berhenti, memejamkan mata, mencoba fokus pada perasaan itu. Energi tersebut terasa seperti bayangan yang menyelimuti, kadang terasa dingin, kadang hangat.

"Apa ini? Apa ini bagian dari tubuh baruku? Atau... sesuatu yang lain?" gumam Flinz, bingung.

Saat ia membuka matanya, ia melihat bahwa udara di sekitarnya seperti sedikit bergetar. Namun, begitu ia kehilangan fokus, getaran itu lenyap. Flinz mengguncang kepalanya, mencoba mengabaikan perasaan itu untuk sementara.

Akhirnya, ia tiba di sebuah lorong gua yang lebih lebar, di mana cahaya dari luar mulai terlihat samar-samar. Gemuruh air yang tadi terdengar kini jelas berasal dari air terjun kecil di mulut gua. Dengan semangat baru, Flinz mempercepat langkahnya menuju cahaya itu.

Ketika akhirnya ia keluar dari gua, ia terkejut oleh pemandangan yang ada di depannya. Sebuah hutan hijau yang lebat terbentang luas, dengan pepohonan tinggi yang menjulang ke langit. Udara segar memenuhi paru-parunya, dan matahari yang hangat menyinari wajahnya.

Flinz berdiri terpaku, mengagumi keindahan dunia baru ini. Namun, di balik kekagumannya, rasa bingung kembali muncul.

"Ini... ini bukan tempatku. Ini bukan kota tempat tinggal ku. Ini bukan Bumi... Lalu, di mana aku sebenarnya?"

Ia mengamati sekeliling, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, sebuah suara dari dekat membuatnya tersentak.

"Siapa di sana?!"

Flinz berbalik cepat, melihat seorang wanita paruh baya berdiri tak jauh darinya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana, dengan keranjang penuh dedaunan dan bunga di tangannya. Wajahnya terlihat waspada, namun penuh penasaran.

Wanita itu menatap Flinz dengan tajam, seolah mencoba menilai siapa dia. Di sisi lain, Flinz tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya berdiri kaku, merasa seperti anak kecil yang tertangkap basah.

"Siapa dia? Dan... apakah dia akan membantuku atau malah membahayakan ku?"

pikir Flinz, menyadari bahwa ini mungkin langkah awalnya untuk memahami dunia baru ini.

Wanita paruh baya itu menatap Flinz dengan ekspresi bingung sekaligus waspada. Wajahnya yang dihiasi kerutan menunjukkan bahwa ia sudah cukup berumur, namun sorot matanya tajam, penuh kehati-hatian. Flinz, yang masih bingung dengan situasi ini, hanya bisa berdiri diam tanpa tahu apa yang harus dilakukan.

"Hei, kamu! Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di dalam gua itu?" suara wanita itu terdengar tegas, namun bergetar sedikit, seolah ia juga takut dengan apa yang dilihatnya.

Flinz mencoba membuka mulutnya, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Ia merasa tenggorokannya kering. Setelah beberapa detik canggung, ia akhirnya berhasil berbicara.

"A-aku... Aku tidak tahu. Aku terbangun di dalam gua itu. Aku... aku tidak tahu di mana aku."

Wanita itu memelototinya, keranjang yang ia bawa sedikit ia angkat, seolah bersiap untuk digunakan sebagai senjata. "Jangan bohong! Anak seusiamu tidak mungkin berada di gua itu sendirian. Apa kamu anak nakal yang suka mencuri atau mengganggu orang tua?!"

"Tidak! Aku bersumpah, aku tidak melakukan apa-apa. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku bisa ada di sana," Flinz menjawab dengan nada putus asa. Ia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan bahwa ia tidak berbahaya.

Wanita itu masih memandangnya dengan curiga. Namun, ada sesuatu di wajah Flinz—kejujuran dan kebingungan yang terpancar dari matanya—yang membuat wanita itu sedikit melunak. Ia menurunkan keranjangnya perlahan, meskipun ekspresinya masih penuh kehati-hatian.

"Baiklah, kalau begitu. Namamu siapa?" tanya wanita itu, suaranya lebih lembut namun tetap penuh kewaspadaan.

Flinz terdiam sesaat. Ia ragu untuk memberi tahu nama aslinya, merasa bahwa itu mungkin tidak cocok di dunia ini. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk jujur.

"Nama saya... Flinz."

Wanita itu mengerutkan kening, tampak heran dengan nama yang terdengar asing di telinganya. "Flinz? Itu nama yang aneh. Dari mana asalmu, nak?"

Flinz menghela napas panjang. Bagaimana mungkin ia menjelaskan bahwa dirinya berasal dari dunia lain? Ia memutuskan untuk memberikan jawaban yang sederhana.

"Aku... berasal dari tempat yang jauh. Sangat jauh. Aku tersesat, dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di sini."

Wanita itu memandang Flinz dengan tatapan curiga lagi, namun kali ini ada sedikit rasa iba di matanya. "Kau terlihat kurus dan lemah. Apa kau sudah makan?"

Flinz menggeleng pelan. Sebenarnya, ia baru menyadari bahwa dirinya lapar setelah wanita itu menanyakan hal tersebut. Tubuh barunya membutuhkan makanan, dan rasa lapar itu kini mulai terasa menyiksa.

Wanita itu menghela napas panjang. "Baiklah, aku tidak tahu apa yang kau sembunyikan, tapi aku tidak bisa meninggalkanmu begitu saja di sini. Ikut aku."

Flinz menatap wanita itu dengan mata lebar. "A-apa maksudmu?"

"Aku tinggal tidak jauh dari sini. Aku tidak tega meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Kau bisa makan dan beristirahat di rumahku. Tapi jangan macam-macam, mengerti?"

Flinz mengangguk cepat. "Terima kasih... Terima kasih banyak."

Wanita itu mulai berjalan, memberi isyarat agar Flinz mengikutinya. Di sepanjang perjalanan, wanita itu terus memperhatikan Flinz dengan tatapan penuh kehati-hatian, seolah masih belum sepenuhnya percaya padanya.

.

.

.

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status