Hari ini Katya merasa dirinya dirombak habis oleh orang-orang Jevano. Rambutnya ditata rapi dengan dipotong di bagian-bagian diperlukan, diberi vitamin, dan dicatok.
Seorang penata rias mengajarkan Katya untuk merias wajahnya sendiri secara elegan. Lemarinya telah dipenuhi dress, ia kembali melalui perawatan tubuh, kuku, dan gigi.Martin perlu menegaskan pada Katya untuk lebih banyak menggunakan dress selama keluarga Jevano ada di sini.Memakai dress dan high heels bukan hal baru bagi Katya. Tapi yang menjadi masalah, Katya selalu merasa tak percaya diri. Dan ia juga tak terbiasa menggunakan dress untuk keseharian begini.Martin juga memberitahu Katya kalau namanya adalah Rachel Amanda. Seorang designer. Astaga, Katya sampai harus mempelajari dasar-dasar tugas seorang designer."Katya?" panggil seorang perempuan menghampiri Katya yang sedang melihat-lihat baju di sebuah butik bernama La'Amour.Katya tertegun melihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi proposional yang menyapanya dengan ramah ini."Ya?""Hai, udah lama di sini?" tanya perempuan itu segera memberikan memeluk Katya sebagai bentuk sapaannya.Katya belum menjawab, ia hanya tersenyum berusaha menutupi kebingungannya. Martin memang menyuruhnya menunggu seseorang di butik ini. Tapi dia tak memberitahu nama orang tersebut. Dan Katya yakin perempuan inilah yang dimaksud."Oh, excuse moi. Aku lupa ngenalin diri. Well, Kat, aku Sesyl Larasati. Aku manager butik ini. Dan, kebetulan aku kenal cukup dekat dengan Jevano.""Hai," sapa Katya tersenyum begitu perempuan cantik ini memperkenalkan namanya."Ya, aku orang Indonesia. Aku dan Jevano kenal di Bali. Waktu itu aku jadi mak comblang nya Jevan sama ..." Sesyl segera menghentikan kalimatnya. Ia mengatupkan bibir kemudian tertawa sambil menghela napas pelan-pelan."Oke, gak penting. Jadi, kamu tahu kan, Jevan minta tolong aku untuk bantu kamu di sini. Karena sesuai rencana dia, kamu akan jadi designer di butik ini.""Ya, dia bilang aku harus mempelajari beberapa hal tentang profesi ini dan juga butik ini," jawab Katya berusaha untuk tertawa meskipun dirinya tak yakin akan hal itu.Sisyl tersenyum lebar seolah tak sabar untuk membantu Katya."So ... Are you ready?"Katya menoleh sejenak kepada Sisyl sambil menahan napasnya. Kemudian ia mengalihkan pandangan ke sekitar butik sambil mengangguk dan mengeluarkan napasnya pelan-pelan."Ya ... Kita mulai aja."Sama halnya dengan Jevano, kali ini Katya ikut merutuki si penipu yang kabur membawa uang laki-laki itu.Bukan hanya membuatnya terseret pada perjanjian ini. Tapi penipu itu juga sudah memaksa Katya mempelajari semua ini dalam waktu singkat. Seandainya penipu itu tidak kabur mendadak, ia pasti tak perlu melakukan hal ini.Menghapal materi, mendalami peran, menyiapkan mental, bahkan berusaha mengubah sikapnya yang sedikit liar menjadi lebih elegan. Baru kali ini Katya harus menjadi orang lain. Untungnya, Jevano bilang hanya selama kakek dan neneknya di sini saja.Katya penasaran, setelah kakek dan nenek Jevano kembali ke Indonesia, apa yang harus ia lakukan? Apakah artinya ia sudah bebas? Hanya menunggu waktu kontrak telah berakhir?"Kamu harus terbiasa duduk dengan saya, bicara dengan saya, dan makan dengan saya, Kat."Katya tersadar dari pikirannya, dan ia hampir lupa kalau dirinya saat ini sedang makan malam berdua dengan Jevano."Apa orang-orang akan percaya dengan kita, kalau kamu masih merasa tegang duduk sama saya," ucap Jevano lagi."Apa saya akan santai jika duduk di tengah-tengah meja makan besar begini tanpa adanya pembicaraan?"Jevano mengangkat alisnya. Sekarang ia paham perempuan seperti apa Katya ini. Katya baru akan bicara kalau ada yang lebih dulu mengajaknya bicara."Kamu pernah meminjam ponsel Martin. Apa kamu menghubungi keluarga kamu?" tanya Jevano mulai membuka pembicaraan sementara pelayan rumahnya membereskan piring-piring kosong untuk segera menggantinya dengan jamuan makanan penutup."Ya. Keluarga saya ...""Tapi bukannya kamu ... Tinggal di panti asuhan?" tanya Jevano seketika menarik perhatian Katya. Ia sedikit terkejut. Hanya sedikit, karena Katya segera menyadari kemampuan seorang Jevano yang bisa mencari tahu tentang data dirinya dengan mudah."Ibu panti, dan anak-anak di sana adalah keluarga saya," jawab Katya pelan.Tadinya, Jevano memiliki berbagai pertanyaan yang akan membuat Katya terus mengobrol dengannya. Tapi mendengar jawaban Katya barusan, membuat Jevano tertegun sebentar. Sekali lagi ia merasa ragu, apakah dirinya akan memanfaatkan wanita polos seperti Katya ini? Wanita yang sudah jelas wanita baik-baik.Tapi hanya wanita baik seperti ini yang akan mudah ia manfaatkan dibanding wanita liar seperti Amelia yang malah kabur membawa uangnya."Apa Rachel seseorang yang pernah ada di hidup kamu, sampai kamu meminta saya memakai identitas dia?" tanya Katya. Kali ini nada suaranya terdengar lebih tenang seolah menunjukkan sedikit empatinya pada Jevano."Bukan. Rachel hanya... Karakter yang saya buat untuk menenangkan mereka dari banjiran gosip-gosip itu," jawab Jevano."Apa saingan bisnis kamu yang melakukan? Mereka sengaja mengirim jurnalis-jurnalis itu ke Paris, mengintai kamu dan menyebarkan berita bohong itu?"Jevano melirik ke arah Katya sambil tertawa. Ia menaruh garpu dessert-nya di piring dan menaruh perhatiannya kepada Katya."Selain pintar bahasa Inggris, ternyata Mattew Hotel juga memiliki alasan lain menerima kamu sebagai karyawannya. Kamu sangat pintar dan cepat tanggap, Kat."Katya merasa senang dipuji. Apalagi sepengetahuannya selama beberapa hari ini mengenal Jevano, ia bukanlah tipe orang yang mudah basa-basi dengan memuji orang lain.Tapi Katya segera membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman sambil menaruh garpunya juga dan membalas tatapan Jevano."Saya penasaran, sejauh mana kamu tahu data diri saya?" tanya Katya.Jevano masih menatap Katya sambil mengerutkan keningnya. Kemudian ia berucap pelan."Je veux en savoir plus sur toi¹...""Apa?" tanya Katya yang tak mengerti bahasa Prancis."Saya hanya tahu sebatas itu. Hal-hal yang umum. Saya gak akan mencampuri privasi kamu," jawab Jevano kembali menaruh perhatian pada pai apel di hadapannya."Apa kita perlu mengundang ibu panti kamu ke acara pernikahan?""Apa kamu becanda?" tukas Katya memutar matanya ke arah Jevano. Laki-laki itu sampai hampir tersedak melihat reaksi Katya yang kelihatan begitu berani dengannya."Itu ... Perilaku kasar, Katya. Memutar mata kamu.""Memang.""Dan kamu tetap melakukannya. Apa kamu gak takut sama saya?""Awalnya, ya. Tapi saya gak akan pernah lupa, kamu pernah membentak saya dan gara-gara orang suruhan kamu, saya kehilangan tas.""Kamu orang yang cukup pendendam ternyata," sahut Jevano yang terdengar seperti nada meledek bagi Katya. Anehnya, saat itu Katya nyaris tertawa. Tapi yang muncul hanyalah senyum lebar di wajahnya.Setelah percakapan singkat itu, tak ada lagi yang bicara. Jevano sibuk bertelepon dengan seseorang sementara Katya memilih untuk segera kembali ke kamarnya.Ia sudah melalui hari yang sangat melelahkan baik fisik maupun batin. Katya menghela napas panjang. Ia butuh mengobrol dengan Gita sehingga ia memutuskan untuk menelepon Gita.Satu kali, dua kali, sampai akhirnya yang ketiga kali panggilan Katya diangkat oleh Gita."Ini siapa ya?" Suara Gita terdengar lemah, seperti seseorang yang baru saja bangun tidur. Katya melirik jam kecil di mejanya yang menunjukkan pukul 08:00 malam. Artinya di Indonesia saat ini pukul 02:00 dini hari. Astaga, Katya melupakan hal itu."Git... Ini gue, Katya. Sorry ya ganggu lo tidur...""Eh? Katya? Sebentar... Ini... Lo pake nomor lain lagi?" tanya Gita terdengar terbata-bata. Katya bisa merasakan pergerakan Gita yang terdengar sedikit rusuh beranjak dari tempat tidurnya."Ini nomor gue yang baru. Yang kemarin itu ... Nomor orang lain gue pinjem," ucap Katya terkekeh pelan."Astaga, lo nih. Ya udah gue hapus yang kemarin, terus gue simpen nomor lo yang ini. Eh iya, tadi siang, gue kaget banget dapet telepon dari Bagas."Senyum Katya seketika luntur. Padahal, tadinya ia ingin mengobrol biasa dengan Gita untuk mengalihkan pikirannya dari semua masalah ini."Bagas?" tanya Katya lemah."Iya. Sumpah, ini pertama kalinya itu tuan muda telepon gue. Anehnya, masa dia nyariin lo. Nanyain lo ada sama gue atau enggak. Ya gue bilang aja kan lo masih di Paris. Bukannya kalian barengan? Terus dia langsung tutup telepon. Ih malesin banget kan?""Ya ampun," gumam Katya berusaha terkekeh. Ia tak tahu harus menanggapi apalagi ucapan Gita barusan."Sebenernya kalian kenapa sih? Berantem ya? Kok bisa Bagas sampe nyariin lo ke gue?" tanya Gita bingung."Iya, gue... Gue emang lagi sedikit berantem sama Bagas. Tapi lo tenang aja, udah beres kok. Kita udah baikan lagi," jawab Katya dengan cepat."Lo serius? Kat, lo kalau ada apa-apa bilang dong sama gue. Masalahnya kan lo sekarang lagi di negara orang. Jauh ... Banget dari gue sama Ibu. Gue aja ga cerita soal Bagas tadi ke Ibu, karena takutnya dia khawatir banget sama lo.""Iya, Git. Makasih ya lo gak bilangin masalah ini ke Ibu. Gue udah baik-baik aja kok," jawab Katya berusaha tenang."Terus ... Gimana soal rencana pernikahan kalian? Udah ditentuin tanggalnya kan? Nanti mau diadain di sana atau di Indonesia?""Itu ..." Katya menggigit bibirnya. Bagaimana ia memberi alasan kali ini. Seandainya saja pernikahannya dengan Bagas jadi dilaksanakan.***"Dia cukup serius, Jev. Dia belajar dengan baik, penurut, dan ramah. Menurut aku, cocok banget sama karakter Rachel," ucap Sesyl saat dirinya berada dalam pertemuan dengan Jevano, Kevin, dan Katya.Seharusnya Katya sudah ada di ruangan ini sebelum mereka menghampiri keluarga Jevano yang sedang bersiap-siap di ruang keluarga."Ya, gue juga udah bilang sama Jevano. Perempuan kaya Katya, cocok banget buat dimanfaatin-"Kevin menghentikan kalimatnya ketika Jevano menyikut lengannya, pertanda ia harus berhenti bicara karena Katya sedang berjalan menghampiri mereka."Hai, Kat. Kamu cantik banget," puji Sesyl tersenyum sambil menyambut perempuan itu yang kelihatan masih ragu-ragu untuk berkumpul dengan mereka."Nah, kalau begini kamu kelihatan benar-benar seperti designer hebat, Kat," puji Kevin tersenyum ke arah Katya yang kini duduk di sebelah Sesyl."Oke, jadi ... Apa ada yang gak boleh saya katakan di depan mereka nanti?" tanya Katya berusaha tenang."Gak ada, Kat. Gak perlu tertekan, saya yakin kamu bisa menangani situasi ini."Katya menoleh ke arah Jevano yang ternyata sedang memperhatikannya juga. Ia cukup tersanjung dengan kalimat percaya Jevano padanya."Asal, jangan bicarakan soal kehidupan sex kalian, meskipun mereka mungkin akan penasaran," ledek Kevin membuat Sesyl tertawa sambil melemparkan tatapan seolah protes."Penasaran? Maksudnya mereka akan penasaran?" tanya Katya yang ternyata menganggap serius ucapan Kevin. Dan kepolosan Katya itu malah semakin membuat Kevin ingin mengerjainya."Ya berapa kali, dan apa aja yang dilakukan. Oh atau mungkin, kamu sudah mengandung sekarang," ucap