Beranda / Fantasi / The Key Of Island / Bab 3: Bibi Helen

Share

Bab 3: Bibi Helen

Penulis: M4Y5
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 17:48:07

Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?"

Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen."

Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar.

Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam.

Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-burung dengan warna-warna cerah beterbangan di atas mereka, sementara suara binatang kecil terdengar dari balik semak-semak.

Flinz akhirnya memberanikan diri untuk memulai percakapan. "Bibi Helen, tempat ini... apa nama dunia ini?"

Bibi Helen menoleh, alisnya terangkat. "Apa maksudmu? Kau bahkan tidak tahu di mana kau berada?"

Flinz menggaruk belakang kepalanya, bingung harus menjelaskan dari mana ia berasal. "Sebenarnya, aku benar-benar tidak tahu. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di gua itu. Dunia ini... semuanya asing bagiku."

Ekspresi Bibi Helen berubah, kini terlihat lebih serius. Ia melangkah lebih lambat, memandang Flinz dengan penuh selidik. "Kau tidak bercanda, kan? Kau benar-benar tidak berasal dari sini?"

Flinz mengangguk. "Aku bersungguh-sungguh, Bibi. Aku... tidak tahu bagaimana aku sampai di sini."

Mereka berhenti di dekat sebuah pohon besar. Bibi Helen menurunkan keranjangnya, duduk di atas akar pohon, dan menatap Flinz dengan tajam. "Kau tidak seperti anak-anak biasa. Aku bisa merasakannya."

Flinz merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa maksud Bibi?"

Bibi Helen memandang Flinz dengan serius, lalu menunjuk ke arah tubuhnya. "Ada sesuatu dalam dirimu, sesuatu yang tidak biasa. Aku bisa merasakan energi gelap di sekitarmu, meskipun kau mungkin belum menyadarinya sepenuhnya. Siapa sebenarnya dirimu?"

Flinz tercengang. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan bahwa dirinya adalah seseorang yang telah bereinkarnasi dari dunia lain. Setelah beberapa detik hening, ia memutuskan untuk jujur, meski sedikit disederhanakan.

"Aku... tidak berasal dari dunia ini. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku berasal dari tempat yang sangat jauh. Aku dulu... hidup dengan tubuh yang berbeda, kehidupan yang berbeda. Lalu, semuanya berakhir. Ketika aku bangun, aku sudah di sini, dengan tubuh ini."

Mata Bibi Helen melebar. "Kau... kau seorang Pendatang?"

"Pendatang?" tanya Flinz, bingung.

Bibi Helen menarik napas dalam-dalam. "Pendatang adalah mereka yang berasal dari dunia lain, yang tiba-tiba muncul di sini dengan cara yang misterius. Orang-orang seperti itu biasanya membawa takdir besar—entah itu berkah atau bencana."

Flinz menatap Bibi Helen dengan cemas. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, dan aku juga tidak tahu tentang takdir besar apa pun. Aku hanya ingin tahu kenapa aku ada di sini."

Bibi Helen terdiam, seolah mempertimbangkan sesuatu. Akhirnya, ia menghela napas. "Aku tidak tahu kenapa kau ada di sini, tapi aku tahu satu hal: jika kau seorang Pendatang, maka hidupmu di dunia ini tidak akan pernah sederhana. Kau harus berhati-hati, anak muda."

Flinz menunduk, mencoba mencerna ucapan Bibi Helen. "Apakah... Bibi akan membantuku?"

Bibi Helen tersenyum tipis. "Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Aku hanya seorang wanita tua yang hidup sederhana. Tapi untuk sekarang, aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Ikutlah denganku. Kita bisa bicara lebih banyak di rumah."

Flinz merasa lega sekaligus canggung. Ia tidak tahu apa yang menantinya di depan, tapi setidaknya ia punya seseorang yang bersedia membantunya untuk sementara.

Mereka melanjutkan perjalanan, dan dalam perjalanan itu, Bibi Helen perlahan mulai membuka diri, menceritakan sedikit tentang dunia ini. Flinz mendengarkan dengan saksama, mencoba menyerap setiap informasi yang ia dapatkan.

