Jevano melangkahkan kakinya menuju ruang kerja. Ia sudah menyelesaikan pekerjaannya, hari ini lebih cepat karena Kevin sudah menangani semuanya. Jevano hanya perlu memeriksa di akhir, dan mengerjakan beberapa tugas yang tak bisa dikerjakan Kevin. Jevano membuka laptopnya untuk memerika pergerakan beberapa saham yang dimilikinya. Tapi baru sebentar ia memeriksa, perhatiannya teralihkan pada layar ponselnya yang berkedip memunculkan notifikasi dari alat penyadap yang terhubung dengan ponsel Katya. Lantas, Jevano pun segera menyalakan ponselnya dan menghubungkan alat penyadap itu untuk mendengarkan yang dibicarakan oleh Katya."Jevano ... Apa dia punya mantan yang ... Yang mungkin menaruh dendam sama dia?" "Kat, ada apa? Ada yang ganggu kamu lagi?" Dari suaranya saja, Jevano sudah tahu kalau Katya sedang bicara dengan Sesyl. Dan sepertinya, Jevano ketinggalan rekaman awal percakapan mereka. Ia mengerutkan keningnya menunggu jawaban dari Katya atas pertanyaan yang diajukan oleh Sesyl.
Rosa menghela napas lega ketika melihat Katya dan Jevano akhirnya menghampirinya ke Forest Cafe. Meskipun Jevano sudah menelepon neneknya untuk mengabari Katya bersamanya, tetap saja ia merasa tak enak karena membawa Katya ke sini dan menyebabkan menantunya itu kembali merasa pusing."Kamu baik-baik aja, Chel?" tanya Rosa khawatir. "Rachel gak apa-apa kok, Nek.""Tadi emang niatnya Jevano nyusul ke sini, Nek. Gak sengaja ketemu Rachel di luar, dan lihat Nenek juga lagi ngobrol seru sama Renee, jadi Jevan yang narik Rachel jalan-jalan," ucap Jevano menjelaskan sambil menenteng jas nya yang tadi dipakai Katya.Rosa tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Ia jauh lebih bersyukur karena ternyata Katya malah sedang jalan-jalan dengan Jevano."Wah, kalau begini, kalian memang bulan madu setiap hari rupanya. Kamu bisa aja, Jevan. Setiap ada kesempatan, pasti ngajak Katya pergi berdua," ledek Rosa tertawa pelan. Sementara Katya hanya tertawa geli sambil melirik ke arah Jevano yang hanya
Jevano memperhatikan rekaman CCTV yang ada terlihat dari depan lobby hotelnya tepat saat Katya baru saja check out. Meskipun kualitas kamera CCTV nya bagus, Jevano masih belum bisa menebak siapa perempuan yang menghentikan mobilnya di hadapan Katya dan membuka kaca jendela pintu mobilnya hanya untuk menoleh ke arah Katya selama beberapa menit. Jevano paham, kejadian ini mungkin cukup mengerikan bagi Katya. Dan sejujurnya, ia juga merasa khawatir dengan identitas wanita ini. Sayangnya, kacamata dan topi itu tak bisa membuat Jevano mengenalinya. Kantornya memang sudah sepi, tapi para staf hotel yang berjaga malam tentunya masih berada di sekitar hotel, juga beberapa tamu. Sementara Martin berada di ruangan yang sama dengan Jevano setelah ia memberikan rekaman itu kepada Jevano. Jevano mengulang rekamannya sekali lagi, lalu berhenti, memperlambat rekamannya lalu berhenti lagi. Kali ini ia menghentikan rekaman tepat ketika mobil sedan itu mulai berjalan pergi."Lacak plat mobilnya. Kal
