Home / Fantasi / The Key Of Island / Bab 4: Pertarungan Pertama

Share

Bab 4: Pertarungan Pertama

Author: M4Y5
last update Last Updated: 2025-01-22 17:53:14

Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen

"Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." 

Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." 

Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." 

Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. 

"Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru belajar berjalan." 

Flinz tersenyum malu, mencoba menjaga keseimbangannya. Ia merasa kakinya kurang kokoh, tetapi ada semacam energi dalam tubuhnya yang membuatnya terus maju. 

Di sepanjang perjalanan, Flinz memperhatikan lingkungan sekitarnya dengan penuh rasa ingin tahu. Pohon-pohon tinggi dengan daun berwarna hijau terang mengelilingi mereka, sementara suara-suara alam mengisi udara—burung berkicau, gemericik angin, dan sesekali suara hewan kecil yang bersembunyi di balik semak. 

"Bibi Helen," Flinz memecah keheningan. "Tempat ini... berbeda dari dunia tempat aku berasal. Semuanya terlihat lebih hidup, lebih terang." 

Bibi Helen menatapnya sebentar, lalu kembali melangkah. "Dunia ini memang berbeda. Kau akan menemukan banyak hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya. Tapi hati-hati, Flinz. Di balik keindahan ini, ada banyak bahaya yang mengintai." 

Flinz mengangguk, meski tidak sepenuhnya memahami maksud ucapan Bibi Helen. Ia merasa seperti seorang anak kecil yang baru saja keluar dari rumah untuk pertama kalinya, menghadapi dunia yang penuh misteri. 

Setelah berjalan cukup jauh, mereka tiba di tepi sebuah hutan kecil. Cahaya matahari yang menembus dedaunan menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di tanah. Bibi Helen memperlambat langkahnya, dan Flinz bisa melihat bahwa wanita itu mulai tampak lelah. 

"Apakah kita sudah dekat, Bibi?" tanya Flinz dengan hati-hati. 

Bibi Helen mengangguk pelan. "Rumahku tidak jauh lagi. Tapi sebelum itu, kita perlu mengambil kayu bakar dari sini untuk persediaan." 

Flinz menatap keranjang kayu yang tergantung di punggung Bibi Helen. Wanita itu memungut beberapa potong kayu kering di sepanjang jalan dan memasukkannya ke dalam keranjang. Melihat itu, Flinz merasa bersalah. 

"Biarkan aku yang membawanya," kata Flinz, mencoba menawarkan bantuan. 

Bibi Helen hanya menggeleng. "Tidak usah. Tubuhmu masih lemah, Nak. Kau akan butuh waktu untuk menyesuaikan diri." 

Flinz merasa tak berdaya, tapi ia mengikuti Bibi Helen dengan patuh. Ia bertekad untuk membantu lebih banyak di masa depan, sebagai bentuk rasa terima kasihnya.

Matahari mulai memanjat lebih tinggi, cahayanya memantul lembut di antara dedaunan hutan. Langkah kaki Flinz dan Bibi Helen terdengar pelan di atas tanah yang dipenuhi dedaunan kering. Keranjang di punggung Bibi Helen kini hampir penuh dengan kayu bakar, membuatnya semakin sering berhenti untuk menarik napas. 

"Aku sudah bilang kau tidak perlu terburu-buru, Bibi," kata Flinz dengan nada khawatir, melihat wajah Bibi Helen yang mulai memerah karena lelah. 

"Tenang saja, Nak. Aku sudah terbiasa dengan ini," jawab Bibi Helen sambil tersenyum tipis, meskipun langkahnya mulai terasa berat. 

Namun, tak lama setelah itu, tubuh Bibi Helen goyah. Kakinya tersandung akar pohon, dan ia hampir saja jatuh jika tidak memegang batang pohon di dekatnya. Keranjang di punggungnya sedikit miring, dan beberapa potong kayu berjatuhan ke tanah. 

"Bibi!" Flinz segera mendekat, membantunya berdiri tegak. 

"Sepertinya aku terlalu memaksakan diri," kata Bibi Helen dengan napas terengah-engah. "Tolong bantu aku lepaskan kain pengikat kayu ini. Aku butuh istirahat sebentar." 

Flinz mengangguk dan mulai melepas simpul kain yang mengikat keranjang kayu bakar itu ke tubuh Bibi Helen. Ia bekerja dengan hati-hati agar tidak menyakiti punggung wanita tua itu. Namun, saat simpul terakhir terlepas, suasana di sekitar mereka tiba-tiba berubah. 

