Pada dasarnya setiap manusia selalu memiliki pilihan dalam hidupnya. Begitu juga dengan Katya. Tapi untuk saat ini, baginya, hanya ada dua. Kembali pada Bagas untuk menjadi wanita simpanan, atau menerima tawaran untuk menjadi istri pura-pura Jevano.
Keduanya sangat menyulitkan Katya tentunya. Tapi tujuannya sama, sebisa mungkin Katya tak pulang ke Indonesia dengan kabar buruk untuk Ibu Eveline. Ia tak ingin tiba-tiba pulang ke Indonesia membawa kabar buruk. Ditipu oleh Bagas dan luntang-lantung di jalanan kota Paris sampai ada orang yang membantunya pulang.Dan dari kedua pilihan itu, akhirnya Katya memilih untuk berada di sini. Di ruangan Jevano, duduk berhadapan dengan laki-laki itu."Silakan kamu baca aja kontraknya. Ada beberapa peraturan yang perlu kamu pahami. Kalau ada yang kamu rasa perlu dikoreksi, bilang aja," ucap Jevano setelah memberikan sebuah map kepada Katya yang berisi kontrak mereka."Kita akan bicarakan, sampai ketemu titik tengahnya. Yang penting, hak dan kewajiban seimbang," lanjut Jevano sambil memperhatikan Katya. Ia berusaha keras untuk tak menekan perempuan ini. Karena bagaimana pun, Jevano tak mau Katya merasa tertekan atau frustrasi dalam menjalankan tugasnya nanti."Kita bicarakan? Kenapa kamu berminat untuk obrolin kontrak ini? Bukannya kamu akan memaksa saya mengikuti semua aturan kamu?" tanya Katya menatap Jevano penasaran. Laki-laki ini kelihatan sangat kejam di awal pertemuan mereka. Tapi sejak malam itu, tiba-tiba menjadi lebih tenang.Awalnya, Katya berpikir kalau itu semua karena Jevano mungkin merasa bersalah padanya karena salah tangkap, dan menginginkan nya untuk mengikuti kontrak ini. Tapi sekarang? Bukankah segala situasinya sudah ia dapat?"Apa kamu merasa saya memaksa?" tanya Jevano terdengar sungguh-sungguh bertanya. Dan hal itu semakin membuat Katya bingung."Kamu melihat saya dengan situasi terpojok ini. Saya yakin kamu paham. Bukankah sama aja dengan apa yang kamu bilang itu?"Jevano menghela napas panjang, ia beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Katya."Saya gak menganggap kamu sebagai tawanan. Saya menganggap kamu sebagai partner, kita bekerjasama. Maka dari itu, saya menghormati segala keputusan kamu," jawab Jevano sambil menaruh sebuah pulpen di sisi tangan kanan Katya. Ia menyender di meja tepat di sebelah kiri Katya, memperhatikan Katya yang kini mulai serius membaca isi kontrak."Di sini tertulis kita akan bercerai di bulan ketiga dengan perjanjian pisah harta. Maksud kamu, kita ... Menikah beneran?" tanya Katya kelihatan kaget bukan main."Ya, kita akan melakukan upacara pernikahan sungguhan.""Kamu bilang pura-pura?" tanya Katya dengan nada protes."Ya. Kamu akan memakai identitas lain nantinya. Dengan begitu, pernikahan kita tidak akan sah. Kamu juga gak perlu melakukan tugas kamu sebagai istri, misalnya berhubungan badan atau hamil.""Saya juga gak mau ada kontak fisik apapun yang menjurus ke arah hubungan intim," imbuh Katya menegaskan sambil menulis kalimat tambahannya itu di kertas."Oke," jawab Jevano tersenyum miring menatap Katya."Baca poin berikutnya, saya juga udah memisahkan uang bonus untuk kamu setelah perceraian kita, apa nominalnya kurang?"Katya sudah membaca poin itu. Dan Jevano malah kembali menegaskan. Apa dia pikir uang lima milyar