Katya membuka matanya pelan-pelan, tubuhnya terhuyung ke sana kemari saat dua orang laki-laki membawanya keluar mobil. Masih dengan tangan diikat dan mulut yang disumpal kain, langkah Katya terseok-seok memasuki lift. Sebenarnya, Katya biisa saja menendang salah satu dari mereka dan kabur. Tapi kedua kakinya terasa kebas, entah karena aksi kejar-kejaran tadi, atau karena posisi kakinya tertekuk di dalam mobil, atau mungkin karena keduanya.
Begitu salah satu laki-laki itu melepaskan pegangannya pada Katya, gadis itu jatuh dan mereka menekan kedua bahu Katya hingga ia benar-benar bersimpuh di atas lantai. Mereka semua berbicara bahasa Prancis. Dan layaknya di film-film aksi, Katya merasa dirinya di ambang kematian. Mungkin yang sedang menculiknya adalah perkumpulan gangster, atau penjual organ tubuh manusia. Yang pasti, Katya hanya bisa menunduk ketakutan. Dalam hati, Katya terus berdoa untuk keselamatannya. Ia benar-benar hanya berdoa agar dia tak dibunuh. Hanya itu.
Suara pintu terbuka dan langkah kaki sepatu kulit yang berderap masuk, semakin membuat Katya tenggelam dalam ketakutannya. Salah satu pria berbicara dengan siapapun yang baru saja masuk tadi. Kemudian, Katya benar-benar memejamkan matanya ketika orang itu berdiri di hadapannya. Katya mendongak, seorang laki-laki yang perawakannya sedikit familiar bagi Katya.
"Di mana kamu simpan uang saya?" tanya laki-laki itu menatap Katya dengan tenang. Namun gadis itu bisa merasakan tatapan tajam yang tersembunyi dari bola mata indahnya ini.
Laki-laki itu menghela napas panjang, lalu pelan-pelan membuka kain yang menutupi mulut Katya. Ia kelihatan berusaha keras untuk bicara pada Katya. Sementara Katya tercengang kaget begitu mendengar laki-laki yang sepertinya bos dari mereka semua ini berbicara bahasa Indonesia.
"Di mana komplotan kamu, Amelia?"
"Sa... Saya bukan Amelia... Saya..."
"BOHONG!" bentak laki-laki itu hingga membuat Katya memejamkan matanya dan bergidik ngeri karena takut.
"Kamu sudah menipu saya, membawa kabur uang saya, dan sekarang bersikap seperti orang bodoh! Kamu pikir karena saya gak bisa bawa kasus ini ke kantor polisi, kamu bisa kabur begitu saja?"
Katya menelan salivanya susah payah. Ditengah ketakutan yang menekannya, Katya berusaha mencerna apa yang dimaksud orang asing ini. Apakah salah orang? Tapi kenapa bisa sampai salah orang? Mereka semua tidak kelihatan orang-orang bodoh.
"Jadi cepat kasih tahu saya di mana komplotan kamu. Kembalikan uang saya, dan kamu akan bebas. Atau saya gak akan bersikap baik lagi dengan kamu, Amelia."
"Saya bukan Amelia. Demi Tuhan saya bukan orang yang kamu ... bilang tadi. Saya Katya, nama saya Katya ... Putri. Kalian bisa lihat paspor saya," ucap Katya dengan suara bergetar.
"Paspor? Mana paspor kamu?"
Katya segera berbalik dan menatap ketiga laki-laki itu, ia bertanya menggunakan bahasa Inggris untuk menanyakan di mana tasnya. Namun mereka bertiga serentak diam sambil mengedikkan bahunya.
"Kami tak melihat ada tas di mana pun," ucap salah satu dari mereka sontak membuat Katya tercengang. Ia terdiam sejenak dan berpikir, jangan-jangan tasnya terjatuh di jalan tadi.
"Tas saya pasti jatuh waktu mereka menangkap saya!" tukas Katya mulai kesal dengan mereka semua yang seolah menjebaknya untuk tetap di sini.
Laki-laki itu mengangkat alisnya lalu tersenyum sinis. Ia menggelengkan kepalanya pelan lalu meraih wajah Katya agar menatapnya baik-baik.
"Kamu jangan main-main sama saya," bisik laki-laki itu penuh penekanan.
"Kamu bilang saya menipu kamu? Dan saya kabur. Kalau saya kabur, gak mungkin saya gak bawa tas sama sekali. Seharusnya kamu tanya kejelasannya sama anak buah kamu!" sahut Katya akhirnya mendapat keberaniannya.
Laki-laki itu terdiam sejenak, ia juga berpikir hal yang sama. Bahkan, ia baru mendengarkan setengah dari penjelasan para kaki tangannya ini.
"Kalau kamu bukan orang yang kita cari. Lalu kenapa kamu lari? Kamu hampir kabur menggunakan taxi kan?"
"Saya dikejar-kejar sama orang suruhan pacar saya. Dan lagi, apa kamu bodoh? Penipu macam apa yang kabur menggunakan taxi, lalu gagal semudah ini?" tukas Katya kesal.
Laki-laki itu kelihatan berusaha menahan dirinya untuk tak mengamuk. Ia menghela napas panjang, kemudian kembali menatap gadis itu lekat-lekat.
"Kamu, gak akan bisa kemana-mana sampai punya bukti kalau kamu bukan Amelia," ucap laki-laki itu sambil beranjak berdiri dan meminta orang-orangnya membawa Katya keluar dari ruangannya.
"Kamu gak perlu sekap saya! Kamu bisa cari data saya, Katya Putri Anggraini. Saya baru sampai ke Paris hari ini. Kalau kamu -" Katya kembali tak bisa melanjutkan kalimatnya ketika mereka menariknya keluar dan langsung menutup pintu ruangan.
"Cari tahu data penumpang pesawat penerbangan Indonesia - Paris selama dua hari ini. Pastikan ada penumpang bernama Katya Putri Anggraini," perintah laki-laki bernama Jevano itu menggunakan bahasa Prancis kepada sekretaris pribadinya melalui telepon. Ia menghela napas panjang kemudian duduk di kursinya dengan gelisah.
Seharusnya, besok ia sudah mengenalkan seorang wanita ke hadapan nenek dan kakeknya. Namun, perempuan bayaran yang sudah sejak satu bulan lalu ia tunggu-tunggu, malah kabur setelah ia membayar semua untuk jasanya nanti. Jika saja ia tak begitu mempercayakan orang-orang itu. Tidak, memang seharusnya ia mengurus semuanya sendiri sejak awal. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun hanya mengurus satu hotel, Jevano memiliki banyak rencana bagus untuk meningkatkan produktifitas hotelnya tahun ini. Semuanya begitu sempurna sampai portal gosip sialan asal Indonesia tiba-tiba mengaitkannya pesta pasangan sejenis di Paris bersama beberapa aktor yang terciduk. Tentu saja berita itu terdengar sampai kepada keluarga besarnya.
Nah, baru saja dipikirkan, Neneknya yang bernama Rosa ini sudah kembali meneleponnya untuk yang ketiga kali, oh atau empat kali. Jevano sampai tak ingat sudah berapa kali neneknya menelepon dalam satu hari ini.
Jevano menghela napas panjang untuk kesekian kalinya, ia beranjak dari kursi sambil mebawa ponsel bersamanya. Begitu ia berdiri di dekat dinding kacanya yang besar, Jevano mengangkat panggilan telepon itu. Setidaknya, melihat kelap-kelip lampu perkotaan dari ketinggian apartemen-nya, membuat Jevano sedikit tenang. Hanya sedikit.
"Kenapa kamu tiba-tiba membatalkan pertemuan, Jevan? Kamu seharusnya sudah tiba di Indonesia dengan calon istri kamu," ucap Rosa dengan suara lirihnya. Jevano merasa bersalah, tapi di sisi lain ia juga kesal karena memang itulah hal yang membuatnya seperti singa yang tak diberi makan selama seharian ini.
"Ada sedikit masalah, Nek."
