Long Wang tiba di Kota Xiantao saat matahari baru beranjak naik. Ia berkeliling kota tanpa khawatir ada yang mengenali. Mengingat sudah ratusan tahun lamanya pemuda itu tidak berkunjung. Berjalan di tengah keramaian, mendengar para pedagang menjajakan dagangannya. Melihat anak-anak berlari riang, sampai kumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak asyik mengobrol. Kota ini damai. Mereka berhasil menutupi krisis sumber daya alam yang telah dibuat Long Wang. Manik emas itu berkilat tidak suka, haruskah ia membuat musibah lebih buruk dari ini? “Sayangnya, dewa hanya menyuruhku membuat satu bencana.” Long Wang bergumam pelan. Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju ke salah satu penginapan. Bangunan berlantai dua yang cukup terkenal dikalangan ini. Disinilah tempat salah satu seorang gadis yang membuatnya dilema. Long Wang berdiri disalah satu kedai, berusaha membuat dirinya tidak mencolok. Tidak lama kemudian, pintu penginapan itu terbuka. Shi Jiu keluar dari sana sambil menguap lebar. Sungguh
Udara dingin dari lautan mulai terasa ketika tirai birunya langit berganti senja. Di atas patung Ying Er, tepatnya di telapak tangan. Long Wang duduk menikmati hembusan angin serta menikmati datangnya petang. Mata emas itu memandang jauh, membiarkan isi kepalanya mengingat kejadian tadi siang. Gadis pendatang yang tidak tahu apa-apa. Berdoa penuh harap, untuk keegoisannya semata. Meski begitu, sang naga tidak kuasa menahan jengkel. Hilang sudah nafsu makan yang sengaja ia buat demi kesopanan. Suara pintu tempat makan yang dibuka kasar. Langkah lebar miliknya serta lari kecil Ying Er berusaha menyusul. Tanpa menghabiskan makan siangnya, Long Wang memilih pergi. “Mengapa tiba-tiba, Tuan pergi?” Ying Er berusaha menyusul. “Mengapa Anda marah, Tuan? Apakah ada kata-kataku yang menyinggung, Tuan? Jika benar, maafkan saya, Tuan Long Wang.”Tidak ada yang salah dari doa yang dipanjatkan Ying Er. Tetapi dirinya yang merupakan naga pemberi berkah sekaligus bencana. Tidak sanggup mendengar pe
Suara pintu penginapan yang dibuka perlahan terdengar samar. Suara langkah memasuki kamar berukuran sedang. Dengan jendela berdaun dua yang langsung menghadap ke jalanan kota. Tanpa repot-repot menyalakan lampu tidur, Jiu membaringkan tubuhnya. Manik coklat itu memandang plafon kamar penginapan. Helaan napas berat terdengar. “Hari ini banyak sekali yang terjadi. Kepalaku rasanya mau pecah karena informasi yang datang tanpa henti.” Jiu menghentakan kaki ke udara. “Krisis Sumber Daya Alam sebagai bencana dari naga lautan. Long Wang dan Ying Er yang mengenal satu sama lain, namun hubungan mereka ternyata buruk.” “Dan … kebenaran dari cerita Legenda Long Wang.” Jiu mengembungkan pipi, kedua alisnya menukik tajam. “Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Author?!” Ia membuang napas kasar, lalu memiringkan badan. “Sial, omonganku seakan aku ini karakter di dunia novel saja.” Isi kepala Jiu mulai menata kembali ingatan acak mengenai kejadian hari ini. Sayangnya, file pertama yang dipu
Sebelum matahari semakin naik, rombongan Jiu sudah berpencar sesuai rute masing-masing. Tujuan pertama Shenlong adalah Pasar Antik Panjiayuan. Tempat itu terkenal sebagai surganya barang antik. Para pedagang dari segala penjuru kota berkumpul di sana. Mereka semua berkumpul di satu distrik dan dipisahkan perbangunan. Dindingnya berwarna hitam mengkilat, berpadu genteng merah, dan ukiran emas. Begitu sampai di sana, keramaian menyambut sang naga. Banyak pengunjung datang untuk sekedar melihat-lihat. Ada pula memang kolektor barang antik. Manik emas Shenlong menyisir setiap barang-barang yang dipajang. Mulai dari kumpulan guci porselen berbagai warna dan motif. Jam saku tua berwarna merah dengan rantai dan hiasan batu. “Tuan, bisa aku melihat barang itu?” Shenlong menunjuk jam saku pada seorang wanita tua. Pemilik segera mengambil dan menyerahkannya pada Shenlong. “Anda memiliki mata yang bagus, Adik. Ini adalah jam saku dari dua abad yang lalu. DIkatakan bahwa pemiliknya adalah s