rupiah itu sedikit?"Saya gak perlu bonus. Saya cuma perlu kamu anter saya pulang ke Indonesia dengan selamat.""Apa hanya itu alasan kamu menerima tawaran ini? Saya terkesan memaksa kamu," ucap Jevano mulai sedikit kesal pada Katya."Ada banyak alasan saya menerima tawaran ini," jawab Katya lalu lanjut membaca kontraknya. Dalam waktu tiga bulan, Katya bisa berpura-pura menjadi istri Jevano. Hidup di Paris dengan bahagia. Dan ketika pulang nanti, ia bisa beralasan kalau dalam waktu tiga bulan tinggal berdekatan dengan Bagas, membuat mereka banyak bertengkar dan putus. Ya, setidaknya alasan itu lebih baik daripada pulang tiba-tiba ke Indonesia setelah memutuskan resign dan tinggal di Paris bersama calon suami. Tapi ternyata semuanya tak sesuai harapan."Saya gak ada masalah dengan kontrak ini. Tapi saya perlu tahu beberapa hal, Jevano. Apa kamu akan jawab dengan jujur?"Jevano mengerutkan keningnya. Tiba-tiba ia melihat sosok gadis polos nan lugu ini kembali saat memintanya menjawab dengan jujur. Apakah artinya amarah gadis itu sudah reda?"Ya, kalau ini berkaitan dengan kelancaran kerjasama kita, saya akan jawab dengan jujur."Katya menganggukkan kepalanya."Apa alasan kamu mencari perempuan untuk menikah kontrak dengan kamu?""Pura-pura," ralat Jevano dengan cepat."Ya, apapun itu. Kamu ... Lebih dari sempurna untuk mendapatkan perempuan yang bisa dinikahi. Bahkan dari kalangan elit."Untuk menjawab pertanyaan Katya, Jevano menarik laptop-nya, mengetik sesuatu di sana, kemudian memperlihatkan layar laptop itu kepada Katya.Saat melihatnya, Katya refleks terbelalak kaget hingga pulpen yang ada ditangannya terjatuh ke lantai.PENGUSAHA MUDA, JEVANO PRAMONO TERTANGKAP KAMERA SEDANG PESTA PASANGAN SESAMA JENIS DI PARIS.Katya menutup mulutnya dengan telapak tangan. Pandangannya beralih pada Jevano yang kini kelihatan masih tenang, seolah sudah bisa menebak reaksi yang akan diberikan wanita ini."Ini...""Kamu percaya?"Katya berusaha keras menelan ludahnya. Jika dilihat dari perawakannya, Jevano memiliki kulit wajah yang agak kasar memang. Tapi bentuk wajahnya sangat bagus, alisnya juga terbentuk tegas, warna bibirnya alami. Seperti orang ini bukan perokok aktif. Dan tubuhnya, meskipun kelihatan ideal, Katya bisa melihat urat di lengannya. Ia yakin orang ini pasti memiliki otot. Dan biasanya ... Laki-laki berotot memang ..."Kamu terlalu cepat menilai, Kat. Jelas-jelas saya normal. Saya sangat-sangat tertarik dengan wanita. Dan malam itu, saya memang diundang ke sebuah pesta. Kebetulan teman Kevin, mereka orang Amerika. Dan penyuka sesama jenis. Kita hanya kebetulan ada di tempat yang sama, dan lihat apa yang ditulis media Indonesia tanpa klarifikasi apapun ke saya," ucap Jevano. Masih terasa nada kekesalan dalam kalimatnya yang membuat Katya mulai percaya."Saya gak perduli tentang ini. Tapi para media Indonesia dengan cepat mengait-ngaitkan segala hal, termasuk hubungan saya dengan Kevin-""Kevin?""Asisten saya di kantor. Ini jadi bencana saat beberapa investor perusahaan keluarga saya di Indonesia percaya dengan berita itu dan satu persatu melepas saham mereka. Belum lagi Kakek yang sampai koma karena kejadian ini."Katya terenyuh. Jika benar berita ini membuat keluarga Jevano berantakan, Katya merasa iba. Apalagi mendengar kakeknya