"Iya, nanti kirim aja berkasnya..." Jevano refleks menghentikan kalimatnya saat melihat Katya berjalan cepat meninggalkannya. Bukan itu masalahnya, Katya seperti sedang mencari-cari seseorang dengan raut wajah panik.Lantas, Jevano pun segera mengikuti langkah Katya keluar dari area bandara. Jevano memberikan isyarat pada tiga penjaganya yang sejak tadi menunggu bersama Martin untuk mengikutinya.Jevano semakin panik saat Katya berlari mengejar seseorang yang masuk ke dalam mobil dan ia mengejarnya."Sebastian! Kejar mobilnya!" perintah Jevano kepada tiga orang penjaganya tadi yang langsung masuk ke dalam mobil mereka, dengan cepat mengikuti mobil tersebut.Sementara itu Jevano membantu Katya yang terjatuh akibat sempat terseret mobil itu yang langsung melaju kencang.Ada beberapa luka di bagian telapak tangan Katya dan lututnya."Kita ke rumah sakit.""Enggak, saya ... Gak perlu ke rumah sakit," ucap Katya yang masih kelihatan linglung karena kaget terjatuh. Tapi Jevano tahu bagaiman
Jevano berjalan dari arah parkiran hotel, dengan tenang. Beberapa staf hotel yang berpapasan menyapanya seperti biasa. Dan Jevano akan membalas seperlunya. Keramaian orang-orang tak mempengaruhinya, karena Jevano masih memakai earcphone bluetooth dan mendengarkan suara Katya yang masih mengobrol dengan Sesyl. "Oh My God, jadi Kevin juga ngajak kamu night club? Terus?""Aku udah bilang kalau aku gak berminat, dan gak mungkin Jevano akan mau meskipun aku ajak. Dia cuma bilang oke, tapi gak berangkat. Terus, aku bilang aku jauh lebih baik sendiri, i mean aku mempersilakan dia untuk pergi.""Ya, dan kamu gengsi untuk bilang maksud kamu ke Jevano?" tebak Sesyl."Iyap, dan kayanya dia tersinggung, akhirnya pergi ke sana malam itu.""Astaga, Kat. Kenapa kamu gak ikut aja sama Jevan? Mereka seru kok, Kevin juga gak semenyebalkan yang kamu pikir.""Aku ... gak bisa ada di tempat semacam itu, Syl," ucap Katya pelan."Oh, ya. Of course, kamu kan anak baik-baik," ledek Sesyl tertawa bersama Katy
Dering ponsel Katya berbunyi ketika perempuan itu sedang menulis rencananya setelah pergi dari Prancis dan kembali ke Indonesia. Sejak kemarin, Katya berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau dua bulan yang tersisa akan terasa cepat. Ia akan segera kembali ke Indonesia dan terlepas dari segala hal yang berkaitan dengan Jevano.Begitu Katya melirik layar ponselnya, ia melihat nomor tak dikenal itu lagi yang meneleponnya. Dan saat ini, Katya sudah pada ambang batas kesabarannya. Jika saja ia tahu bagaimana memblokir nomor di negara ini, pasti sudah sejak tadi Katya melakukannya. "Hallo?""Kat..."Katya yang sudah siap untuk mengeluarkan seluruh kekesalannya jika benar yang meneleponnya adalah si peneror. Tapi ternyata, suara Bagaskara yang pertama kali didengarnya. Dan itu terdengar sangat tenang, sama seperti dulu ketika Bagaskara pertama kali meneleponnya. Suara seorang laki-laki yang sangat sopan dan ramah."Kat, aku tahu kamu gak simpen nomor aku. Tapi kamu pasti masih inget kan sa
"Gimana bisa kamu berpikiran kalau ini semua ulahnya Bagas?" tanya Katya dengan sinis. Ia sudah menyiapkan semua makanannya di meja makan. Mereka hanya tinggal menunggu sup bawang yang dibuat Jevano selesai dimasak."Apa kamu gak berpikir, mungkin ini ulah dari perempuan-perempuan yang kamu temui di klub malam?" ucap Katya sambil memperhatikan Jevano yang sedang menuangkan sup itu ke dalam mangkuk."Saya gak pernah memiliki hubungan apapun dengan wanita manapun. Itu semua hanya sebatas satu malam-""Dan dari mana kamu tahu mereka gak melepas kamu? Sebrengsek apapun manusia, saya yakin mereka masih punya hati, Jevan. Gimana bisa kamu memastikan gak ada satupun dari mereka yang menaruh perasaan sama kamu dan sampai berbuat nekat begini?"Jevano menaruh kembali pot yang digunakannya ke atas kompor, kemudian ia berbalik menatap Katya yang kelihatan begitu berapi-api."Apa kamu bisa menaruh perasaan pada orang lain hanya dalam satu malam?" tanya Jevano. Katya menahan napasnya, ia tahu kala
Setelah pembicaraan dengan Rosa berakhir, Katya segera berjalan menuju kamar Jevano. Ia membuka kembali buku catatan yang pernah ditemukannya di laci meja paling bawah Jevano."Sejak kecil, Jevano dan Julian sangat dekat. Meskipun mereka memiliki kepribadian yang berbeda, Jevano selalu memahami Julian begitu pun sebaliknya. Rachel, mungkin Jevano enggan membicarakan tentang Julian lagi. Entah karena dia marah, entah karena dia kecewa. Mereka memang menyukai satu perempuan yang sama saat itu. Tapi Jevano bukan menjadikan hal itu alasan untuk membunuh kakaknya sendiri. Nenek percaya itu."Katya tak menemukan foto wanita yang ia cari. Ia ingin tahu wajah wanita yang menjadi rebutan mereka berdua. Karena tiba-tiba saja Katya merasa, mungkin saja wanita itu adalah orang yang menerornya selama ini? Katya menahan napasnya. Ia harus melihat foto wanita itu. Tapi di mana ia akan menemukannya? "Jevano gak pernah menceritakan Kakaknya, Nek. Rachel penasaran, untuk lihat mereka.""Hmm... Nenek
Sophia sedang memilih-milih design gaun yang akan dipakainya untuk pesta penyambutan kakaknya di kota ini minggu depan ketika ponselnya berdering menandakan panggilan masuk dari Victoria.Padahal, hampir seharian ini Sophia sudah melupakan mengenai kecurigaannya pada Bagas. Tapi begitu Victoria menelepon, ada rasa ketakutan sendiri baginya hingga Sophia ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu. Ia khawatir, kalau Victoria baru menghubunginya sekarang karena ia sudah menemukan identitas si wanita yang dipeluk oleh Bagas. Tapi karena merasa tak enak hati, akhirnya Sophia memutuskan untuk mengangkat telepon itu dan menyiapkan diri. Mau bagaimana pun, ia memang harus mencari tahu tentang ini."Hey, Vic...""Sophia. Aku minta maaf karena mengabari kamu sekarang. Jadi, aku sedang ada perjalanan bisnis keluar kota, mungkin aku belum bisa membantu kamu soal... wanita itu."Kedua mata Sophia membelalak cerah, ternyata hari ini memang bukan waktunya ia harus mengetahui apapun yang disembuny
"Berhenti sejenak. Semakin sering kamu muncul, maka mereka akan semakin mengenali kamu. Sebaiknya kamu bersembunyi bagaimana pun caranya. Perempuan itu ... mengenali kamu." Suara berat laki-laki itu terdengar menggunakan bahasa Prancis. Laki-laki yang memakai topi dan sedang menghisap sebuah cerutu itu menghela napas gusar."Katya?""Ya. Jevano ternyata sangat menganggap ini semua dengan serius. Dia mengerahkan bukan hanya satu orang suruhannya, tapi banyak untuk menyelidiki teror ini. Kamu sebaiknya menjauh, atau mereka akan lebih cepat mengenali kamu.""Aku gak mau mengulur lagi. Sudah terlalu lama Jevano menikmati hidupnya.""Sepertinya kita harus mengubah strategi. Wanita itu akan jadi penghalang terbesar kita.""Makanya sebelum itu terjadi, secepatnya habisi Jevano!""Diamlah. Apa kamu ingin menghabisinya dan mendekam di penjara? Untuk apa kita menyusun strategi dan menunggu selama ini kalau pada akhirnya akan di penjara? Jangan tolol."Wanita itu mendengus kesal sambil menuangka
