“Legenda Long Wang sudah menjadi bagian dari sejarah Kota Xiantao.” Xiang De memulai cerita. “Sembilan naga yang turun ke bumi, Tuan Long Wang salah satunya. Beliau merupakan naga laut, ia bertugas mengajari kami mengenai ekosistem laut serta cara mengolahnya. Pengetahuan itu berhasil membuat kota yang semula hanya berupa desa dengan beberapa kepala keluarga. Menjadi kota besar dan terkenal akan sumber daya dari lautan.” “Beberapa ratus tahun yang lalu, Tuan Long Wang bertemu dengan seorang anak manusia. Gadis remaja dari keluarga sederhana bernama Ying Er. Mereka menjadi dekat, dan semua pengetahuan dari sang naga diserap oleh gadis itu seperti busa. Hingga dia menjadi salah satu orang berpengaruh di kota Xiantao.” Zou Biya mendengarkan dengan seksama. Dari cerita yang diterangkan Xiang De, ia dapat menyimpulkan bahwa Long Wang tidak pelit ilmu. Semua juga terdengar baik-baik saja, lantas dimana letak kesalahannya hingga membuat Naga Long Wang murka? “Di sinilah letak masalahnya,”
Selepas makan siang, Shenlong memberikan kalung yang merupakan satu-satunya petunjuk menemukan 99 mutiara kepada Jiu.“Kau serius mempercayakan ini padaku? Bagaimana kalau aku tidak sengaja menghilangkannya?” Suara Jiu sedikit bergetar karena cemas. “Membawa benda yang memiliki nilai tinggi dan bersejarah seperti ini… ugh! Pe-perutku sakit.”“Berhentilah mencemaskan hal-hal kecil. Itu hanya sebuah kalung.” Huanglong berbaik hati mengingatkan yang sama sekali tidak membantu.Jiu meringis pelan, ia menatap sejenak kalung emas putih itu. Sebelum menaruhnya ke dalam kantong tas kecil di pinggang.“Tidak usah merasa terbebani, benda itu dari awal memang milikmu. Siapa tahu dengan membawanya, kau bisa menemukan keberadaan 99 mutiara.” Ujar Shenlong sambil melipat denah kota. “Omong-omong mari kita jalankan rencana lebih awal, Huanglong. Karena kita sudah mendapatkan petunjuk, sekarang waktunya mengecek kandang musuh.”Huanglong seakan sudah menunggu kata-kata Shenlong. Naga kuning mengepalk
Kuil Hansan dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Liang dari Dinasti Selatan dari tahun 502 M. Kuil ini meliputi area seluas sekitar 13.000 meter persegi, dengan luas pembangunan lebih dari 3.400 meter persegi. Dalam sejarah Kuil Hansan adalah salah satu dari sembilan kuil terkenal. Selain dikenal sebagai salah satu sekolah yang menghasilkan para ahli seni bela diri ternama. Kuil Hansan juga terkenal sebagai tempat berdoa untuk memohon berkah. Ada lonceng raksasa di kuil. Setiap hari, banyak orang percaya datang ke kuil untuk membunyikan bel dan berdoa.Saat dua naga tiba di depan gerbang Kuil Hansan, mereka melihat pengunjung kuil sebagian hendak pulang. Di bagian lapangan, murid-murid tingkat dasar sedang berlatih mengayunkan pedang. Sementara itu tidak terlihat para murid tingkah menengah maupun akhir. Setelah memeriksa secara menyeluruh, Shenlong memberi aba-aba pada Huanglong untuk melanjutkan penyusupan. Tujuan mereka adalah menara Kuil Hansan yang terletak di bagian belakan
“Aku menolak. Tidak ada untungnya aku mengikuti kemauanmu.” Jiu dengan tegas menyatakan ketidak tertarikannya. Embusan angin laut mulai terasa dingin. Mengingat malam sudah di depan pintu kaki langit, siap menyambut bersama para bintang. Satu demi satu lampu-lampu sepanjang jalan tepi pantai menyala. Sesekali deburan ombak terdengar, membelah lengang antara dua kubu.Sepasang mata sehitam arang beradu dengan manik coklat. Pemiliknya saling tatap, tidak ada yang mau mengalah. Ying Er lebih dulu menghela napas, seperti menyerah namun nyatanya tidak. Ia hanya mengganti siasatnya. “Nona Jiu, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi aku tidak punya pilihan, mungkin kau akan berubah pikiran dan mendukungku setelah mendengar rahasia ini.”Sejak pertama bertemu, Shi Jiu sudah merasa kalau Ying Er lebih cocok bekerja sebagai artis ketimbang pelayan toko. Ia begitu natural dalam mendalami peran sebagai gadis baik-baik. Mungkin sebenarnya seluruh Kota Xiantao sudah tertipu oleh citr