sampai koma. Katya sangat bisa merasakan betapa hancur dan khawatir mereka begitu mengetahui cucu mereka menjadi bahan gosip dan hujatan karena kesalahpahaman ini."Berita ini beberapa bulan yang lalu. Apa masih dibahas?""Saya melakukan klarifikasi secara langsung. Bahkan sudah saya blokir beberapa media provokasi. Akhirnya berita itu reda, tapi gak menghilang seratus persen. Begitu juga dengan kekhawatiran kakek dan nenek saya yang belum reda bahkan lima puluh persennya," jawab Jevano."Lalu kenapa kamu gak membangun hubungan dengan wanita sungguhan? Apa kamu gak punya pacar atau perempuan yang bisa diajak kencan?"Jevano menoleh ke arah Katya, ia mendekatkan wajahnya ke arah Katya sambil menatapnya lekat-lekat."Saya ... Bukan laki-laki yang mau menjalani sebuah hubungan serius atau berkomitmen, Kat. Saya lebih suka kencan satu malam. Dan gak memiliki hubungan apapun dengan mereka keesokan harinya," bisik Jevano kemudian kembali membenarkan posisinya."Apa masih ada pertanyaan?""Oh ... Ya. Ini ... Kenapa harus tiga bulan?""Gak ada alasan khusus. Saya cuma gak mau berlama-lama di dalam drama ini. Tugas kita hanya perlu membungkam media dan menenangkan kakek nenek saya. Dalam waktu tiga bulan, saya rasa cukup untuk kita mencari alasan bercerai. Kalau sebulan atau dua bulan kita bercerai, mereka pasti akan curiga," jawab Jevano.Katya sendiri tak yakin dengan itu. Baginya pernikahan tiga bulan masih terlalu cepat dan mencurigakan. Tapi, hal ini menjadi keuntungan untuk Katya. Ia juga tak ingin lama-lama tinggal di Paris dengan laki-laki asing ini."Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Katya."Lusa malam, kemungkinan kakek nenek saya akan sampai di Paris. Kamu akan datang ke rumah saya, dan memperkenalkan diri. Sebelum itu, Martin akan mengajari kamu beberapa hal.""Rumah? Maksud kamu, apartemen ini?""Bukan. Rumah saya yang sesungguhnya di kota ini, Katya," jawab Jevano sambil mengambil map tadi dari tangan Katya."Saya akan revisi kontrak ini, setelah itu kamu tandatangani dan saya berikan salinannya," ucap Jevano sementara Katya masih termenung di tempatnya.***Hampir semalaman Katya mencari tahu tentang Jevano melalui ponsel baru yang diberikan olehnya.Tak banyak yang bisa Katya temukan di internet tentang Jevano selain dirinya adalah seorang anak yatim piatu yang melanjutkan perusahaan keluarganya.Bahkan akun media sosial nya pun sangat sepi. Tak ada postingan berarti selain makanan, pemandangan, dan wine atau apapun yang berbau alkohol.Katya tak menyerah, ia harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Jevano. Karena ia harus menentukan bagaimana sikapnya nanti untuk melawan Jevano sewaktu-waktu pria itu melanggar janjinya.Hingga akhirnya Katya menyadari sesuatu. Jevano baru aktif memegang perusahaan keluarganya sejak tiga tahun lalu. Sementara usianya di sini tertulis tiga puluh enam tahun. Sisanya? Di mana Jevano? Apa melanjutkan kuliahnya?Tiga puluh enam tahun. Katya pikir mereka hanya berbeda usia dua atau tiga tahun. Seharusnya Katya tak perlu bingung, Jevano orang kaya, pasti melakukan berbagai hal untuk merawat dirinya.Tiba-tiba Katya melirik dirinya sendiri. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan kembali teringat mengenai perawatan diri yang sudah ia lakukan selama sebulan ini.Bagas membayar semuanya. Katya begitu naif berpikir kalau Bagas benar-benar berniat menjadikannya istri. Mau dirawat seperti apapun, Katya tetaplah seorang perempuan rendahan, berasal dari panti asuhan dan bekerja sebagai seorang pelayan meskipun di hotel berbintang lima. Sangat berbeda jauh dengan perempuan yang menjadi istri Bagas sekarang.Air mata Katya kembali terjatuh ketika mengingat dengan entengnya Bagas meminta dirinya untuk tetap berada di sisinya. Memainkan perasaan Katya seolah-olah Bagas begitu mencintainya dan tak mau kehilangannya. Tapi kenapa Bagas begitu tega menjadikannya simpanan? Perempuan tanpa status yang hadir di tengah-tengah rumah tangga orang lain. Serendah itukah dirinya? Bahkan, Katya hampir memberikan keperawanannya pada Bagas sebelum pernikahan. Bodohnya ia.Hari ini Katya merasa dirinya dirombak habis oleh orang-orang Jevano. Rambutnya ditata rapi dengan dipotong di bagian-bagian diperlukan, diberi vitamin, dan dicatok.Seorang penata rias mengajarkan Katya untuk merias wajahnya sendiri secara elegan. Lemarinya telah dipenuhi dress, ia kembali melalui perawatan tubuh, kuku, dan gigi.Martin perlu menegaskan pada Katya untuk lebih banyak menggunakan dress selama keluarga Jevano ada di sini.Memakai dress dan high heels bukan hal baru bagi Katya. Tapi yang menjadi masalah, Katya selalu merasa tak percaya diri. Dan ia juga tak terbiasa menggunakan dress untuk keseharian begini.Martin juga memberitahu Katya kalau namanya adalah Rachel Amanda. Seorang designer. Astaga, Katya sampai harus mempelajari dasar-dasar tugas seorang designer."Katya?" panggil seorang perempuan menghampiri Katya yang sedang melihat-lihat baju di sebuah butik bernama La'Amour.Katya tertegun melihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi proposional yang menyapanya den
Meja makan berbentuk oval dari marmer ini kini dipenuhi oleh hidangan khas Eropa. Dan untungnya, meskipun Katya tak kuliah, pekerjaannya sebagai pelayan tamu-tamu orang kayanya itu membuatnya tak asing dengan situasi mewah ini. Bedanya, dulu ia yang menyajikan makanan, tapi hari ini ia yang duduk manis sambil menerima pelayanan.Katya tersenyum kepada Rosaline, perempuan paruh baya yang pertama kali menyapanya dengan hangat. Ia perempuan yang cantik, sangat sopan, dan memiliki tutur bahasa yang lembut sehingga Katya sedikit ragu apakah orang-orang tua ini akan membicarakan tentang hubungan intim kepadanya? Katya jadi semakin yakin kalau itu semua hanyalah gurauan yang dibuat Kevin. Sementara Pramono Utama, kakek dari Jevano kelihatan lebih tegas dan agak jutek menurut Katya. Hampir sebagian waktu makan malam mereka dihabiskan dengan pembicaraan Pramono dan Jevano seputar perkembangan perusahaan di sini. Dan kalau Katya tak salah tanggap, Pramono sempat menyindir Jevano untuk segera m
