"Kamu pikir Jevano adalah laki-laki yang sempurna. Dia orang yang akan meredupkan cahaya dari gadis polos seperti kamu.Dia memiliki banyak misteri."Sepanjang langkah Katya menuju kamar yang dipesankan oleh Jevano, perempuan itu terus berpikir apa yang dimaksud pesan itu. Siapa orang yang telah mengirimkannya? Dan kenapa harus mengatakannya?Katya menempelkan kertu masuk kamar yang telah ia temukan, lalu berjalan masuk ke kamar. Ia membuka sepatu heels setinggi 7 cm yang sejak tadi membuat kakinya pegal. Kemudian ia bergerak duduk di atas sofa.Ketika ia kembali meraih ponselnya untuk melihat pesan tadi, perhatiannya lebih dulu teralihkan pada pesan masuk dari Jevano yang baru saja masuk beberapa menit lalu.Kat, saya ada di apartemen. Kamu udah di kamar? Di seberang kamar kamu ada Martin, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan kasih tahu dia.Sebelum membalas pesan itu, Katya jadi berpikir, apakah ia perlu memberitahu Jevano mengenai pesan ini? Katya merasa sangat tak tenang. Dan se
Untuk kesekian kalinya, Katya terbangun di dalam kamar mewah nan megah yang sebenarnya selalu ia bayangkan.Dulu, tepatnya sejak bertemu dengan laki-laki baik hati yang menjanjikan seperti Bagas itu, Katya selalu bisa membayangkan nanti, hidupnya tak akan seburuk selama ini. Tidur dalam kamar kos kecil, tanpa AC, kamar mandi yang selalu rusak kerannya, dan kemana-mana menggunakan motor tua. Bagas benar-benar membuatnya membayangkan hal-hal indah setiap harinya.Katya mendesah pelan, ia tak mau merusak paginya dengan memikirkan Bagas. Ia memutar sedikit tubuhnya dan memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar lagi. Membiarkan dirinya tidur di kasur empuk dengan tenang, dan AC yang nyaman.Tapi begitu memejamkan mata, tiba-tiba Katya teringat kembali dansanya dengan Jevano. Kenangan yang indah.Ini bukan kali pertama bagi Katya dicium oleh seorang laki-laki. Tapi Jevano benar-benar berbeda. Dia bersikap sangat lembut, hati-hati, tapi terlihat sesuatu yang entah mengapa bagi Katya ada
Katya benar-benar tak bisa fokus. Sekarang, meskipun Katya berjalan bersama Martin, ia merasa takut. Sudah jelas kalau semua ini mengarah pada ancaman. Berhati-hatilah, jangan lengah. Apa maksudnya selain mengancam?"Mohon tunggu sebentar, Mam," ucap Martin meminta Katya menunggu di depan lobby hotel sementara dirinya mengambil mobil.Katya bukanlah orang yang akan memainkan ponselnya ketika berada di ruang terbuka begini jika tidak untuk dalam hal penting misalnya menghubungi seseorang. Jadi pandangan Katya ke sana kemari.Hingga pandangan Katya menangkap sebuah mobil yang berjalan pelan sambil membuka kaca mobilnya. Dan saat itu juga Katya melihat seorang perempuan yang mengemudikan mobil itu, memakai kacamata hitam dan topi fedora sedang menoleh ke arahnya.Meskipun perempuan itu memakai kacamata hitam, Katya tahu kepalanya benar-benar menoleh ke arahnya. Bahkan, laju mobilnya pun sangat pelan seolah orang itu sengaja sedang memperhatikannya. Katya terdiam membeku ketika tiba-tiba
Rosa tersenyum lebar ketika melihat Pramono berjalan menghampirinya bersama Jevano. Dua laki-laki beda usia itu segera duduk di kursi mereka masing-masing. Tentunya, Jevano tepat di sebelah Katya yang sejak tadi terlihat mengobrol seru dengan neneknya."Katanya, ada yang mau Nenek bicarakan?" tanya Jevano. Sementara itu, beberapa pelayan tambahan yang Jevano sewa untuk beberapa hari ini, terlihat sibuk menata makanan di atas meja mereka. Kemudian mereka berjalan pergi setelah melakukan tugasnya."Kamu nih, kebiasaan ya, Jevan. Gak pakai basa-basi dulu," ucap Rosa sedikit kaget karena Jevano langsung bertanya hal itu padahal ia baru saja sampai. "Rachel, bagaimana cara Jevan melamar kamu? Apa langsung pada intinya seperti ini?" ledek Rosa yang hanya disahuti tawa kaku Katya. Ia bisa membayangkan hal itu, tapi sayangnya tak ada proses melamar antara dirinya dan juga Jevano."Nek ...""Iya, Nenek cuma mau nanya. Kira-kira kalian mau honeymoon ke mana? Kita punya banyak tempat bagus di I
Jevano melangkahkan kakinya menuju ruang kerja. Ia sudah menyelesaikan pekerjaannya, hari ini lebih cepat karena Kevin sudah menangani semuanya. Jevano hanya perlu memeriksa di akhir, dan mengerjakan beberapa tugas yang tak bisa dikerjakan Kevin. Jevano membuka laptopnya untuk memerika pergerakan beberapa saham yang dimilikinya. Tapi baru sebentar ia memeriksa, perhatiannya teralihkan pada layar ponselnya yang berkedip memunculkan notifikasi dari alat penyadap yang terhubung dengan ponsel Katya. Lantas, Jevano pun segera menyalakan ponselnya dan menghubungkan alat penyadap itu untuk mendengarkan yang dibicarakan oleh Katya."Jevano ... Apa dia punya mantan yang ... Yang mungkin menaruh dendam sama dia?" "Kat, ada apa? Ada yang ganggu kamu lagi?" Dari suaranya saja, Jevano sudah tahu kalau Katya sedang bicara dengan Sesyl. Dan sepertinya, Jevano ketinggalan rekaman awal percakapan mereka. Ia mengerutkan keningnya menunggu jawaban dari Katya atas pertanyaan yang diajukan oleh Sesyl.