"Jevan, kamu gak lagi menghindar kan? Kamu tahu kan kita sudah menunggu sejak satu bulan lalu. Jangan karena berita itu sudah gak muncul lagi, kami bisa tenang, Jevan. Nenek khawatir dengan kamu. Bahkan Kakek juga masih terbaring di rumah sakit, dia khawatir investor-investor perusahaan Om kamu semakin menyusut. Kamu sudah mengerti kan?"
"Ya, Jevan mengerti Nek. Kali ini Jevan juga gak sedang menghindar. Secepatnya Jevan akan mengenalkan Rachel pada kalian juga pada publik," ucap Jevano pelan.
"Iya, Nenek selalu percaya sama kamu, Jevan. Jaga diri kamu baik-baik, dan titipkan salam Nenek untuk Rachel."
"Iya, Nek." Sambungan telepon terputus, Jevano segera mengangkat panggilan lain yang masuk. Kali ini dari Martin, supir pribadinya sekaligus asisten pribadi. Martin berasal dari Indonesia, usianya juga sudah lima puluh tahun. Jevano terkesan dengan cara bekerja Martin sejak ia bekerja untuk mendiang orang tuanya. Sampai Jevano pun meminta Martin untuk ikut dengannya ke Paris ini.
"Ya, Martin. Apa kamu menemukan sesuatu?" tanya Jevano.
"Seperti dugaan kita, Pak. Amelia gak mungkin kembali ke Indonesia menggunakan pesawat karena terhalang paspor dan visa. Mereka pergi ke Indonesia menggunakan kapal. Saya terlambat menangkap mereka, tapi saya sudah mengirim lima orang untuk menyusul mereka," ucap Martin menjelaskan.
"Kamu yakin Amelia naik kapal itu?"
"Ya. Bosnya sudah mengkorfirmasi. Dia juga menawarkan perempuan lain jika Anda mau," ucap Martin.
"Enggak, sebelum uang saya kembali."
Jevano mengakhiri sambungan teleponnya, ia memejamkan matanya kuat-kuat menahan emosi yang terkumpul di kepalanya. Bagaimana bisa ia memberikan uangnya begitu saja kepada perempuan yang bahkan belum ia lihat wajahnya sama sekali? Kenapa juga semua orang suruhannya bisa sampai salah menangkap orang?
Belum habis kekesalan Jevano, ponselnya kembali berbunyi nada notifikasi pesan masuk. Ternyata Jean mengiriminya soft file mengenai daftar penumpang pesawat yang didalamnya terdapat nama gadis itu. Katya Putri Anggraini, penerbangan Indonesia - Prancis.
Jevano menahan napasnya dengan tangan yang terjatuh ke bawah, "Sial," gumamnya setelah menyadari kalau ia benar-benar telah salah menangkap orang. Semua kepanikan ini telah membuat otaknya berhenti berpikir jernih.
Katya diam termenung di atas tempat tidur empuk milik orang asing ini. Meskipun kedua tangannya tak diikat lagi, Katya enggan bergerak untuk mengganti bajunya. Meskipun mulutnya sudah tak lagi disumpal, ia enggan mencicipi segala hidangan yang memenuhi meja kamar itu.Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis. Meratapi semua yang telah terjadi padanya. Semua kesialannya sejak menginjakkan kaki di negeri orang. Entah apa yang lebih buruk dari ini. Apakah hidupnya akan selamat atau tidak.Pernikahan Bagas dengan perempuan lain saja sudah cukup memukul hatinya. Sekarang, ia malah terjebak di tempat asing ini. Apakah memang seharusnya ia menerima Bagas lagi? Meskipun ia harus menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Tidak, Katya lebih memilih mati dibunuh oleh orang-orang asing ini daripada menjadi perempuan simpanan Bagas. Ia memang hanyalah perempuan biasa yang hidup di panti asuhan, tapi apakah ia begitu rendah sampai seorang laki-laki hanya menjadikannya seorang wani