‘Zou Biya… putriku tersayang.’Suara seorang wanita muda yang berkarakter sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Bagai jenis suara Mezzo Sopran khas paduan suara perempuan. Terdengar menyenangkan di telinga Zou Biya. ‘Berjanjilah pada, Ibunda… apapun yang terjadi, Zou Biya akan bertahan hidup.’Jika mengabaikan kejadian berikutnya, kata-kata dari Nyonya Keluarga Zou adalah kalimat terakhir bagi Zou Biya. Kalimat itu selalu terngiang bagai kutukan, sekaligus dukungan mental untuk bertahan. Setiap hari Zou Biya berusaha bertahan hidup. Membangun kembali kehidupan yang luluh lantak dalam semalam. Hingga dia mendapatkan kesempatan balas dendam, hanya untuk dihalangi oleh seorang yang gadis muncul entah dari mana. Zou Biya tidak terima, tidak sudi jika balas dendamnya gagal dilaksanakan. Maka dari sanalah muncul keberanian. Zou Biya atau Ying Er berdiri, berjalan tergopoh menuju salah satu anak buahnya. Mengambil pedang kemudian berlari menyerang Shi Jiu. “Kau yang tida
Shenlong mendengus pendek, “memang itu yang sedang kulakukan.” “Ma-maafkan aku… ma-maafkan aku…” Wajah Ying Er sudah seputih kertas. Mata sehitam arang basah dan merah. “Tu-Tuan Long Wang, to-tolong selamatkan saya…” Manik emas naga lautan hanya memandang dingin pada tangan yang terulur minta diselamatkan. Ia hanya menghela napas lalu memalingkan wajah, tidak peduli. Ying Er merasa jantungnya berhenti berdetak. Ternyata semua usaha untuk memenangkan hati Long Wang belumlah cukup. Langkah kaki Shenlong berhasil menarik kembali kesadaran Ying Er. Begitu juga dengan rasa takut akan kematian yang kian mendekat. Semula ia menunduk, hanya berani melihat pasir dan kedua tangannya. Sampai ujung pedang Shenlong memaksa dagunya untuk naik dan membuat Ying Er mengangkat wajah. Sejak awal Ying Er tidak mengharapkan raut wajah ramah dari Shenlong. Tetapi jika ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan dewa. Melihat wajah murka mereka, mungkin akan sama menyeramkannya dengan wajah Shenlong saa
Melihat perdebatan cukup panjang, dan tidak juga menemukan titik temu. Long Wang merasa sudah waktunya ia menarik diri. Meski begitu ia tidak akan pulang sebelum mendapatkan kembali kalung bandul mutiara peninggalan Ying Er. “Ini tidak akan berhasil. Berhenti membuang waktuku dan cepat serahkan kalungnya!” Tiga pasang mata sontak melihat ke arah naga lautan. “Lagi pula kalian ini hanya orang asing. Mengapa pula dua naga dari Lembah Suoxi dan Gunung Tianzi jauh-jauh kemari hanya untuk menemani seorang anak adam?” Mendengar identitas asli dari Shenlong dan Huanglong membuat mata Ying Er melebar. Ia memang mengira kalau keduanya memiliki status tinggi. Namun tidak dengan kenyataan bahwa saat ini Ying Er dikelilingi tiga naga sekaligus. Sekali lagi, gadis itu melihat ke arah Jiu yang nampak biasa-biasa saja. Shi Jiu, sebenarnya kau ini siapa? Ying Er menelan ludah gugup dan menggeser pantatnya menjauh. Tiba-tiba seseorang berdecak, Ying Er bahkan tidak berani untuk melihat siapa pel
Dua hari telah berlalu semenjak perintah terakhir yang diberikan Gai Bian. Zou Biya atau dengan nama samaran Ying Er hanya bisa berdiam diri di dalam rumah. Ia tidak berani keluar, bahkan sampai izin sakit ke tempatnya bekerja. Hatinya tengah kalut, bimbang mengenai keputusan mana yang terbaik untuk diambil. Walau pada kenyataannya kedua pilihan sama-sama beresiko tinggi. “Menolak maka nyawaku melayang ditangan Gai Bian. Menerima maka nyawaku habis ditangan para naga. Mengapa tidak ada jalan keluar dari masalah ini?!” Zou Biya memeluk lutut, membenamkan wajahnya. “Haruskah aku kabur?” “Kau mau kabur kemana?” Tiba-tiba sebuah suara baru mengejutkan Zou Biya. Gadis itu sontak mengangkat wajah. Mata hitamnya sedikit melebar, terkejut melihat kedatangan Huanglong. Pemuda berambut hitam pendek dengan satu anting hitam di telinganya. Entah datang dari mana, melangkah maju namun berhenti di jarak aman. “Tu-tuan… sa-saya tidak ada niat untuk kabur! Pe-percayalah!” Zou Biya turun dari ata