Kevin meledek."Kevin," tegur Jevano tak tega melihat wajah Katya yang tak nyaman. Perempuan itu kelihatan kikuk sambil mengambil air mineralnya."Kat-" Kali ini kalimat Kevin terhenti ketika seorang pelayan menghampiri mereka untuk memberitahu kalau Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu di ruang makan."Kami akan di sini," ucap Kevin sementara Sesyl sedang memberi semangat pada Katya yang beranjak dari duduknya lebih dulu."Kenapa?" tanya Jevano begitu berjalan beriringan dengan Katya yang masih kelihatan gelisah."Gak apa-apa," jawab Katya tepat satu menit sebelum Jevano menariknya ke sisi lorong rumah sebelum masuk ke ruang makan. Jevano mengasingkan diri bersama Katya. Ia memperhatikan perempuan itu lekat-lekat."Apa karena ucapannya Kevin?"Katya tak langsung menjawab. Ia kelihatan jelas sedang berusaha mengatur kalimatnya.Sementara Jevano salah mengartikan. Ia menahan napasnya sambil melirik ke arah perut Katya."Kamu sedang hamil?""Apa?""Itu alasannya kamu pergi ke Paris menyusul mantan pacar kamu?""Enggak. Siapa yang hamil?" sergah Katya dengan cepat. Sementara Jevano masih memperhatikannya mencoba menebak."Saya panik bukan karena saya hamil. Tapi karena ucapan Kevin. Gimana kalau mereka benar-benar menanyakan soal hubungan intim? Mungkin enggak di depan kamu, tapi kalau Nenek kamu mendekati saya dan nanya-nanya?""Kamu tinggal mengarangnya.""Asal kamu tahu, saya gak pandai berimprovisasi dalam kebohongan," tukas Katya kesal."Ya udah kamu tinggal bicarakan hubungan intim kamu sama pacar kamu dulu. Sama aja kan? Kamu tinggal mengubahnya seolah-olah sama saya. Beres."Katya menahan napasnya sambil berusaha menelan salivanya sambil melemparkan pandangannya ke arah lain. Hal itu membuat Jevano bingung bukan main. Apa ia baru saja merusak mood perempuan ini? Kenapa?Tunggu, Katya berasal dari panti asuhan. Dan reaksinya sangat gelisah apakah artinya ..."Apa kamu belum pernah melakukannya? Bahkan dengan pacar kamu?" tanya Jevano meskipun berusaha hati-hati tetap rasa penasaran membuatnya terdengar sedikit mendesak."Apa kamu masih perawan?" tanya Jevano refleks dengan raut wajah tak percaya menatap Katya yang hanya diam tak bisa menjawab. Atau tak mau menjawab."Kasih tahu saya aja, tepatnya apa yang perlu saya jelaskan, Jevano."Jevano masih terdiam membeku menatap Katya. Meskipun perempuan ini tak menjawab, Jevano sudah tahu jawaban dari pertanyaannya. Tapi, bagaimana bisa perempuan ini belum pernah melakukan ini?"Udahlah, gak perlu dibahas.""Mereka ... Mereka mungkin bertanya untuk memastikan kalau saya benar-benar normal, Kat. Kalau mereka bertanya ... Kamu bisa jawab ..." Jevano menghela napas panjang kemudian mulai merangkul pinggang Katya bersamanya."Dua kali dalam satu hari. Pagi dan malam," bisik Jevano seketika membuat Katya terbelalak kaget dan menoleh ke arah Jevano yang tiba-tiba kelihatan sangat amat kaku.[ 1: Saya ingin tahu kamu lebih banyak]Meja makan berbentuk oval dari marmer ini kini dipenuhi oleh hidangan khas Eropa. Dan untungnya, meskipun Katya tak kuliah, pekerjaannya sebagai pelayan tamu-tamu orang kayanya itu membuatnya tak asing dengan situasi mewah ini. Bedanya, dulu ia yang menyajikan makanan, tapi hari ini ia yang duduk manis sambil menerima pelayanan.Katya tersenyum kepada Rosaline, perempuan paruh baya yang pertama kali menyapanya dengan hangat. Ia perempuan yang cantik, sangat sopan, dan memiliki tutur bahasa yang lembut sehingga Katya sedikit ragu apakah orang-orang tua ini akan membicarakan tentang hubungan intim kepadanya? Katya jadi semakin yakin kalau itu semua hanyalah gurauan yang dibuat Kevin. Sementara Pramono Utama, kakek dari Jevano kelihatan lebih tegas dan agak jutek menurut Katya. Hampir sebagian waktu makan malam mereka dihabiskan dengan pembicaraan Pramono dan Jevano seputar perkembangan perusahaan di sini. Dan kalau Katya tak salah tanggap, Pramono sempat menyindir Jevano untuk segera m
