“Jiu mengapa kau tidak percaya dengan reinkarnasi?” Pertanyaan tiba-tiba dari Shenlong mengejutkan Jiu. Keningnya mengkerut, gagal memahami hubungan antara reinkarnasi dan kepingan berikutnya. Sejenak lengang, Jiu nampak tengah berpikir sebelum menjawab. “Kau tahu, Shenlong… kepercayaaan pada reinkarnasi adalah sesuatu yang sangat personal. Banyak perdebatan yang terjadi antara ilmuwan dan pendukungnya. Sebagian hanya menganggapnya mitos, lalu sebagiannya lagi berpendapat bahwa mencari kebenaran reinkarnasi adalah proses yang sangat individu.” Jiu tertawa pendek sambil mengangkat bahu. “Perdebatan yang sudah terjadi begitu lama pada awalnya dimulai karena perbedaan pendapat. Kebetulan saja, mereka yang berdebat memiliki prinsip kuat bahwa apa yang diyakininya benar. Nah, aku ini orangnya sederhana, jika aku mengalaminya sendiri, maka aku percaya.” “Ya ampun… tinggal bilang, kau tidak percaya karena belum mengalaminya. Panjang sekali penjelasanmu, dasar perempuan!” Huanglong mengg
Lima tahun sebelumnya…Sebelum pergi ke Kota Xiantao dengan nama samaran Ying Er. Gadis bermata sehitam arang itu memiliki nama, Zou Biya. Seorang gadis remaja berumur lima belas tahun dari salah satu keluarga pedagang kaya. Hidup dan besar di lingkungan baik, tanpa intrik, dan nyaman. Namun semua itu berubah di suatu malam bulan purnama. Zou Biya bangun ditengah malam akibat suara berisik di luar kamar. Gadis itu membuka pintu kamar sedikit, mengintip ke luar. Hanya untuk melihat pembantaian para pelayan oleh sekelompok orang asing. Tubuhnya gemetar, lututnya lemas, lalu jatuh terduduk. “A-apa yang terjadi?”Zou Biya tersentak, hampir berteriak saat pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. “Nona Zou Biya!” Seorang pemuda yang ia kenali datang bersama seorang wanita cantik. Gadis itu segera mengenalinya dan menghambur ke pelukan. “I-Ibunda!”“Semua akan baik-baik saja, Sayang. Maukah Xiao Biya mendengarkan perkataan Ibunda?” Wanita yang dipanggil Ibu oleh Biya bertanya dengan suara ge
“Legenda Long Wang sudah menjadi bagian dari sejarah Kota Xiantao.” Xiang De memulai cerita. “Sembilan naga yang turun ke bumi, Tuan Long Wang salah satunya. Beliau merupakan naga laut, ia bertugas mengajari kami mengenai ekosistem laut serta cara mengolahnya. Pengetahuan itu berhasil membuat kota yang semula hanya berupa desa dengan beberapa kepala keluarga. Menjadi kota besar dan terkenal akan sumber daya dari lautan.” “Beberapa ratus tahun yang lalu, Tuan Long Wang bertemu dengan seorang anak manusia. Gadis remaja dari keluarga sederhana bernama Ying Er. Mereka menjadi dekat, dan semua pengetahuan dari sang naga diserap oleh gadis itu seperti busa. Hingga dia menjadi salah satu orang berpengaruh di kota Xiantao.” Zou Biya mendengarkan dengan seksama. Dari cerita yang diterangkan Xiang De, ia dapat menyimpulkan bahwa Long Wang tidak pelit ilmu. Semua juga terdengar baik-baik saja, lantas dimana letak kesalahannya hingga membuat Naga Long Wang murka? “Di sinilah letak masalahnya,”
Selepas makan siang, Shenlong memberikan kalung yang merupakan satu-satunya petunjuk menemukan 99 mutiara kepada Jiu.“Kau serius mempercayakan ini padaku? Bagaimana kalau aku tidak sengaja menghilangkannya?” Suara Jiu sedikit bergetar karena cemas. “Membawa benda yang memiliki nilai tinggi dan bersejarah seperti ini… ugh! Pe-perutku sakit.”“Berhentilah mencemaskan hal-hal kecil. Itu hanya sebuah kalung.” Huanglong berbaik hati mengingatkan yang sama sekali tidak membantu.Jiu meringis pelan, ia menatap sejenak kalung emas putih itu. Sebelum menaruhnya ke dalam kantong tas kecil di pinggang.“Tidak usah merasa terbebani, benda itu dari awal memang milikmu. Siapa tahu dengan membawanya, kau bisa menemukan keberadaan 99 mutiara.” Ujar Shenlong sambil melipat denah kota. “Omong-omong mari kita jalankan rencana lebih awal, Huanglong. Karena kita sudah mendapatkan petunjuk, sekarang waktunya mengecek kandang musuh.”Huanglong seakan sudah menunggu kata-kata Shenlong. Naga kuning mengepalk