Sudah sejak pagi buta para warga sibuk bergotong royong. Mereka membersihkan puing-puing bangunan Kuil Kuda Putih. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat pertarungan. Para pedagang juga sibuk membersihkan sisa-sisa festival. Di tengah-tengah kesibukan bersuasana duka dan tegang. Seorang anak kecil menatap ke arah langit. Tidak ada yang menyadari bahwa matahari belum juga nampak. Meski langit sudah terang namun anehnya awan malah berkumpul dan berubah mendung. Tidak lama kemudian titik demi titik hujan membasahi permukaan tanah yang kering. “Hujan? Ini benar-benar hujan?!” Seorang pemuda berseru tidak percaya, menatap ke arah langit.“Demi Naga Panlong! HUJAN TELAH TURUN! HUJAN TELAH TURUN!”“Hore! Hujan! Hujan!”Seluruh warga yang ada di dalam rumah segera keluar ketika mendengar seruan dari luar. Hujan turun dengan deras pagi itu. Sebuah keajaiban setelah ratusan tahun tanah mereka tidak didatangi fenomena alami alam. Di tengah kebahagiaan para warga. Empat naga menatap dari kej
Ujung kaki berusaha menapak cepat demi kembali melompat. Shi Jiu memaksa tubuhnya, meraih, menyelamatkan yang seharusnya dilindungi olehnya. Semua terjadi begitu cepat, pedang menusuk hingga tembus ke sisi lain. Mao Niu terbatuk, memuntahkan darah segar. “MAO NIU!” Shi Jiu berteriak histeris. Mata emas sang naga pelindung Danau Gang membeku. Tidak mau mempercayai apa yang dia lihat. Dengan menggunakan sisa kekuatannya, ia melompat turun. Berlutut di sebelah Mao Niu bersama Shi Jiu.“Mao Niu bertahanlah… bertahanlah aku mohon!” Panlong menekan beberapa titik di daerah dada Mao Niu demi menghentikan pendarahan. “Pa-Pan…”“Tidak usah bicara, kau diam saja!”“Ti-tidak, a-aku harus bicara…,” Mao Niu menyentuh pelan punggung tangan Panlong. “Mu-mungkin ini terakhir kali kita bicara.” sambungnya lagi yang dibalas gelengan kuat dari Panlong. “Kau akan baik-baik saja! Sama seperti sebelumnya, akan aku berikan energi kehidupanku!”“Tidak, Pan. To-tolong jangan lakukan itu.” Mao Niu terbatuk
Lengang sejenak. Huanglong menatap Shenlong lamat-lamat. Jelas dia tahu manusia mana yang dimaksud. Sang kakak tidak akan membiarkan adiknya terluka, apalagi tewas. Keputusannya memiliki alasan kuat, Huanglong juga tidak ingin tahu. Apa yang akan terjadi pada dunia ini jika salah satu dari sembilan naga tewas. Suara bantingan keras terdengar menarik perhatian para naga. Ketua sekte sedang menahan Shi Kang menggantikan Huanglong. Feng Ju terbanting ke dinding, terbatuk keras mengeluarkan cairan merah. Feng Yi terlempar ke samping usai melindungi Xiang De. Qin Xiang dan Xiang De menyerang bergantian. Song Bojing dan Lai Shoushan sudah terkapar tidak jauh dari mereka. Keduanya telah kalah telak sejak beberapa menit yang lalu. Shi Kang sendiri dalam kondisi tidak baik. Efek dari Pil Keabadian hanya bertahan beberapa menit. Semakin cepat habis jika pemakai mengeluarkan kekuatannya tak terkendali. Itulah yang dilakukan Huanglong, membuat Shi Kang menghabiskan seluruh stok Pil Keabadian.
Shi Kang lompat menyerang Shi Jiu. Gadis itu dalam kondisi lelah setelah melawan Panlong. Terlebih tidak fokus, setengah tertidur semenjak Pusaka Sisik Ikan masuk ke dalam tubuhnya. Saat ini dia benar-benar tanpa penjagaan siapapun. Tidak hanya Feng Yi yang berusaha berlari mencegah Shi Kang. Tiga pemimpin sekte juga berlari ke arahnya. Berharap berhasil mencegah tragedi. Namun semua percuma, Shi Kang tetap lebih dulu tiba di depan Shi Jiu. Siap membunuh Shi Jiu yang belum juga sadar bersama Panlong dalam pelukannya. “Nona Shi Jiu!” Tepat ketika semua orang merasa putus asa. Gagal melindungi manusia paling penting di muka bumi. Mereka benar-benar melupakan satu hal. Kenyataan bahwa Shi Jiu tidak berkeliling seorang diri. Suara besar dari ledakan terdengar disusul kepulan debu dan pasir. Tepat di tengah-tengah Shi Kang dan Shi Jiu. Sosok pemuda dengan hanfu biru gelap serta berambut hitam bermata emas. Berhasil menangkap pedang Shi Kang dengan mudahnya menggunakan satu tangan.
“Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan
“Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm
Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud
Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b
Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan