Accueil / Fantasi / The Key Of Island / Bab 5: Memasuki Desa

Share

Bab 5: Memasuki Desa

Auteur: M4Y5
last update Dernière mise à jour: 2025-01-22 17:54:14

Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai."

Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya.

"Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar.

"Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib."

Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia ini benar-benar berbeda dari tempat asalnya. Di dunia lamanya, ia hanya menjalani hidup seadanya tanpa arah yang jelas. Namun di sini, segala hal terasa seperti tantangan yang harus dihadapi dengan kecerdasan dan kekuatan.

*"Aku masih merasa asing di dunia ini. Setiap hal yang aku lihat, dari monster hingga bahan-bahan aneh seperti cairan slime, mengingatkanku bahwa aku bukan lagi di tempat asalku. Tapi... mungkin di sinilah aku bisa memulai hidup baru. Jika aku bisa belajar, mungkin aku juga bisa menjadi seperti orang-orang yang tinggal di sini."*

Bibi Helen menepuk bahu Flinz, membawanya kembali ke dunia nyata. "Ayo, Nak. Kita harus segera kembali ke desa. Hari sudah semakin siang, dan hutan ini tidak aman jika kita terlalu lama di sini."

Flinz mengangguk dan mengikuti Bibi Helen, langkahnya lebih mantap meski tubuhnya masih terasa lemah. Dalam hati, ia merasa sedikit lebih percaya diri setelah mengalahkan monster slime tadi, meskipun itu hanyalah langkah kecil dalam perjalanannya di dunia ini.

Perjalanan keluar dari hutan membawa Flinz dan Bibi Helen ke jalan setapak yang semakin jelas mengarah ke desa. Dari kejauhan, Flinz mulai melihat kehidupan baru yang begitu berbeda dari apa yang pernah ia alami sebelumnya. Pondok-pondok kecil dengan atap jerami berjejer rapi di sepanjang jalan utama desa, dan ladang-ladang luas yang dipenuhi tanaman hijau membentang di sekelilingnya.

Suara kehidupan memenuhi udara-orang-orang berbicara, tertawa, dan bekerja. Anak-anak kecil berlarian sambil membawa tongkat kayu, pura-pura bermain perang. Asap tipis mengepul dari cerobong rumah-rumah, menandakan bahwa aktivitas memasak sedang berlangsung.

Flinz tertegun, menatap semua itu dengan mata berbinar. "Ini luar biasa," gumamnya.

"Selamat datang di Desa Elden," ujar Bibi Helen sambil tersenyum kecil. "Ini tempat yang sederhana, tapi kami semua hidup dengan damai di sini... setidaknya sebagian besar waktu."

Flinz mengikuti Bibi Helen menyusuri jalan utama desa. Di sepanjang perjalanan, ia melihat hal-hal yang membuatnya semakin takjub.

Di salah satu ladang, seorang petani tua berdiri dengan kedua tangannya terangkat ke atas. Dari tanah yang awalnya keras dan tandus, muncul gundukan tanah subur yang perlahan-lahan menggembur dengan sendirinya. Petani itu menggerakkan tangannya seolah-olah sedang mengarahkan aliran air, tetapi yang terjadi adalah tanah yang bergerak mengikuti perintahnya.

"Dia sedang menggunakan sihir elemen tanah," bisik Bibi Helen, memperhatikan ekspresi takjub Flinz.

"Dia... membuat tanah itu bergerak sendiri?" tanya Flinz dengan suara pelan, nyaris tak percaya.

Bibi Helen mengangguk. "Itulah salah satu kemampuan sihir dasar di sini. Petani di desa ini menggunakan sihir tanah untuk menggemburkan ladang mereka. Itu membuat pekerjaan mereka jauh lebih mudah."

Tidak jauh dari sana, Flinz melihat seorang pria bertubuh besar di bengkel terbuka. Dengan sebatang logam besar di tangannya, pria itu mengayunkannya ke arah sebongkah batu besar. Namun, bukannya menghancurkan batu itu, si pria malah membentuknya menjadi potongan-potongan rapi seperti balok. Setiap ayunan tangannya diiringi percikan cahaya kecil, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang membantu mengukir batu tersebut.

"Sihir elemen batu," jelas Bibi Helen lagi. "Para tukang di sini menggunakannya untuk memotong dan membentuk batu. Itu salah satu alasan kenapa bangunan di desa ini bisa bertahan lama meski sering terkena angin dan hujan."