Setelah berjalan beberapa waktu, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah kecil yang sederhana, terletak di tepi ladang yang luas. Rumah itu dikelilingi oleh kebun bunga yang indah, dan asap tipis mengepul dari cerobongnya, memberikan kesan hangat dan ramah.

"Selamat datang di rumahku," kata Bibi Helen. "Untuk sekarang, anggap saja tempat ini sebagai rumahmu juga."

Flinz mengangguk pelan, merasa bahwa perjalanannya di dunia baru ini baru saja dimulai.

Malam telah tiba. Langit di dunia baru ini dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang, membentuk pola-pola yang tak dikenali oleh Flinz. Di luar, suara jangkrik dan angin yang berbisik di antara pepohonan menciptakan suasana damai. Namun di dalam rumah kecil Bibi Helen, pikiran Flinz berputar-putar tanpa henti, berusaha mencerna segala yang telah terjadi.

Ia duduk di kursi kayu dekat perapian, menghangatkan diri dari dinginnya malam. Di depannya, semangkuk sup hangat yang baru saja disiapkan oleh Bibi Helen tersisa setengah. Tubuhnya merasa nyaman, tetapi pikirannya jauh dari tenang.

"Flinz," panggil Bibi Helen lembut dari sudut ruangan, tempat ia sibuk merapikan bungkusan ramuan-ramuan herbal. "Kau belum mengatakan apa yang ingin kau lakukan sekarang."

Flinz mengangkat wajahnya, menatap Bibi Helen dengan mata yang penuh kebingungan. "Sejujurnya, aku tidak tahu, Bibi. Aku tidak tahu kenapa aku ada di sini, apa tujuanku, atau bahkan siapa aku sekarang. Dunia ini begitu asing."

Bibi Helen menatap Flinz dengan lembut. "Kau bukan satu-satunya yang merasa seperti itu. Banyak dari kita, bahkan yang lahir di dunia ini, tidak tahu apa tujuan hidup kita. Tapi, kau diberi kesempatan baru. Mungkin, dunia ini punya alasan kenapa kau di sini."

Flinz terdiam, merenungi kata-kata itu. "Kesempatan baru..." gumamnya pelan.

Bibi Helen berjalan mendekat, membawa segelas teh herbal dan meletakkannya di meja di depan Flinz. "Kau punya kekuatan, Flinz. Aku bisa merasakannya. Kegelapan yang menyelimutimu itu bukan sesuatu yang bisa dimiliki oleh orang biasa. Tapi kekuatan itu seperti pedang bermata dua. Kau harus belajar mengendalikannya sebelum ia mengendalikan mu."

Flinz memandang tangannya sendiri, mencoba merasakan energi misterius yang Bibi Helen maksud. Ia ingat getaran aneh yang ia rasakan saat keluar dari gua, energi yang terasa kuat sekaligus menakutkan.

"Bibi tahu apa kekuatan ini?" tanya Flinz, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.

Bibi Helen menggeleng pelan. "Aku bukan orang yang tahu banyak tentang hal semacam itu. Tapi ada orang-orang di dunia ini yang mungkin bisa membantumu. Mereka yang mengerti tentang energi dan takdir seorang Pendatang."

Flinz menatap Bibi Helen dengan penuh harapan. "Di mana aku bisa menemukan mereka?"

Bibi Helen tersenyum samar. "Itu bukan perjalanan yang mudah, nak. Dunia ini luas, dan tidak semua orang di dalamnya ramah. Tapi jika kau benar-benar ingin menemukan jawaban, aku bisa menunjukkan arahmu."

Flinz merasa ada sesuatu yang menggerakkan dirinya. Untuk pertama kalinya sejak ia terbangun di dunia ini, ia merasa ada tujuan kecil yang mulai terbentuk di dalam dirinya. Meskipun tujuan itu belum jelas, ia tahu bahwa ia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu jawaban datang.

Ia mengangguk perlahan. "Aku ingin tahu. Aku ingin memahami kenapa aku ada di sini."