Kuil Hansan dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Liang dari Dinasti Selatan dari tahun 502 M. Kuil ini meliputi area seluas sekitar 13.000 meter persegi, dengan luas pembangunan lebih dari 3.400 meter persegi. Dalam sejarah Kuil Hansan adalah salah satu dari sembilan kuil terkenal. Selain dikenal sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan para ahli seni bela diri ternama. Kuil Hansan juga terkenal sebagai tempat berdoa untuk memohon berkah. Ada lonceng raksasa di kuil. Setiap hari, banyak orang percaya datang ke kuil untuk membunyikan bel dan berdoa.Saat dua naga tiba di depan gerbang Kuil Hansan, mereka melihat pengunjung kuil sebagian hendak pulang. Di bagian lapangan, murid-murid tingkat dasar sedang berlatih mengayunkan pedang. Sementara itu tidak terlihat para murid tingkah menengah maupun akhir. Setelah memeriksa secara menyeluruh, Shenlong memberi aba-aba pada Huanglong untuk melanjutkan penyusupan. Tujuan mereka adalah menara Kuil Hansan yang terletak di bagian belakan
“Aku menolak. Tidak ada untungnya aku mengikuti kemauanmu.” Jiu dengan tegas menyatakan ketidak tertarikannya. Embusan angin laut mulai terasa dingin. Mengingat malam sudah di depan pintu kaki langit, siap menyambut bersama para bintang. Satu demi satu lampu-lampu sepanjang jalan tepi pantai menyala. Sesekali deburan ombak terdengar, membelah lengang antara dua kubu.Sepasang mata sehitam arang beradu dengan manik coklat. Pemiliknya saling tatap, tidak ada yang mau mengalah. Ying Er lebih dulu menghela napas, seperti menyerah namun nyatanya tidak. Ia hanya mengganti siasatnya. “Nona Jiu, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi aku tidak punya pilihan, mungkin kau akan berubah pikiran dan mendukungku setelah mendengar rahasia ini.”Sejak pertama bertemu, Shi Jiu sudah merasa kalau Ying Er lebih cocok bekerja sebagai artis ketimbang pelayan toko. Ia begitu natural dalam mendalami peran sebagai gadis baik-baik. Mungkin sebenarnya seluruh Kota Xiantao sudah tertipu oleh citr
‘Zou Biya… putriku tersayang.’Suara seorang wanita muda yang berkarakter sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Bagai jenis suara Mezzo Sopran khas paduan suara perempuan. Terdengar menyenangkan di telinga Zou Biya. ‘Berjanjilah pada, Ibunda… apapun yang terjadi, Zou Biya akan bertahan hidup.’Jika mengabaikan kejadian berikutnya, kata-kata dari Nyonya Keluarga Zou adalah kalimat terakhir bagi Zou Biya. Kalimat itu selalu terngiang bagai kutukan, sekaligus dukungan mental untuk bertahan. Setiap hari Zou Biya berusaha bertahan hidup. Membangun kembali kehidupan yang luluh lantak dalam semalam. Hingga dia mendapatkan kesempatan balas dendam, hanya untuk dihalangi oleh seorang yang gadis muncul entah dari mana. Zou Biya tidak terima, tidak sudi jika balas dendamnya gagal dilaksanakan. Maka dari sanalah muncul keberanian. Zou Biya atau Ying Er berdiri, berjalan tergopoh menuju salah satu anak buahnya. Mengambil pedang kemudian berlari menyerang Shi Jiu. “Kau yang tida
Shenlong mendengus pendek, “memang itu yang sedang kulakukan.” “Ma-maafkan aku… ma-maafkan aku…” Wajah Ying Er sudah seputih kertas. Mata sehitam arang basah dan merah. “Tu-Tuan Long Wang, to-tolong selamatkan saya…” Manik emas naga lautan hanya memandang dingin pada tangan yang terulur minta diselamatkan. Ia hanya menghela napas lalu memalingkan wajah, tidak peduli. Ying Er merasa jantungnya berhenti berdetak. Ternyata semua usaha untuk memenangkan hati Long Wang belumlah cukup. Langkah kaki Shenlong berhasil menarik kembali kesadaran Ying Er. Begitu juga dengan rasa takut akan kematian yang kian mendekat. Semula ia menunduk, hanya berani melihat pasir dan kedua tangannya. Sampai ujung pedang Shenlong memaksa dagunya untuk naik dan membuat Ying Er mengangkat wajah. Sejak awal Ying Er tidak mengharapkan raut wajah ramah dari Shenlong. Tetapi jika ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan dewa. Melihat wajah murka mereka, mungkin akan sama menyeramkannya dengan wajah Shenlong saa