Sebelum matahari semakin naik, rombongan Jiu sudah berpencar sesuai rute masing-masing. Tujuan pertama Shenlong adalah Pasar Antik Panjiayuan. Tempat itu terkenal sebagai surganya barang antik. Para pedagang dari segala penjuru kota berkumpul di sana. Mereka semua berkumpul di satu distrik dan dipisahkan perbangunan. Dindingnya berwarna hitam mengkilat, berpadu genteng merah, dan ukiran emas. Begitu sampai di sana, keramaian menyambut sang naga. Banyak pengunjung datang untuk sekedar melihat-lihat. Ada pula memang kolektor barang antik. Manik emas Shenlong menyisir setiap barang-barang yang dipajang. Mulai dari kumpulan guci porselen berbagai warna dan motif. Jam saku tua berwarna merah dengan rantai dan hiasan batu. “Tuan, bisa aku melihat barang itu?” Shenlong menunjuk jam saku pada seorang wanita tua. Pemilik segera mengambil dan menyerahkannya pada Shenlong. “Anda memiliki mata yang bagus, Adik. Ini adalah jam saku dari dua abad yang lalu. DIkatakan bahwa pemiliknya adalah s
Siang ini ada sebuah drama terjadi di pinggir jalan alun-alun kota. Seorang wanita meneriaki perempuan lain dan sambil tersedu-sedu memohon agar menjauhi kekasihnya. Para pejalan kaki sampai menghentikan kegiatan mereka demi menonton kejadian itu. Setelah gadis bernama Ying Er puas melabrak. Ternyata hal tak terduga terjadi dan mengejutkan penonton. Wanita yang diteriaki, yang disangka penggoda laki-laki, nyatanya seorang turis tidak bersalah yang baru datang ke kota hari ini. “Ti-tidak… Saya yakin benar… kau adalah, Nona Jiu!” Ying Er tanpa sadar melangkah mundur. Jiu malah melangkah maju, ia memasang raut cemas. “Nona sungguh baik-baik saja? Saya mengerti perasaan terguncang, Nona. Saya juga merasa takut, jika kekasih saya hendak direbut. Karena itu, Nona yang saya bahkan tidak tahu namanya…” Ying Er berjengit kaget saat Jiu menggenggam kedua tangannya. Mata coklat gadis itu menatap lurus pada lawannya. “Pastikan dulu wajah sampai latar belakangnya. Sebelum Anda mengata-ngata
“Jiu mengapa kau tidak percaya dengan reinkarnasi?” Pertanyaan tiba-tiba dari Shenlong mengejutkan Jiu. Keningnya mengkerut, gagal memahami hubungan antara reinkarnasi dan kepingan berikutnya. Sejenak lengang, Jiu nampak tengah berpikir sebelum menjawab. “Kau tahu, Shenlong… kepercayaaan pada reinkarnasi adalah sesuatu yang sangat personal. Banyak perdebatan yang terjadi antara ilmuwan dan pendukungnya. Sebagian hanya menganggapnya mitos, lalu sebagiannya lagi berpendapat bahwa mencari kebenaran reinkarnasi adalah proses yang sangat individu.” Jiu tertawa pendek sambil mengangkat bahu. “Perdebatan yang sudah terjadi begitu lama pada awalnya dimulai karena perbedaan pendapat. Kebetulan saja, mereka yang berdebat memiliki prinsip kuat bahwa apa yang diyakininya benar. Nah, aku ini orangnya sederhana, jika aku mengalaminya sendiri, maka aku percaya.” “Ya ampun… tinggal bilang, kau tidak percaya karena belum mengalaminya. Panjang sekali penjelasanmu, dasar perempuan!” Huanglong mengg
Lima tahun sebelumnya…Sebelum pergi ke Kota Xiantao dengan nama samaran Ying Er. Gadis bermata sehitam arang itu memiliki nama, Zou Biya. Seorang gadis remaja berumur lima belas tahun dari salah satu keluarga pedagang kaya. Hidup dan besar di lingkungan baik, tanpa intrik, dan nyaman. Namun semua itu berubah di suatu malam bulan purnama. Zou Biya bangun ditengah malam akibat suara berisik di luar kamar. Gadis itu membuka pintu kamar sedikit, mengintip ke luar. Hanya untuk melihat pembantaian para pelayan oleh sekelompok orang asing. Tubuhnya gemetar, lututnya lemas, lalu jatuh terduduk. “A-apa yang terjadi?”Zou Biya tersentak, hampir berteriak saat pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. “Nona Zou Biya!” Seorang pemuda yang ia kenali datang bersama seorang wanita cantik. Gadis itu segera mengenalinya dan menghambur ke pelukan. “I-Ibunda!”“Semua akan baik-baik saja, Sayang. Maukah Xiao Biya mendengarkan perkataan Ibunda?” Wanita yang dipanggil Ibu oleh Biya bertanya dengan suara ge