Rosa menghela napas lega ketika melihat Katya dan Jevano akhirnya menghampirinya ke Forest Cafe. Meskipun Jevano sudah menelepon neneknya untuk mengabari Katya bersamanya, tetap saja ia merasa tak enak karena membawa Katya ke sini dan menyebabkan menantunya itu kembali merasa pusing."Kamu baik-baik aja, Chel?" tanya Rosa khawatir. "Rachel gak apa-apa kok, Nek.""Tadi emang niatnya Jevano nyusul ke sini, Nek. Gak sengaja ketemu Rachel di luar, dan lihat Nenek juga lagi ngobrol seru sama Renee, jadi Jevan yang narik Rachel jalan-jalan," ucap Jevano menjelaskan sambil menenteng jas nya yang tadi dipakai Katya.Rosa tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Ia jauh lebih bersyukur karena ternyata Katya malah sedang jalan-jalan dengan Jevano."Wah, kalau begini, kalian memang bulan madu setiap hari rupanya. Kamu bisa aja, Jevan. Setiap ada kesempatan, pasti ngajak Katya pergi berdua," ledek Rosa tertawa pelan. Sementara Katya hanya tertawa geli sambil melirik ke arah Jevano yang hanya
Jevano memperhatikan rekaman CCTV yang ada terlihat dari depan lobby hotelnya tepat saat Katya baru saja check out. Meskipun kualitas kamera CCTV nya bagus, Jevano masih belum bisa menebak siapa perempuan yang menghentikan mobilnya di hadapan Katya dan membuka kaca jendela pintu mobilnya hanya untuk menoleh ke arah Katya selama beberapa menit. Jevano paham, kejadian ini mungkin cukup mengerikan bagi Katya. Dan sejujurnya, ia juga merasa khawatir dengan identitas wanita ini. Sayangnya, kacamata dan topi itu tak bisa membuat Jevano mengenalinya. Kantornya memang sudah sepi, tapi para staf hotel yang berjaga malam tentunya masih berada di sekitar hotel, juga beberapa tamu. Sementara Martin berada di ruangan yang sama dengan Jevano setelah ia memberikan rekaman itu kepada Jevano. Jevano mengulang rekamannya sekali lagi, lalu berhenti, memperlambat rekamannya lalu berhenti lagi. Kali ini ia menghentikan rekaman tepat ketika mobil sedan itu mulai berjalan pergi."Lacak plat mobilnya. Kal
"Iya, nanti kirim aja berkasnya..." Jevano refleks menghentikan kalimatnya saat melihat Katya berjalan cepat meninggalkannya. Bukan itu masalahnya, Katya seperti sedang mencari-cari seseorang dengan raut wajah panik.Lantas, Jevano pun segera mengikuti langkah Katya keluar dari area bandara. Jevano memberikan isyarat pada tiga penjaganya yang sejak tadi menunggu bersama Martin untuk mengikutinya.Jevano semakin panik saat Katya berlari mengejar seseorang yang masuk ke dalam mobil dan ia mengejarnya."Sebastian! Kejar mobilnya!" perintah Jevano kepada tiga orang penjaganya tadi yang langsung masuk ke dalam mobil mereka, dengan cepat mengikuti mobil tersebut.Sementara itu Jevano membantu Katya yang terjatuh akibat sempat terseret mobil itu yang langsung melaju kencang.Ada beberapa luka di bagian telapak tangan Katya dan lututnya."Kita ke rumah sakit.""Enggak, saya ... Gak perlu ke rumah sakit," ucap Katya yang masih kelihatan linglung karena kaget terjatuh. Tapi Jevano tahu bagaiman