Bibi Helen menepuk bahunya dengan lembut. "Kalau begitu, kau harus bersiap. Dunia ini tidak mudah untuk ditaklukkan, dan perjalananmu mungkin akan membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban."

Malam itu, sebelum tidur, Flinz berdiri di depan jendela kecil rumah Bibi Helen, menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit. Ia merasakan bahwa kehidupannya di dunia baru ini akan sangat berbeda dari kehidupannya sebelumnya.

*"Apakah ini benar-benar kesempatan kedua untukku? Jika iya, aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Aku harus mencari tahu siapa aku, dan apa yang aku bisa lakukan di sini."*

Dengan pikiran penuh tekad, Flinz menutup matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam tidur, siap menghadapi hari baru di dunia yang penuh misteri ini.

---

Episode pertama berakhir di sini, meninggalkan pertanyaan besar tentang apa yang akan terjadi pada Flinz di dunia barunya. Akankah ia menemukan tujuan hidupnya, ataukah kekuatan misterius yang ada di dalam dirinya akan menjadi ancaman?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • The Key Of Island    Bab 6: Cairan Serba Guna

    "Bibi," tanya Flinz dengan hati-hati, "Kenapa cairan ini begitu penting? Apa yang bisa dilakukan dengan benda seperti ini?" Bibi Helen menatap Flinz sebentar sebelum menjawab. "Cairan dari slime adalah bahan dasar untuk membuat ramuan. Jika diolah dengan benar, cairan ini bisa menjadi obat penyembuh luka, bahan bakar untuk lentera, bahkan perekat yang kuat. Tapi itu semua tergantung pada keahlian orang yang mengolahnya." Flinz memiringkan kepalanya, mencoba memahami penjelasan itu. "Jadi, slime ini seperti... sumber daya di dunia ini?" "Bibi, bagaimana orang-orang di desa ini bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti tadi? Mengendalikan tanah, membentuk batu... itu seperti sihir dalam dongeng," tanya Flinz, duduk di kursi dekat meja. Bibi Helen berhenti sejenak, lalu menatap Flinz dengan serius. "Sihir di dunia ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Tapi seperti yang kau lihat, tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan sihir biasanya dilahirkan

  • The Key Of Island    Bab 5: Memasuki Desa

    Bibi Helen mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Setiap makhluk di dunia ini memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan, baik itu untuk bertahan hidup, untuk berdagang, atau untuk keperluan lain. Bahkan monster yang terlihat tidak berguna seperti slime ini punya nilai." Flinz terdiam sejenak, menatap tangannya yang masih sedikit gemetar setelah pertarungannya tadi. Ia merasa lega karena berhasil mengalahkan monster itu, tetapi ia juga sadar betapa lemahnya dirinya. "Apakah semua orang di dunia ini tahu cara memanfaatkan hal-hal seperti ini?" tanya Flinz lagi, nada suaranya menunjukkan rasa ingin tahu yang semakin besar. "Tidak semua," jawab Bibi Helen sambil memasukkan wadah cairan slime ke dalam keranjangnya. "Ada yang memilih hidup sederhana tanpa terlibat dengan monster atau dunia luar. Tapi bagi mereka yang ingin bertahan di luar desa, memahami cara memanfaatkan sumber daya ini adalah hal yang wajib." Flinz mengangguk perlahan, menyerap informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa dunia

  • The Key Of Island    Bab 4: Pertarungan Pertama

    Flashback: Perjalanan Menuju Rumah Bibi Helen "Baiklah, Nak," kata Bibi Helen sembari menghela napas panjang. "Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya atau dari mana asalmu. Tapi... aku tidak tega meninggalkanmu sendirian. Kau bisa tinggal di rumahku untuk sementara waktu." Flinz tertegun. Perasaan lega menyelimuti dirinya, dan ia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Bibi Helen. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu." Wanita paruh baya itu hanya tersenyum tipis, lalu melangkah lebih dulu. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum matahari semakin tinggi. Jalan menuju rumahku tidak mudah, dan kau masih harus banyak belajar." Flinz mengangguk dan mengikuti langkah kaki Bibi Helen. Namun, tubuhnya yang baru, yang lebih kecil dan ringan dibandingkan tubuhnya sebelumnya, masih terasa aneh. Langkahnya kerap goyah, dan beberapa kali ia hampir terjatuh. "Pelan-pelan, Nak," ujar Bibi Helen sambil menoleh ke belakang. "Kau terlihat seperti anak rusa yang baru