Katya tak pernah menyangka akan dihadapkan pada situasi seperti ini. Dan entah kenapa begitu melihat Bagaskara lagi, kedua matanya perih, ada perasaan sesak di dadanya. Jevano awalnya ragu dengan laki-laki yang berdiri beberapa meter dari mereka ini. Tapi karena Katya tiba-tiba berhenti melangkah dengan raut wajah kaget dan memerah, Jevano jadi tahu kalau laki-laki itu tak lain adalah Bagas.Jevano menahan napasnya, ia melepaskan pegangannya pada tangan Katya ketika laki-laki itu berjalan menghampiri mereka lalu tanpa aba-aba menarik tangan Katya untuk berada di sisinya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Bagas pada Katya yang masih menatap Jevano berharap laki-laki itu mengerti untuk membantunya pergi. Tapi apa mau dikata, Jevano kembali teralihkan dengan dering ponselnya yang menandakan laki-laki itu memiliki urusan lain yang lebih penting."Pastikan nanti kamu pulang dengan Martin," bisik Jevano tepat di telinga Katya."Hey, kamu siapa?" tanya Bagas menggunakan bahasa Prancis sambil
Bagaskara memelankan laju mobilnya di belakang mobil yang dinaiki oleh Katya dan seorang laki-laki yang asing baginya. Karena terlalu fokus membujuk wanita yang sangat dicintainya itu, Bagas sampai lupa menanyakan siapa laki-laki itu? Sambil mengikuti mobil tersebut, Bagas terus menerka-nerka. Laki-laki itu memiliki mobil sport keluaran terbaru, memiliki beberapa bodyguard, Bagas yakin laki-laki itu bukanlah orang sembarangan. Bahkan, ia sampai berpikir kalau mungkin saja Katya sedang diculik saat hilang kemarin dan diancam macam-macam termasuk menghindar darinya. Jika memang benar, tentu saja Bagas tak akan tinggal diam. "Hallo, Alex. Cari tahu siapa laki-laki yang tadi membawa Katya ke dalam mobilnya. Saya ingin informasinya malam ini juga," ucap Bagas menyuruh asistennya. Ia memutuskan untuk berhenti membuntuti mobil mereka ketika mobilnya dikepung oleh beberapa mobil sedan lainnya yang ia duga merupakan mobil para bodyguard laki-laki tadi.***Mobil sport warna hitam milik Jevan
Seperti rencana Jevano, pernikahan di gelar di sebuah gereja yang sudah ditentukan. Setidaknya ada tiga orang yang membantu Katya merias dirinya. Semua orang itu mengenal Katya sebagai Rachel Amanda. Kecuali Kevin dan Sesyl. Untuk semakin meyakinkan mereka semua, Jevano menyuruh Sesyl mengaku sebagai saudara sepupu Rachel yang akan mendampingi Rachel selama pernikahan. Jevano juga membayar beberapa orang untuk menjadi teman-teman Rachel yang hadir di pernikahan tersebut. Karena tamunya juga akan lebih banyak kolega-kolega bisnisnya di Indonesia, Jevano tak terlalu khawatir. Toh, kebanyakan dari pengusaha-pengusaha itu tak akan terlalu mencurgainya. Yang terpenting adalah, mereka semua tahu dan melihat secara langsung bahwa Jevano adalah pria normal yang baru saja melangsungkan pernikahan. Penanganan riasan Jevano kenyataannya lebih mudah dan sebentar dibanding Katya. Sehingga Jevano masih bisa bolak-balik menemui beberapa koleganya sebelum upacara pernikahan. Sementara Katya, masih
Aula Amour Hotel terletak di lantai 14. Katya berjalan ke arah ruangan khusus yang digunakan sebagai ruang rias untuk mengganti bajunya. Begitu juga dengan Jevano yang sudah lebih dulu berada di ruang ganti. Sebenarnya Katya sudah merasa sangat percaya diri untuk masuk dan berganti pakaian menjadi baju kebaya. Toh, ia hanya perlu menyelesaikan acara hari ini dan kembali ke kamarnya sendiri.Tapi sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti, Leanna merasakan suara-suara ribut dan seperti ada sedikit perdebatan di dalam. Katya tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka ributkan, tapi ia tahu di dalam ada Rosa yang sedang marah-marah sementara suara Jevano kedengaran sedang menelepon seseorang. "Rachel," panggil Sesyl yang baru saja keluar dari ruang ganti dan menahan Katya untuk masuk. Ia malah menggiring Katya menjauh dari ruang ganti."Kenapa? Ada masalah?" tanya Katya pelan.Sesyl kelihatan pucat, ia menghela napas pelan kemudian menatap Katya dengan raut wajah serius."Kayanya kamu a