Katya tak pernah menyangka akan dihadapkan pada situasi seperti ini. Dan entah kenapa begitu melihat Bagaskara lagi, kedua matanya perih, ada perasaan sesak di dadanya. Jevano awalnya ragu dengan laki-laki yang berdiri beberapa meter dari mereka ini. Tapi karena Katya tiba-tiba berhenti melangkah dengan raut wajah kaget dan memerah, Jevano jadi tahu kalau laki-laki itu tak lain adalah Bagas.Jevano menahan napasnya, ia melepaskan pegangannya pada tangan Katya ketika laki-laki itu berjalan menghampiri mereka lalu tanpa aba-aba menarik tangan Katya untuk berada di sisinya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Bagas pada Katya yang masih menatap Jevano berharap laki-laki itu mengerti untuk membantunya pergi. Tapi apa mau dikata, Jevano kembali teralihkan dengan dering ponselnya yang menandakan laki-laki itu memiliki urusan lain yang lebih penting."Pastikan nanti kamu pulang dengan Martin," bisik Jevano tepat di telinga Katya."Hey, kamu siapa?" tanya Bagas menggunakan bahasa Prancis sambil
Bagaskara memelankan laju mobilnya di belakang mobil yang dinaiki oleh Katya dan seorang laki-laki yang asing baginya. Karena terlalu fokus membujuk wanita yang sangat dicintainya itu, Bagas sampai lupa menanyakan siapa laki-laki itu? Sambil mengikuti mobil tersebut, Bagas terus menerka-nerka. Laki-laki itu memiliki mobil sport keluaran terbaru, memiliki beberapa bodyguard, Bagas yakin laki-laki itu bukanlah orang sembarangan. Bahkan, ia sampai berpikir kalau mungkin saja Katya sedang diculik saat hilang kemarin dan diancam macam-macam termasuk menghindar darinya. Jika memang benar, tentu saja Bagas tak akan tinggal diam. "Hallo, Alex. Cari tahu siapa laki-laki yang tadi membawa Katya ke dalam mobilnya. Saya ingin informasinya malam ini juga," ucap Bagas menyuruh asistennya. Ia memutuskan untuk berhenti membuntuti mobil mereka ketika mobilnya dikepung oleh beberapa mobil sedan lainnya yang ia duga merupakan mobil para bodyguard laki-laki tadi.***Mobil sport warna hitam milik Jevan
Seperti rencana Jevano, pernikahan di gelar di sebuah gereja yang sudah ditentukan. Setidaknya ada tiga orang yang membantu Katya merias dirinya. Semua orang itu mengenal Katya sebagai Rachel Amanda. Kecuali Kevin dan Sesyl. Untuk semakin meyakinkan mereka semua, Jevano menyuruh Sesyl mengaku sebagai saudara sepupu Rachel yang akan mendampingi Rachel selama pernikahan. Jevano juga membayar beberapa orang untuk menjadi teman-teman Rachel yang hadir di pernikahan tersebut. Karena tamunya juga akan lebih banyak kolega-kolega bisnisnya di Indonesia, Jevano tak terlalu khawatir. Toh, kebanyakan dari pengusaha-pengusaha itu tak akan terlalu mencurgainya. Yang terpenting adalah, mereka semua tahu dan melihat secara langsung bahwa Jevano adalah pria normal yang baru saja melangsungkan pernikahan. Penanganan riasan Jevano kenyataannya lebih mudah dan sebentar dibanding Katya. Sehingga Jevano masih bisa bolak-balik menemui beberapa koleganya sebelum upacara pernikahan. Sementara Katya, masih
