Seperti rencana Jevano, pernikahan di gelar di sebuah gereja yang sudah ditentukan. Setidaknya ada tiga orang yang membantu Katya merias dirinya. Semua orang itu mengenal Katya sebagai Rachel Amanda. Kecuali Kevin dan Sesyl. Untuk semakin meyakinkan mereka semua, Jevano menyuruh Sesyl mengaku sebagai saudara sepupu Rachel yang akan mendampingi Rachel selama pernikahan. Jevano juga membayar beberapa orang untuk menjadi teman-teman Rachel yang hadir di pernikahan tersebut. Karena tamunya juga akan lebih banyak kolega-kolega bisnisnya di Indonesia, Jevano tak terlalu khawatir. Toh, kebanyakan dari pengusaha-pengusaha itu tak akan terlalu mencurgainya. Yang terpenting adalah, mereka semua tahu dan melihat secara langsung bahwa Jevano adalah pria normal yang baru saja melangsungkan pernikahan. Penanganan riasan Jevano kenyataannya lebih mudah dan sebentar dibanding Katya. Sehingga Jevano masih bisa bolak-balik menemui beberapa koleganya sebelum upacara pernikahan. Sementara Katya, masih
Aula Amour Hotel terletak di lantai 14. Katya berjalan ke arah ruangan khusus yang digunakan sebagai ruang rias untuk mengganti bajunya. Begitu juga dengan Jevano yang sudah lebih dulu berada di ruang ganti. Sebenarnya Katya sudah merasa sangat percaya diri untuk masuk dan berganti pakaian menjadi baju kebaya. Toh, ia hanya perlu menyelesaikan acara hari ini dan kembali ke kamarnya sendiri.Tapi sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti, Leanna merasakan suara-suara ribut dan seperti ada sedikit perdebatan di dalam. Katya tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka ributkan, tapi ia tahu di dalam ada Rosa yang sedang marah-marah sementara suara Jevano kedengaran sedang menelepon seseorang. "Rachel," panggil Sesyl yang baru saja keluar dari ruang ganti dan menahan Katya untuk masuk. Ia malah menggiring Katya menjauh dari ruang ganti."Kenapa? Ada masalah?" tanya Katya pelan.Sesyl kelihatan pucat, ia menghela napas pelan kemudian menatap Katya dengan raut wajah serius."Kayanya kamu a
"I swear to God, she is annoying." Katya berdesis kesal sambil mengambil minuman di stand minuman bersama Sesyl yang berhasil 'menculik'nya dari kumpulan keluarga Jevano dengan alasan ada teman mereka yang ingin bertemu."Itu alasannya kenapa Jevano memberikan kode sama aku untuk membawa kamu, Kat. Karena Jevano tahu, dia gak akan bisa membawa kamu pergi gitu aja dari tengah-tengah keluarganya.""Ya, untung kamu jadi saudara aku di sini. Kalau enggak, pasti aku udah gila ngadepin orang-orang kaya itu," jawab Katya lalu meminum minumannya untuk setidaknya meredakan sedikit rasa dongkolnya. "Ya udahlah, Kat. Di dalam satu keluarga kan emang ada aja yang begitu," jawab Sesyl ikut mengambil minum."Iya, ngerti. Tapi ini pertemuan pertama kita lho. Kamu gak lihat aja, dari awal dia lihat aku, tatapannya ngerendahin banget. Seumur hidup aku gak pernah ditatap kaya begitu. Terus Om nya juga gak ada empati banget. Masa iya dia nyindir Jevano soal gosip itu? Padahal kan jelas-jelas mereka nge
"Bagas!" marah Katya sambil mendorong Bagas sekuat tenaganya hingga tangannya terlepas dari cengkeraman Bagas."Kat..." Bagas menatap Katya tak percaya. Perempuan yang selama ini ia anggap perempuan penurut dan tak pernah berbuat kasar, bisa sampai mendorongnya begini."Aku bener-bener gak ngerti ya sama kamu, Kat. Jadi ini kamu yang sebenernya? Perempuan kasar yang menipu laki-laki kaya? Kamu menolak tinggal sama aku karena kamu bukan jadi wanita yang pertama, kan?"Katya menahan napasnya, ia melangkah mundur hendak pergi."Kamu gak bisa pergi sebelum selesaikan masalah dulu sama aku-"Katya refleks mendaratkan sebuah tamparan di pipi Bagas begitu laki-laki itu menarik tangannya untuk kembali menghadapnya."Masalah kita udah selesai sejak kamu menikah dengan orang lain, Bagas. Belum puas kamu nyakitin aku? Kasih aku banyak harapan. bikin aku merasa sangat buruk karena selama ini aku adalah seorang selingkuhan. Kamu tahu? Aku bahkan gak sudi lagi lihat laki-laki pengecut kaya kamu!" T