Berpura-pura menjadi istri orang asing ini? Gagasan macam apa itu? Katya benar-benar merasa dunianya porak-poranda. Bagaimana mungkin ia mendapatkan masalah bertubi-tubi? Selain fisik, perasaan serta pikirannya pun diaduk-aduk dalam rentang waktu dua hari."Oke, sebaiknya kita sarapan dulu. Baru bicarakan lebih lanjut-""Enggak. Saya akan langsung cari tas saya dan pergi ke KBRI.""Apa kamu yakin? Saya akan bantu kamu ..."Katya menggelengkan kepalanya, ia melepaskan sepatu yang semula dipakaikan oleh Jevano kemudian mengembalikannya lagi pada Jevano."Terima kasih atas tawarannya. Saya bisa urus diri saya sendiri," ucap Katya berusaha keras menahan air matanya. Jevano sempat tertegun melihat raut wajah Katya yang memprihatinkan dan ia refleks menahan tangan gadis itu. Sayangnya, refleks Katya juga yang membuat gadis itu melepaskan tangannya dari Jevano sesegera mungkin."Biar Martin anter kamu ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan tas kamu.""Oh, dan mengatakan kalau tas saya
"Basic-nya perusahaan laki-laki ini berkembang di Indonesia. Artinya, dia gak punya kedudukan yang kuat di Paris. Setidaknya sebelum dia menikah dengan perempuan bernama Sophia itu. Well, gue gak begitu kenal dia secara pribadi. Tapi selama kerjasama dengan Bagas Satya ini, dia terkenal control freak," jelas Kevin. Asisten CEO perusahaannya yang tinggal di Paris untuk membantu Jevano dalam menjalankan perusahaan. Kevin adalah laki-laki asal Indonesia keturunan Chinese yang sangat pandai. Dia sempat menjadi CEO di salah satu cabang hotel keluarganya. Maka dari itu, selain karena alasan persahabatan, Jevano memilih Kevin untuk membantunya mengurus perusahaan di sini. "Jadi, menurut gue, perempuan bernama Katya itu, adalah korban laki-laki bernama Bagas ini. Dan dia target yang sangat cocok untuk lo, Jev," ujar Kevin menyimpulkan setelah Jevano yang sudah ia anggap sebagai saudaranya ini menceritakan apa yang terjadi belakangan ini dan kenapa ia meminta Kevin menceritakan tentang seora
Pada dasarnya setiap manusia selalu memiliki pilihan dalam hidupnya. Begitu juga dengan Katya. Tapi untuk saat ini, baginya, hanya ada dua. Kembali pada Bagas untuk menjadi wanita simpanan, atau menerima tawaran untuk menjadi istri pura-pura Jevano.Keduanya sangat menyulitkan Katya tentunya. Tapi tujuannya sama, sebisa mungkin Katya tak pulang ke Indonesia dengan kabar buruk untuk Ibu Eveline. Ia tak ingin tiba-tiba pulang ke Indonesia membawa kabar buruk. Ditipu oleh Bagas dan luntang-lantung di jalanan kota Paris sampai ada orang yang membantunya pulang.Dan dari kedua pilihan itu, akhirnya Katya memilih untuk berada di sini. Di ruangan Jevano, duduk berhadapan dengan laki-laki itu."Silakan kamu baca aja kontraknya. Ada beberapa peraturan yang perlu kamu pahami. Kalau ada yang kamu rasa perlu dikoreksi, bilang aja," ucap Jevano setelah memberikan sebuah map kepada Katya yang berisi kontrak mereka."Kita akan bicarakan, sampai ketemu titik tengahnya. Yang penting, hak dan kewajiban
Hari ini Katya merasa dirinya dirombak habis oleh orang-orang Jevano. Rambutnya ditata rapi dengan dipotong di bagian-bagian diperlukan, diberi vitamin, dan dicatok.Seorang penata rias mengajarkan Katya untuk merias wajahnya sendiri secara elegan. Lemarinya telah dipenuhi dress, ia kembali melalui perawatan tubuh, kuku, dan gigi.Martin perlu menegaskan pada Katya untuk lebih banyak menggunakan dress selama keluarga Jevano ada di sini.Memakai dress dan high heels bukan hal baru bagi Katya. Tapi yang menjadi masalah, Katya selalu merasa tak percaya diri. Dan ia juga tak terbiasa menggunakan dress untuk keseharian begini.Martin juga memberitahu Katya kalau namanya adalah Rachel Amanda. Seorang designer. Astaga, Katya sampai harus mempelajari dasar-dasar tugas seorang designer."Katya?" panggil seorang perempuan menghampiri Katya yang sedang melihat-lihat baju di sebuah butik bernama La'Amour.Katya tertegun melihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi proposional yang menyapanya den