Setelah mengatakan pada Martin untuk menyelidiki lagi mengenai wanita yang terus berada di sekitar Sophia itu, Jevano kembali ke ruang tamu. Mau tak mau, ia kembali bertatap muka dengan Katya yang masih berdiri di sana."Saya harap kamu gak takut dengan teror ini, Kat. Mereka gak akan berani melakukan hal-hal buruk pada kamu."Katya menganggukkan kepalanya. Ia masih berpikir kalau mungkin masih ada keraguan pada Jevano pada pendapatnya. Tapi Katya juga yakin, Jevano bukan orang bodoh yang tidak akan mendengarkan kebenaran di hadapannya. Tinggal bagaimana caranya Katya menegaskan kalau wanita yang ia lihat itu adalah wanita bernama Laura. Sesuai foto yang ia lihat di basement tempo hari."Apa kamu sudah ingin tidur, Kat?" tanya Jevano menghentikan langkah Katya yang hendak berjalan ke kamarnya. "Saya juga belum tahu sih. Kenapa?" tanya Katya."Saya ... Masih ingin mengobrol dengan kamu."Sebelum Katya bereaksi dengan kalimatnya yang cukup mengejutkan itu, Jevano kembali menambahkan, "
Sophia masih dibuat linglung dengan foto yang Veronica berikan ini. Seumur hidupnya, Sophia tak akan mungkin berpikiran buruk tentang suaminya. Tak mungkin, tak mungkin Bagaskara berselingkuh. Ia yakin siapapun perempuan ini, mungkin hanya teman lamanya."Ini pasti teman lamanya, Veronica. Tak perlu ambil pusing," ucap Sophia berusaha untuk tetap tenang."Lalu kenapa dia sampai berbohong sama kamu, Sophia? Dia tak pernah bertemu dengan segerombolan remaja mabuk. Karena luka itu adalah akibat seorang laki-laki yang memukulinya setelah dia memeluk perempuan itu."Sophia terdiam dengan gelisah. Ia sampai kehilangan kata-kata karena ini semua."Aku harus tanya ini sama Bagas," ucap Sophia memutuskan dengan sigap. Tapi Veronica dengan cepat menahannya."Suami kamu akan berbohong, Sophia. Sebagai teman, aku lebih menyarankan kamu untuk mencari tahu siapa perempuan ini. Setelah itu, kamu boleh tanyakan pada suami kamu," saran Veronica yang menurut Sophia memang ada benarnya juga. Ia tak bisa
Katya berusaha keras untuk melepaskan pelukan Bagaskara, tapi laki-laki itu benar-benar seperti orang kerasukan. Ia memeluk Katya dengan sangat erat sambil menghirup wangi rambut Katya seolah terobsesi dengan bagian tubuh Katya yang satu itu."Bagas! Lepasin atau aku teriak.""Kat, listen. I love you," bisik Bagaskara sebelum tubuhnya terhuyung dan menghantam dinding bangunan saat Jevano menghajarnya."How dare you, touch her! Setelah apa yang kamu lakukan!" Jevano kembali menghajar Bagaskara. Lalu Katya buru-buru menarik Jevano sekuat tenaga untuk menjauhi Bagaskara. Sayangnya tubuh mungilnya tak bisa melakukan itu. Alhasil ia segera mendorong Bagas menjauh dan menyelinap diantara keduanya hingga ia bisa menghalangi Jevano."Stop, please... Jevan, stop..." Katya memohon pada Jevano sambil memegangi tangannya.Bagaskara melemparkan tatapan tajamnya pada Jevano, kemudian ia berjalan menjauh dari keduanya menuju mobil. Ia sudah terlanjut kesal karena kejadian ini sehingga hasratnya terh
Ponsel Bagaskara bergetar tanda notifikasi pesan masuk ketika ia sedang memeriksa beberapa berkas yang diberikan oleh sekretarisnya. Sebenarnya, ia jarang sekali menerima pesan masuk dari orang asing apalagi jika hanya berisi spam. Tapi siang ini, ia mendapatkan pesan masuk dari nomor tak dikenal yang mengirimkannya sebuah foto. Dan begitu ia membukanya, dahinya berkerut heran. Itu adalah foto Katya yang berada di sebuah supermarket seorang diri.Perempuan itu kelihatan tersenyum antusias melihat-lihat bahan makanan. Sudah sangat lama sekali Bagaskara tak melihat Katya tersenyum lebar seperti itu. Dan sejujurnya bagaskara merindukan gadis itu. Wing Seng, 2 Rue Rebeval, 75019 ParisBagaskara tahu alamat yang dituliskan dalam pesan itu. Pesan ini seolah mengajaknya untuk menyusul Katya ke sana. Tapi siapa orang ini? Apa ini nomor baru Katya? Dan walaupun awalnya sempat ragu, Bagaskara akhirnya beranjak dari duduknya sambil membawa kunci mobilnya. Ia hanya ingin memastikan jika Katya be