Aula Amour Hotel terletak di lantai 14. Katya berjalan ke arah ruangan khusus yang digunakan sebagai ruang rias untuk mengganti bajunya. Begitu juga dengan Jevano yang sudah lebih dulu berada di ruang ganti. Sebenarnya Katya sudah merasa sangat percaya diri untuk masuk dan berganti pakaian menjadi baju kebaya. Toh, ia hanya perlu menyelesaikan acara hari ini dan kembali ke kamarnya sendiri.Tapi sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti, Leanna merasakan suara-suara ribut dan seperti ada sedikit perdebatan di dalam. Katya tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka ributkan, tapi ia tahu di dalam ada Rosa yang sedang marah-marah sementara suara Jevano kedengaran sedang menelepon seseorang. "Rachel," panggil Sesyl yang baru saja keluar dari ruang ganti dan menahan Katya untuk masuk. Ia malah menggiring Katya menjauh dari ruang ganti."Kenapa? Ada masalah?" tanya Katya pelan.Sesyl kelihatan pucat, ia menghela napas pelan kemudian menatap Katya dengan raut wajah serius."Kayanya kamu a
"I swear to God, she is annoying." Katya berdesis kesal sambil mengambil minuman di stand minuman bersama Sesyl yang berhasil 'menculik'nya dari kumpulan keluarga Jevano dengan alasan ada teman mereka yang ingin bertemu."Itu alasannya kenapa Jevano memberikan kode sama aku untuk membawa kamu, Kat. Karena Jevano tahu, dia gak akan bisa membawa kamu pergi gitu aja dari tengah-tengah keluarganya.""Ya, untung kamu jadi saudara aku di sini. Kalau enggak, pasti aku udah gila ngadepin orang-orang kaya itu," jawab Katya lalu meminum minumannya untuk setidaknya meredakan sedikit rasa dongkolnya. "Ya udahlah, Kat. Di dalam satu keluarga kan emang ada aja yang begitu," jawab Sesyl ikut mengambil minum."Iya, ngerti. Tapi ini pertemuan pertama kita lho. Kamu gak lihat aja, dari awal dia lihat aku, tatapannya ngerendahin banget. Seumur hidup aku gak pernah ditatap kaya begitu. Terus Om nya juga gak ada empati banget. Masa iya dia nyindir Jevano soal gosip itu? Padahal kan jelas-jelas mereka nge
"Bagas!" marah Katya sambil mendorong Bagas sekuat tenaganya hingga tangannya terlepas dari cengkeraman Bagas."Kat..." Bagas menatap Katya tak percaya. Perempuan yang selama ini ia anggap perempuan penurut dan tak pernah berbuat kasar, bisa sampai mendorongnya begini."Aku bener-bener gak ngerti ya sama kamu, Kat. Jadi ini kamu yang sebenernya? Perempuan kasar yang menipu laki-laki kaya? Kamu menolak tinggal sama aku karena kamu bukan jadi wanita yang pertama, kan?"Katya menahan napasnya, ia melangkah mundur hendak pergi."Kamu gak bisa pergi sebelum selesaikan masalah dulu sama aku-"Katya refleks mendaratkan sebuah tamparan di pipi Bagas begitu laki-laki itu menarik tangannya untuk kembali menghadapnya."Masalah kita udah selesai sejak kamu menikah dengan orang lain, Bagas. Belum puas kamu nyakitin aku? Kasih aku banyak harapan. bikin aku merasa sangat buruk karena selama ini aku adalah seorang selingkuhan. Kamu tahu? Aku bahkan gak sudi lagi lihat laki-laki pengecut kaya kamu!" T
"Kamu pikir Jevano adalah laki-laki yang sempurna. Dia orang yang akan meredupkan cahaya dari gadis polos seperti kamu.Dia memiliki banyak misteri."Sepanjang langkah Katya menuju kamar yang dipesankan oleh Jevano, perempuan itu terus berpikir apa yang dimaksud pesan itu. Siapa orang yang telah mengirimkannya? Dan kenapa harus mengatakannya?Katya menempelkan kertu masuk kamar yang telah ia temukan, lalu berjalan masuk ke kamar. Ia membuka sepatu heels setinggi 7 cm yang sejak tadi membuat kakinya pegal. Kemudian ia bergerak duduk di atas sofa.Ketika ia kembali meraih ponselnya untuk melihat pesan tadi, perhatiannya lebih dulu teralihkan pada pesan masuk dari Jevano yang baru saja masuk beberapa menit lalu.Kat, saya ada di apartemen. Kamu udah di kamar? Di seberang kamar kamu ada Martin, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan kasih tahu dia.Sebelum membalas pesan itu, Katya jadi berpikir, apakah ia perlu memberitahu Jevano mengenai pesan ini? Katya merasa sangat tak tenang. Dan se