  • The Key Of Island    Bab 3: Bibi Helen

    Setelah beberapa saat berjalan, Flinz memberanikan diri bertanya, "Siapa nama Anda, Bu?" Wanita itu menoleh, sedikit tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Helen." Nama itu terukir di ingatan Flinz. Bibi Helen, orang pertama yang ia temui di dunia baru ini, adalah titik awal dari perjalanannya untuk memahami kehidupan barunya. Namun, di balik rasa syukurnya, Flinz tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah. Dunia ini terasa asing, dan kekuatan misterius dalam tubuhnya masih menjadi tanda tanya besar. Flinz mengikuti Bibi Helen dengan langkah ragu, sementara mereka melewati jalan setapak yang mengarah ke pinggiran hutan. Di sepanjang perjalanan, Bibi Helen tidak banyak bicara, hanya sesekali menoleh untuk memastikan Flinz benar-benar mengikutinya. Namun, rasa ingin tahu Flinz tak bisa diredam. Hutan di sekitar mereka terlihat indah sekaligus misterius. Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan daun-daun yang memancarkan kilauan hijau keemasan setiap kali terkena sinar matahari. Burung-bur

  • The Key Of Island    Bab 2: Jejak Baru

    Flinz meraba wajahnya, lalu menatap tangannya sekali lagi, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Ia merasakan perutnya, kaki, dan dada, memastikan bahwa ini nyata. Tubuhnya benar-benar telah berubah menjadi anak berusia sekitar 14 tahun."Bagaimana ini mungkin? Apa aku sedang bermimpi?"Ketika Flinz mencoba berdiri, tubuhnya sedikit goyah, tetapi akhirnya ia berhasil menopang dirinya sendiri. Saat itulah, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya—seperti ada kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kekuatan itu tidak terlihat, tetapi kehadirannya begitu nyata, seperti bayangan gelap yang melingkupinya."Apa ini? Aku... merasa berbeda. Tubuh ini tidak hanya kecil, tapi juga ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang... tidak biasa."Flinz mengamati sekeliling gua yang gelap. Dinding-dindingnya dipenuhi lumut bercahaya redup, memberikan sedikit penerangan. Ia mendengar suara gemuruh kecil dari jauh, mungkin dari sungai bawah tanah atau air terjun.Dengan rasa bingung dan taku

  • The Key Of Island    Bab 1: Awal Dari Sebuah Akhir

    Langit di kota itu memancarkan warna jingga saat mentari pagi mulai menembus jalanan kota yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing. Di salah satu sudut jalan, seorang pria muda bernama Flinz sedang menyapu trotoar. Dengan tubuh tegap namun wajah penuh kelelahan, ia menggerakkan sapunya, mengumpulkan dedaunan dan sampah yang berserakan.Flinz mengenakan seragam oranye khas tukang sapu. Pakaian itu penuh noda dan debu, mencerminkan rutinitasnya yang tak pernah berubah. Ia bekerja tanpa banyak bicara, wajahnya kosong tanpa ekspresi. Sesekali, ia berhenti sejenak untuk menghapus keringat di dahinya.Flinz menatap ke arah jalan yang dipenuhi kendaraan. Matanya mengikuti mobil-mobil yang melaju cepat, membayangkan kehidupan yang jauh dari apa yang ia miliki sekarang."Lihat mereka, semua punya tujuan. Mereka punya tempat untuk pergi, hal-hal yang harus dilakukan. Sementara aku...? Aku hanya di sini, berdiri dengan sapu ini setiap hari. Apa gunanya semua ini?

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status