"Saat itu usia saya baru 7 tahun. Seseorang menyekap saya. Saya gak tahu itu di mana dan berapa lama. Yang pasti, kejadian itu yang membuat saya trauma sampai saat ini. Itu memang bukan kelemahan terbesar saya, sama halnya dengan teror yang dilakukan orang itu hari ini. Saya rasa hanya peringatan," ucap Jevano setengah memejamkan matanya.Jadi, maksud Jevano, kejadian di basement tadi bukanlah untuk menjebaknya? Melainkan Jevano? Katya pikir, si pelaku hanya tahu di basement itu Katya, karena Jevano pun masuk secara mendadak. Lalu dia mngunci pintu basement. Tapi dengan mengunci pintu, mematikan lampu, semua itu sudah sangat sempurna untuk membuat Jevano kelimpungan. Misi penjebakkan hari ini memang seolah sengaja membuat Jevano menderita."Jadi siapa yang memungkinkan melakukan ini semua menurut kamu?" tanya Katya pelan."Ada banyak kemungkinan, Kat... Pelakunya ... Bisa saudara saya, bahkan Ibu saya. Mereka semua tahu insiden itu.""Ibu kamu? Gak mungkin -""Dia yang melakukan itu s
Sebenarnya, Jevano enggan memberitahu Katya mengenai rekaman CCTV tadi. Tapi ia pikir, bagaimana pun ia sudah berjanji pada Katya akan memberitahukan wanita ini apa saja yang ia temukan tentang si penguntit.Dan benar saja seperti dugaannya, reaksi Katya kelihatan panik. Ia mulai gelisah dengan menekan-nekan telapak tangannya sendiri. Tapi hingga kini, Katya belum mengatakan apa-apa sehingga membuat Jevano merasa bersalah."Kat, kamu harus ingat. Saya akan selalu buat kamu aman. Saya tahu kejadian tadi membuat saya lemah, tapi kamu harus percaya sama saya. Saya gak akan membiarkan mereka menyentuh kamu sedikit pun." Jevano menggenggam tangan Katya meskipun dirinya sendiri masih kelihatan belum tenang.Bukan sekali dua kali Jevano merasa diteror oleh seseorang. Tapi kali ini, entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya jauh lebih takut, merasa memiliki kekhawatiran yang sebelumnya jarang ia rasakan."Sebaiknya kamu istirahat dulu. Semua ini biar saya yang urus.""Jevan, maafin saya. Saya
Jevano masih berusaha mendobrak pintu. Ia menggedor-gedor pintu tersebut dan mencoba memanggil orang-orang."Jevan, mereka gak akan mendengar. Lebih baik kamu berhenti mendobrak pintu atau badan kamu akan sakit."Sayangnya Jevano tak menyahuti kalimat Katya. Tapi ia mencoba mencari cara lain dengan melihat-lihat ke sekitar pintu. Ia tak yakin, tapi ia berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu ini.Katya juga berusaha mencari sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan pintu itu. Namun, kemudian ia terkejut saat Jevano menendang pintu itu dengan kesal lalu menjatuhkan dirinya duduk di salah satu anak tangga.Awalnya, Katya merasa bingung. Aneh saja baginya, kenapa laki-laki seperti Jevano sepanik ini. Padahal basement ini masih berada di sekitar rumahnya sendiri. Mengenai celah ventilasi, ruangan ini memilikinya meskipun tak besar.Akan tetapi saat melihat Jevano gelisah dan seperti sulit bernapas, Katya buru-buru menghampirinya."Jev, kamu gak apa-apa?" tanya Katya.J