Siang ini ada sebuah drama terjadi di pinggir jalan alun-alun kota. Seorang wanita meneriaki perempuan lain dan sambil tersedu-sedu memohon agar menjauhi kekasihnya. Para pejalan kaki sampai menghentikan kegiatan mereka demi menonton kejadian itu. Setelah gadis bernama Ying Er puas melabrak. Ternyata hal tak terduga terjadi dan mengejutkan penonton. Wanita yang diteriaki, yang disangka penggoda laki-laki, nyatanya seorang turis tidak bersalah yang baru datang ke kota hari ini. “Ti-tidak… Saya yakin benar… kau adalah, Nona Jiu!” Ying Er tanpa sadar melangkah mundur. Jiu malah melangkah maju, ia memasang raut cemas. “Nona sungguh baik-baik saja? Saya mengerti perasaan terguncang, Nona. Saya juga merasa takut, jika kekasih saya hendak direbut. Karena itu, Nona yang saya bahkan tidak tahu namanya…” Ying Er berjengit kaget saat Jiu menggenggam kedua tangannya. Mata coklat gadis itu menatap lurus pada lawannya. “Pastikan dulu wajah sampai latar belakangnya. Sebelum Anda mengata-ngata
“Jiu mengapa kau tidak percaya dengan reinkarnasi?” Pertanyaan tiba-tiba dari Shenlong mengejutkan Jiu. Keningnya mengkerut, gagal memahami hubungan antara reinkarnasi dan kepingan berikutnya. Sejenak lengang, Jiu nampak tengah berpikir sebelum menjawab. “Kau tahu, Shenlong… kepercayaaan pada reinkarnasi adalah sesuatu yang sangat personal. Banyak perdebatan yang terjadi antara ilmuwan dan pendukungnya. Sebagian hanya menganggapnya mitos, lalu sebagiannya lagi berpendapat bahwa mencari kebenaran reinkarnasi adalah proses yang sangat individu.” Jiu tertawa pendek sambil mengangkat bahu. “Perdebatan yang sudah terjadi begitu lama pada awalnya dimulai karena perbedaan pendapat. Kebetulan saja, mereka yang berdebat memiliki prinsip kuat bahwa apa yang diyakininya benar. Nah, aku ini orangnya sederhana, jika aku mengalaminya sendiri, maka aku percaya.” “Ya ampun… tinggal bilang, kau tidak percaya karena belum mengalaminya. Panjang sekali penjelasanmu, dasar perempuan!” Huanglong mengg
Lima tahun sebelumnya…Sebelum pergi ke Kota Xiantao dengan nama samaran Ying Er. Gadis bermata sehitam arang itu memiliki nama, Zou Biya. Seorang gadis remaja berumur lima belas tahun dari salah satu keluarga pedagang kaya. Hidup dan besar di lingkungan baik, tanpa intrik, dan nyaman. Namun semua itu berubah di suatu malam bulan purnama. Zou Biya bangun ditengah malam akibat suara berisik di luar kamar. Gadis itu membuka pintu kamar sedikit, mengintip ke luar. Hanya untuk melihat pembantaian para pelayan oleh sekelompok orang asing. Tubuhnya gemetar, lututnya lemas, lalu jatuh terduduk. “A-apa yang terjadi?”Zou Biya tersentak, hampir berteriak saat pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. “Nona Zou Biya!” Seorang pemuda yang ia kenali datang bersama seorang wanita cantik. Gadis itu segera mengenalinya dan menghambur ke pelukan. “I-Ibunda!”“Semua akan baik-baik saja, Sayang. Maukah Xiao Biya mendengarkan perkataan Ibunda?” Wanita yang dipanggil Ibu oleh Biya bertanya dengan suara ge
“Legenda Long Wang sudah menjadi bagian dari sejarah Kota Xiantao.” Xiang De memulai cerita. “Sembilan naga yang turun ke bumi, Tuan Long Wang salah satunya. Beliau merupakan naga laut, ia bertugas mengajari kami mengenai ekosistem laut serta cara mengolahnya. Pengetahuan itu berhasil membuat kota yang semula hanya berupa desa dengan beberapa kepala keluarga. Menjadi kota besar dan terkenal akan sumber daya dari lautan.” “Beberapa ratus tahun yang lalu, Tuan Long Wang bertemu dengan seorang anak manusia. Gadis remaja dari keluarga sederhana bernama Ying Er. Mereka menjadi dekat, dan semua pengetahuan dari sang naga diserap oleh gadis itu seperti busa. Hingga dia menjadi salah satu orang berpengaruh di kota Xiantao.” Zou Biya mendengarkan dengan seksama. Dari cerita yang diterangkan Xiang De, ia dapat menyimpulkan bahwa Long Wang tidak pelit ilmu. Semua juga terdengar baik-baik saja, lantas dimana letak kesalahannya hingga membuat Naga Long Wang murka? “Di sinilah letak masalahnya,”