"I swear to God, she is annoying." Katya berdesis kesal sambil mengambil minuman di stand minuman bersama Sesyl yang berhasil 'menculik'nya dari kumpulan keluarga Jevano dengan alasan ada teman mereka yang ingin bertemu."Itu alasannya kenapa Jevano memberikan kode sama aku untuk membawa kamu, Kat. Karena Jevano tahu, dia gak akan bisa membawa kamu pergi gitu aja dari tengah-tengah keluarganya.""Ya, untung kamu jadi saudara aku di sini. Kalau enggak, pasti aku udah gila ngadepin orang-orang kaya itu," jawab Katya lalu meminum minumannya untuk setidaknya meredakan sedikit rasa dongkolnya. "Ya udahlah, Kat. Di dalam satu keluarga kan emang ada aja yang begitu," jawab Sesyl ikut mengambil minum."Iya, ngerti. Tapi ini pertemuan pertama kita lho. Kamu gak lihat aja, dari awal dia lihat aku, tatapannya ngerendahin banget. Seumur hidup aku gak pernah ditatap kaya begitu. Terus Om nya juga gak ada empati banget. Masa iya dia nyindir Jevano soal gosip itu? Padahal kan jelas-jelas mereka nge
"Bagas!" marah Katya sambil mendorong Bagas sekuat tenaganya hingga tangannya terlepas dari cengkeraman Bagas."Kat..." Bagas menatap Katya tak percaya. Perempuan yang selama ini ia anggap perempuan penurut dan tak pernah berbuat kasar, bisa sampai mendorongnya begini."Aku bener-bener gak ngerti ya sama kamu, Kat. Jadi ini kamu yang sebenernya? Perempuan kasar yang menipu laki-laki kaya? Kamu menolak tinggal sama aku karena kamu bukan jadi wanita yang pertama, kan?"Katya menahan napasnya, ia melangkah mundur hendak pergi."Kamu gak bisa pergi sebelum selesaikan masalah dulu sama aku-"Katya refleks mendaratkan sebuah tamparan di pipi Bagas begitu laki-laki itu menarik tangannya untuk kembali menghadapnya."Masalah kita udah selesai sejak kamu menikah dengan orang lain, Bagas. Belum puas kamu nyakitin aku? Kasih aku banyak harapan. bikin aku merasa sangat buruk karena selama ini aku adalah seorang selingkuhan. Kamu tahu? Aku bahkan gak sudi lagi lihat laki-laki pengecut kaya kamu!" T
Sophia sedang memilih-milih design gaun yang akan dipakainya untuk pesta penyambutan kakaknya di kota ini minggu depan ketika ponselnya berdering menandakan panggilan masuk dari Victoria.Padahal, hampir seharian ini Sophia sudah melupakan mengenai kecurigaannya pada Bagas. Tapi begitu Victoria menelepon, ada rasa ketakutan sendiri baginya hingga Sophia ragu untuk mengangkat panggilan telepon itu. Ia khawatir, kalau Victoria baru menghubunginya sekarang karena ia sudah menemukan identitas si wanita yang dipeluk oleh Bagas. Tapi karena merasa tak enak hati, akhirnya Sophia memutuskan untuk mengangkat telepon itu dan menyiapkan diri. Mau bagaimana pun, ia memang harus mencari tahu tentang ini."Hey, Vic...""Sophia. Aku minta maaf karena mengabari kamu sekarang. Jadi, aku sedang ada perjalanan bisnis keluar kota, mungkin aku belum bisa membantu kamu soal... wanita itu."Kedua mata Sophia membelalak cerah, ternyata hari ini memang bukan waktunya ia harus mengetahui apapun yang disembuny