“Legenda Long Wang sudah menjadi bagian dari sejarah Kota Xiantao.” Xiang De memulai cerita. “Sembilan naga yang turun ke bumi, Tuan Long Wang salah satunya. Beliau merupakan naga laut, ia bertugas mengajari kami mengenai ekosistem laut serta cara mengolahnya. Pengetahuan itu berhasil membuat kota yang semula hanya berupa desa dengan beberapa kepala keluarga. Menjadi kota besar dan terkenal akan sumber daya dari lautan.” “Beberapa ratus tahun yang lalu, Tuan Long Wang bertemu dengan seorang anak manusia. Gadis remaja dari keluarga sederhana bernama Ying Er. Mereka menjadi dekat, dan semua pengetahuan dari sang naga diserap oleh gadis itu seperti busa. Hingga dia menjadi salah satu orang berpengaruh di kota Xiantao.” Zou Biya mendengarkan dengan seksama. Dari cerita yang diterangkan Xiang De, ia dapat menyimpulkan bahwa Long Wang tidak pelit ilmu. Semua juga terdengar baik-baik saja, lantas dimana letak kesalahannya hingga membuat Naga Long Wang murka? “Di sinilah letak masalahnya,”
Selepas makan siang, Shenlong memberikan kalung yang merupakan satu-satunya petunjuk menemukan 99 mutiara kepada Jiu.“Kau serius mempercayakan ini padaku? Bagaimana kalau aku tidak sengaja menghilangkannya?” Suara Jiu sedikit bergetar karena cemas. “Membawa benda yang memiliki nilai tinggi dan bersejarah seperti ini… ugh! Pe-perutku sakit.”“Berhentilah mencemaskan hal-hal kecil. Itu hanya sebuah kalung.” Huanglong berbaik hati mengingatkan yang sama sekali tidak membantu.Jiu meringis pelan, ia menatap sejenak kalung emas putih itu. Sebelum menaruhnya ke dalam kantong tas kecil di pinggang.“Tidak usah merasa terbebani, benda itu dari awal memang milikmu. Siapa tahu dengan membawanya, kau bisa menemukan keberadaan 99 mutiara.” Ujar Shenlong sambil melipat denah kota. “Omong-omong mari kita jalankan rencana lebih awal, Huanglong. Karena kita sudah mendapatkan petunjuk, sekarang waktunya mengecek kandang musuh.”Huanglong seakan sudah menunggu kata-kata Shenlong. Naga kuning mengepalk
Kuil Hansan dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Liang dari Dinasti Selatan dari tahun 502 M. Kuil ini meliputi area seluas sekitar 13.000 meter persegi, dengan luas pembangunan lebih dari 3.400 meter persegi. Dalam sejarah Kuil Hansan adalah salah satu dari sembilan kuil terkenal. Selain dikenal sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan para ahli seni bela diri ternama. Kuil Hansan juga terkenal sebagai tempat berdoa untuk memohon berkah. Ada lonceng raksasa di kuil. Setiap hari, banyak orang percaya datang ke kuil untuk membunyikan bel dan berdoa.Saat dua naga tiba di depan gerbang Kuil Hansan, mereka melihat pengunjung kuil sebagian hendak pulang. Di bagian lapangan, murid-murid tingkat dasar sedang berlatih mengayunkan pedang. Sementara itu tidak terlihat para murid tingkah menengah maupun akhir. Setelah memeriksa secara menyeluruh, Shenlong memberi aba-aba pada Huanglong untuk melanjutkan penyusupan. Tujuan mereka adalah menara Kuil Hansan yang terletak di bagian belakan
“Aku menolak. Tidak ada untungnya aku mengikuti kemauanmu.” Jiu dengan tegas menyatakan ketidak tertarikannya. Embusan angin laut mulai terasa dingin. Mengingat malam sudah di depan pintu kaki langit, siap menyambut bersama para bintang. Satu demi satu lampu-lampu sepanjang jalan tepi pantai menyala. Sesekali deburan ombak terdengar, membelah lengang antara dua kubu.Sepasang mata sehitam arang beradu dengan manik coklat. Pemiliknya saling tatap, tidak ada yang mau mengalah. Ying Er lebih dulu menghela napas, seperti menyerah namun nyatanya tidak. Ia hanya mengganti siasatnya. “Nona Jiu, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi aku tidak punya pilihan, mungkin kau akan berubah pikiran dan mendukungku setelah mendengar rahasia ini.”Sejak pertama bertemu, Shi Jiu sudah merasa kalau Ying Er lebih cocok bekerja sebagai artis ketimbang pelayan toko. Ia begitu natural dalam mendalami peran sebagai gadis baik-baik. Mungkin sebenarnya seluruh Kota Xiantao sudah tertipu oleh citr