Flinz terus memandang sekeliling, menyaksikan bagaimana para penduduk desa hidup dengan sihir sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

*"Mereka semua terlihat begitu hebat. Aku tidak pernah membayangkan bahwa sihir bisa digunakan untuk hal-hal seperti ini. Semua yang mereka lakukan terlihat mudah, tetapi aku yakin itu membutuhkan latihan dan keterampilan yang luar biasa. Apakah aku juga bisa melakukannya suatu hari nanti?"*

Bibi Helen menoleh ke arah Flinz, memperhatikan raut wajahnya yang penuh rasa ingin tahu. "Kau terlihat takjub, Nak."

"Tentu saja," jawab Flinz dengan jujur. "Di duniaku yang lama, hal seperti ini hanya ada dalam cerita atau dongeng. Melihatnya secara langsung seperti mimpi yang menjadi kenyataan."

Bibi Helen tersenyum kecil. "Dunia ini memang penuh keajaiban, tapi jangan tertipu oleh apa yang kau lihat. Semua ini hanya terlihat indah di permukaan. Kau akan segera memahami bahwa hidup di sini juga penuh dengan tantangan dan bahaya."

Flinz mengangguk pelan. Ia tahu bahwa ia masih memiliki banyak hal untuk dipelajari di dunia ini. Namun, melihat kehidupan desa yang penuh warna dan sihir membuatnya merasa bahwa ia mungkin bisa menemukan tempatnya di sini.

"Ayo, rumahku tidak jauh lagi," kata Bibi Helen, melanjutkan perjalanan mereka.

Setelah melewati jalan utama desa dan beberapa ladang hijau, Bibi Helen membawa Flinz ke sebuah pondok kecil yang terletak di pinggiran desa. Pondok itu sederhana, dengan dinding kayu yang sedikit tua dan atap jerami yang masih kokoh. Di sekelilingnya, ada kebun kecil yang penuh dengan tanaman herbal dan sayuran, sementara di sisi lain terlihat sumur tua yang masih digunakan untuk mengambil air.

"Ini rumahku," kata Bibi Helen sambil menurunkan keranjang kayu bakarnya di dekat pintu. "Tidak besar, tapi cukup untuk dua orang."

Flinz memandangi pondok itu dengan perasaan campur aduk. Baginya, tempat ini terasa hangat dan nyaman, meskipun sederhana. "Terima kasih, Bibi. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu."

Bibi Helen tersenyum kecil sambil membuka pintu. "Kau tidak perlu berpikir terlalu jauh, Nak. Untuk saat ini, fokus saja pada pemulihan mu. Kau pasti kelelahan setelah apa yang terjadi di hutan tadi."

Flinz mengangguk dan mengikuti Bibi Helen masuk ke dalam rumah. Bagian dalam pondok itu terlihat lebih kecil daripada yang ia bayangkan, tetapi terasa sangat bersih dan terorganisir. Ada satu ruangan besar yang berfungsi sebagai dapur, ruang makan, dan ruang tamu sekaligus, dengan perapian kecil di sudut ruangan yang menyala hangat. Di sampingnya, ada tangga kayu kecil yang mengarah ke loteng.

"Kau bisa tidur di kamar loteng. Itu tidak terlalu luas, tapi cukup nyaman untuk istirahat," ujar Bibi Helen sambil menunjuk tangga.

Flinz menaiki tangga dengan hati-hati, dan ia menemukan sebuah ruangan kecil dengan kasur sederhana yang terletak di lantai. Sebuah jendela kecil di dinding memberikan pemandangan ladang di luar. Meskipun ruangan itu sederhana, Flinz merasa bahwa ini adalah tempat terbaik yang pernah ia miliki sejak tiba di dunia ini.

Setelah menurunkan tas kayu bakarnya, Bibi Helen menuangkan cairan slime yang mereka kumpulkan ke dalam botol kaca kecil di meja dapur. Flinz, yang sudah turun kembali dari loteng, memperhatikan dengan rasa ingin tahu.

.

.

.

Bersambung ...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

    Dernière mise à jour : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

    Dernière mise à jour : 2025-01-20
  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

    Dernière mise à jour : 2025-01-20
  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

    Dernière mise à jour : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

    Dernière mise à jour : 2025-01-22

Latest chapter

  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status