"Kamu pikir Jevano adalah laki-laki yang sempurna. Dia orang yang akan meredupkan cahaya dari gadis polos seperti kamu.Dia memiliki banyak misteri."Sepanjang langkah Katya menuju kamar yang dipesankan oleh Jevano, perempuan itu terus berpikir apa yang dimaksud pesan itu. Siapa orang yang telah mengirimkannya? Dan kenapa harus mengatakannya?Katya menempelkan kertu masuk kamar yang telah ia temukan, lalu berjalan masuk ke kamar. Ia membuka sepatu heels setinggi 7 cm yang sejak tadi membuat kakinya pegal. Kemudian ia bergerak duduk di atas sofa.Ketika ia kembali meraih ponselnya untuk melihat pesan tadi, perhatiannya lebih dulu teralihkan pada pesan masuk dari Jevano yang baru saja masuk beberapa menit lalu.Kat, saya ada di apartemen. Kamu udah di kamar? Di seberang kamar kamu ada Martin, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan kasih tahu dia.Sebelum membalas pesan itu, Katya jadi berpikir, apakah ia perlu memberitahu Jevano mengenai pesan ini? Katya merasa sangat tak tenang. Dan se
Untuk kesekian kalinya, Katya terbangun di dalam kamar mewah nan megah yang sebenarnya selalu ia bayangkan.Dulu, tepatnya sejak bertemu dengan laki-laki baik hati yang menjanjikan seperti Bagas itu, Katya selalu bisa membayangkan nanti, hidupnya tak akan seburuk selama ini. Tidur dalam kamar kos kecil, tanpa AC, kamar mandi yang selalu rusak kerannya, dan kemana-mana menggunakan motor tua. Bagas benar-benar membuatnya membayangkan hal-hal indah setiap harinya.Katya mendesah pelan, ia tak mau merusak paginya dengan memikirkan Bagas. Ia memutar sedikit tubuhnya dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar lagi. Membiarkan dirinya tidur di kasur empuk dengan tenang, dan AC yang nyaman.Tapi begitu memejamkan mata, tiba-tiba Katya teringat kembali dansanya dengan Jevano. Kenangan yang indah.Ini bukan kali pertama bagi Katya dicium oleh seorang laki-laki. Tapi Jevano benar-benar berbeda. Dia bersikap sangat lembut, hati-hati, tapi terlihat sesuatu yang entah mengapa bagi Katya ada
Katya benar-benar tak bisa fokus. Sekarang, meskipun Katya berjalan bersama Martin, ia merasa takut. Sudah jelas kalau semua ini mengarah pada ancaman. Berhati-hatilah, jangan lengah. Apa maksudnya selain mengancam?"Mohon tunggu sebentar, Mam," ucap Martin meminta Katya menunggu di depan lobby hotel sementara dirinya mengambil mobil.Katya bukanlah orang yang akan memainkan ponselnya ketika berada di ruang terbuka begini jika tidak untuk dalam hal penting misalnya menghubungi seseorang. Jadi pandangan Katya ke sana kemari.Hingga pandangan Katya menangkap sebuah mobil yang berjalan pelan sambil membuka kaca mobilnya. Dan saat itu juga Katya melihat seorang perempuan yang mengemudikan mobil itu, memakai kacamata hitam dan topi fedora sedang menoleh ke arahnya.Meskipun perempuan itu memakai kacamata hitam, Katya tahu kepalanya benar-benar menoleh ke arahnya. Bahkan, laju mobilnya pun sangat pelan seolah orang itu sengaja sedang memperhatikannya. Katya terdiam membeku ketika tiba-tiba
Rosa tersenyum lebar ketika melihat Pramono berjalan menghampirinya bersama Jevano. Dua laki-laki beda usia itu segera duduk di kursi mereka masing-masing. Tentunya, Jevano tepat di sebelah Katya yang sejak tadi terlihat mengobrol seru dengan neneknya."Katanya, ada yang mau Nenek bicarakan?" tanya Jevano. Sementara itu, beberapa pelayan tambahan yang Jevano sewa untuk beberapa hari ini, terlihat sibuk menata makanan di atas meja mereka. Kemudian mereka berjalan pergi setelah melakukan tugasnya."Kamu nih, kebiasaan ya, Jevan. Gak pakai basa-basi dulu," ucap Rosa sedikit kaget karena Jevano langsung bertanya hal itu padahal ia baru saja sampai. "Rachel, bagaimana cara Jevan melamar kamu? Apa langsung pada intinya seperti ini?" ledek Rosa yang hanya disahuti tawa kaku Katya. Ia bisa membayangkan hal itu, tapi sayangnya tak ada proses melamar antara dirinya dan juga Jevano."Nek ...""Iya, Nenek cuma mau nanya. Kira-kira kalian mau honeymoon ke mana? Kita punya banyak tempat bagus di I