"Berhenti sejenak. Semakin sering kamu muncul, maka mereka akan semakin mengenali kamu. Sebaiknya kamu bersembunyi bagaimana pun caranya. Perempuan itu ... mengenali kamu." Suara berat laki-laki itu terdengar menggunakan bahasa Prancis. Laki-laki yang memakai topi dan sedang menghisap sebuah cerutu itu menghela napas gusar."Katya?""Ya. Jevano ternyata sangat menganggap ini semua dengan serius. Dia mengerahkan bukan hanya satu orang suruhannya, tapi banyak untuk menyelidiki teror ini. Kamu sebaiknya menjauh, atau mereka akan lebih cepat mengenali kamu.""Aku gak mau mengulur lagi. Sudah terlalu lama Jevano menikmati hidupnya.""Sepertinya kita harus mengubah strategi. Wanita itu akan jadi penghalang terbesar kita.""Makanya sebelum itu terjadi, secepatnya habisi Jevano!""Diamlah. Apa kamu ingin menghabisinya dan mendekam di penjara? Untuk apa kita menyusun strategi dan menunggu selama ini kalau pada akhirnya akan di penjara? Jangan tolol."Wanita itu mendengus kesal sambil menuangka
Setelah mengatakan pada Martin untuk menyelidiki lagi mengenai wanita yang terus berada di sekitar Sophia itu, Jevano kembali ke ruang tamu. Mau tak mau, ia kembali bertatap muka dengan Katya yang masih berdiri di sana."Saya harap kamu gak takut dengan teror ini, Kat. Mereka gak akan berani melakukan hal-hal buruk pada kamu."Katya menganggukkan kepalanya. Ia masih berpikir kalau mungkin masih ada keraguan pada Jevano pada pendapatnya. Tapi Katya juga yakin, Jevano bukan orang bodoh yang tidak akan mendengarkan kebenaran di hadapannya. Tinggal bagaimana caranya Katya menegaskan kalau wanita yang ia lihat itu adalah wanita bernama Laura. Sesuai foto yang ia lihat di basement tempo hari."Apa kamu sudah ingin tidur, Kat?" tanya Jevano menghentikan langkah Katya yang hendak berjalan ke kamarnya. "Saya juga belum tahu sih. Kenapa?" tanya Katya."Saya ... Masih ingin mengobrol dengan kamu."Sebelum Katya bereaksi dengan kalimatnya yang cukup mengejutkan itu, Jevano kembali menambahkan, "
Sophia masih dibuat linglung dengan foto yang Veronica berikan ini. Seumur hidupnya, Sophia tak akan mungkin berpikiran buruk tentang suaminya. Tak mungkin, tak mungkin Bagaskara berselingkuh. Ia yakin siapapun perempuan ini, mungkin hanya teman lamanya."Ini pasti teman lamanya, Veronica. Tak perlu ambil pusing," ucap Sophia berusaha untuk tetap tenang."Lalu kenapa dia sampai berbohong sama kamu, Sophia? Dia tak pernah bertemu dengan segerombolan remaja mabuk. Karena luka itu adalah akibat seorang laki-laki yang memukulinya setelah dia memeluk perempuan itu."Sophia terdiam dengan gelisah. Ia sampai kehilangan kata-kata karena ini semua."Aku harus tanya ini sama Bagas," ucap Sophia memutuskan dengan sigap. Tapi Veronica dengan cepat menahannya."Suami kamu akan berbohong, Sophia. Sebagai teman, aku lebih menyarankan kamu untuk mencari tahu siapa perempuan ini. Setelah itu, kamu boleh tanyakan pada suami kamu," saran Veronica yang menurut Sophia memang ada benarnya juga. Ia tak bisa