Hutan yang sebelumnya tenang mendadak terasa lebih gelap. Suara burung yang berkicau menghilang, digantikan oleh keheningan yang aneh. Angin berhenti berembus, dan udara menjadi dingin. 

"Bibi... ada apa ini?" tanya Flinz, merasa bulu kuduknya meremang. 

Bibi Helen, yang duduk di bawah pohon untuk beristirahat, tiba-tiba menegang. Matanya memperhatikan sekeliling dengan waspada. "Diam, Nak. Jangan bergerak. Ada sesuatu yang mendekat." 

Tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul makhluk transparan dengan bentuk seperti genangan air yang bergerak sendiri. Slime itu mengeluarkan suara aneh, seperti gelembung yang pecah, dan langsung meluncur ke arah Flinz dengan kecepatan mengejutkan. 

"Flinz, awas!" teriak Bibi Helen. 

Flinz terkejut, namun refleksnya membuatnya melangkah mundur, menghindari serangan pertama slime itu. Makhluk tersebut terus bergerak, mencoba menerjang Flinz dengan tubuhnya yang berlendir. 

"Apa itu?!" teriak Flinz panik. 

"Itu monster slime!" jawab Bibi Helen dengan nada tegas. "Kau harus menghancurkannya, atau dia akan terus menyerang!" 

Flinz merasa tangannya gemetar. Ia tidak pernah menghadapi makhluk seperti ini sebelumnya. Namun, ketika slime itu melompat ke arahnya lagi, ia tanpa sadar meraih sebatang kayu besar yang jatuh dari keranjang Bibi Helen. 

Slime itu menghantam kayu dengan suara lengket yang menjijikkan, dan Flinz merasa lengannya bergetar akibat benturan tersebut. Ia terpojok, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur lagi. Dengan semua keberanian yang bisa ia kumpulkan, ia mengayunkan kayu itu sekuat tenaga, menghantam slime tepat di tubuhnya. 

Slime itu terpental ke tanah, mengeluarkan suara mendesis sebelum akhirnya pecah menjadi genangan cairan hijau. 

"Apakah... sudah selesai?" tanya Flinz, napasnya terengah-engah. 

Bibi Helen mengangguk pelan. "Ya, kau berhasil mengalahkannya. Bagus sekali, Nak. Tapi kau harus berhati-hati. Monster seperti itu sering muncul di sekitar hutan ini." 

Flinz memandang cairan hijau yang tersisa dari tubuh slime tersebut, perasaan lega bercampur bingung memenuhi dirinya. Itu adalah pertarungan pertamanya di dunia baru ini, dan meskipun ia berhasil menang, ia merasa kekuatannya belum cukup untuk melindungi dirinya atau Bibi Helen. 

"Tunggu sebentar," kata Bibi Helen sambil meraih sebuah wadah kecil dari keranjang kayu bakarnya. "Kau lihat cairan ini? Jangan biarkan terbuang. Cairan dari slime bisa berguna untuk membuat ramuan obat atau barang lain." 

Flinz membantu Bibi Helen mengumpulkan cairan itu ke dalam wadah. Sambil bekerja, ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Bibi, apakah monster seperti itu sering menyerang di sini?" 

Bibi Helen mengangguk sambil menutup wadah cairan slime. "Ya. Dunia ini penuh dengan makhluk seperti itu. Semakin jauh kau pergi dari desa, semakin berbahaya. Itu sebabnya kau harus belajar melindungi dirimu sendiri, Flinz. Dunia ini tidak seperti tempat asalmu." 

Flinz mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia berjanji untuk menjadi lebih kuat. Ia tidak ingin terus-menerus bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup di dunia ini. 

Dengan sisa tenaga, Bibi Helen akhirnya berdiri kembali setelah mengikatkan kembali keranjang kayu bakarnya yang kini lebih ringan. Wadah kecil berisi cairan slime tergenggam erat di tangannya, dijaga seolah itu adalah sesuatu yang sangat berharga. Sementara itu, Flinz masih memandangi cairan hijau yang tertinggal di tanah dengan rasa penasaran.  

.

.

.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

    Last Updated : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

    Last Updated : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

    Last Updated : 2025-01-20
  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

    Last Updated : 2025-01-20
  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status