Meja makan berbentuk oval dari marmer ini kini dipenuhi oleh hidangan khas Eropa. Dan untungnya, meskipun Katya tak kuliah, pekerjaannya sebagai pelayan tamu-tamu orang kayanya itu membuatnya tak asing dengan situasi mewah ini. Bedanya, dulu ia yang menyajikan makanan, tapi hari ini ia yang duduk manis sambil menerima pelayanan.Katya tersenyum kepada Rosaline, perempuan paruh baya yang pertama kali menyapanya dengan hangat. Ia perempuan yang cantik, sangat sopan, dan memiliki tutur bahasa yang lembut sehingga Katya sedikit ragu apakah orang-orang tua ini akan membicarakan tentang hubungan intim kepadanya? Katya jadi semakin yakin kalau itu semua hanyalah gurauan yang dibuat Kevin. Sementara Pramono Utama, kakek dari Jevano kelihatan lebih tegas dan agak jutek menurut Katya. Hampir sebagian waktu makan malam mereka dihabiskan dengan pembicaraan Pramono dan Jevano seputar perkembangan perusahaan di sini. Dan kalau Katya tak salah tanggap, Pramono sempat menyindir Jevano untuk segera m
Katya tak pernah menyangka akan dihadapkan pada situasi seperti ini. Dan entah kenapa begitu melihat Bagaskara lagi, kedua matanya perih, ada perasaan sesak di dadanya. Jevano awalnya ragu dengan laki-laki yang berdiri beberapa meter dari mereka ini. Tapi karena Katya tiba-tiba berhenti melangkah dengan raut wajah kaget dan memerah, Jevano jadi tahu kalau laki-laki itu tak lain adalah Bagas.Jevano menahan napasnya, ia melepaskan pegangannya pada tangan Katya ketika laki-laki itu berjalan menghampiri mereka lalu tanpa aba-aba menarik tangan Katya untuk berada di sisinya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Bagas pada Katya yang masih menatap Jevano berharap laki-laki itu mengerti untuk membantunya pergi. Tapi apa mau dikata, Jevano kembali teralihkan dengan dering ponselnya yang menandakan laki-laki itu memiliki urusan lain yang lebih penting."Pastikan nanti kamu pulang dengan Martin," bisik Jevano tepat di telinga Katya."Hey, kamu siapa?" tanya Bagas menggunakan bahasa Prancis sambil
Bagaskara memelankan laju mobilnya di belakang mobil yang dinaiki oleh Katya dan seorang laki-laki yang asing baginya. Karena terlalu fokus membujuk wanita yang sangat dicintainya itu, Bagas sampai lupa menanyakan siapa laki-laki itu? Sambil mengikuti mobil tersebut, Bagas terus menerka-nerka. Laki-laki itu memiliki mobil sport keluaran terbaru, memiliki beberapa bodyguard, Bagas yakin laki-laki itu bukanlah orang sembarangan. Bahkan, ia sampai berpikir kalau mungkin saja Katya sedang diculik saat hilang kemarin dan diancam macam-macam termasuk menghindar darinya. Jika memang benar, tentu saja Bagas tak akan tinggal diam. "Hallo, Alex. Cari tahu siapa laki-laki yang tadi membawa Katya ke dalam mobilnya. Saya ingin informasinya malam ini juga," ucap Bagas menyuruh asistennya. Ia memutuskan untuk berhenti membuntuti mobil mereka ketika mobilnya dikepung oleh beberapa mobil sedan lainnya yang ia duga merupakan mobil para bodyguard laki-laki tadi.***Mobil sport warna hitam milik Jevan