Katya berusaha keras untuk melepaskan pelukan Bagaskara, tapi laki-laki itu benar-benar seperti orang kerasukan. Ia memeluk Katya dengan sangat erat sambil menghirup wangi rambut Katya seolah terobsesi dengan bagian tubuh Katya yang satu itu."Bagas! Lepasin atau aku teriak.""Kat, listen. I love you," bisik Bagaskara sebelum tubuhnya terhuyung dan menghantam dinding bangunan saat Jevano menghajarnya."How dare you, touch her! Setelah apa yang kamu lakukan!" Jevano kembali menghajar Bagaskara. Lalu Katya buru-buru menarik Jevano sekuat tenaga untuk menjauhi Bagaskara. Sayangnya tubuh mungilnya tak bisa melakukan itu. Alhasil ia segera mendorong Bagas menjauh dan menyelinap diantara keduanya hingga ia bisa menghalangi Jevano."Stop, please... Jevan, stop..." Katya memohon pada Jevano sambil memegangi tangannya.Bagaskara melemparkan tatapan tajamnya pada Jevano, kemudian ia berjalan menjauh dari keduanya menuju mobil. Ia sudah terlanjut kesal karena kejadian ini sehingga hasratnya terh
Ponsel Bagaskara bergetar tanda notifikasi pesan masuk ketika ia sedang memeriksa beberapa berkas yang diberikan oleh sekretarisnya. Sebenarnya, ia jarang sekali menerima pesan masuk dari orang asing apalagi jika hanya berisi spam. Tapi siang ini, ia mendapatkan pesan masuk dari nomor tak dikenal yang mengirimkannya sebuah foto. Dan begitu ia membukanya, dahinya berkerut heran. Itu adalah foto Katya yang berada di sebuah supermarket seorang diri.Perempuan itu kelihatan tersenyum antusias melihat-lihat bahan makanan. Sudah sangat lama sekali Bagaskara tak melihat Katya tersenyum lebar seperti itu. Dan sejujurnya bagaskara merindukan gadis itu. Wing Seng, 2 Rue Rebeval, 75019 ParisBagaskara tahu alamat yang dituliskan dalam pesan itu. Pesan ini seolah mengajaknya untuk menyusul Katya ke sana. Tapi siapa orang ini? Apa ini nomor baru Katya? Dan walaupun awalnya sempat ragu, Bagaskara akhirnya beranjak dari duduknya sambil membawa kunci mobilnya. Ia hanya ingin memastikan jika Katya be
"Saat itu usia saya baru 7 tahun. Seseorang menyekap saya. Saya gak tahu itu di mana dan berapa lama. Yang pasti, kejadian itu yang membuat saya trauma sampai saat ini. Itu memang bukan kelemahan terbesar saya, sama halnya dengan teror yang dilakukan orang itu hari ini. Saya rasa hanya peringatan," ucap Jevano setengah memejamkan matanya.Jadi, maksud Jevano, kejadian di basement tadi bukanlah untuk menjebaknya? Melainkan Jevano? Katya pikir, si pelaku hanya tahu di basement itu Katya, karena Jevano pun masuk secara mendadak. Lalu dia mngunci pintu basement. Tapi dengan mengunci pintu, mematikan lampu, semua itu sudah sangat sempurna untuk membuat Jevano kelimpungan. Misi penjebakkan hari ini memang seolah sengaja membuat Jevano menderita."Jadi siapa yang memungkinkan melakukan ini semua menurut kamu?" tanya Katya pelan."Ada banyak kemungkinan, Kat... Pelakunya ... Bisa saudara saya, bahkan Ibu saya. Mereka semua tahu insiden itu.""Ibu kamu? Gak mungkin -""Dia yang melakukan itu s
Sebenarnya, Jevano enggan memberitahu Katya mengenai rekaman CCTV tadi. Tapi ia pikir, bagaimana pun ia sudah berjanji pada Katya akan memberitahukan wanita ini apa saja yang ia temukan tentang si penguntit.Dan benar saja seperti dugaannya, reaksi Katya kelihatan panik. Ia mulai gelisah dengan menekan-nekan telapak tangannya sendiri. Tapi hingga kini, Katya belum mengatakan apa-apa sehingga membuat Jevano merasa bersalah."Kat, kamu harus ingat. Saya akan selalu buat kamu aman. Saya tahu kejadian tadi membuat saya lemah, tapi kamu harus percaya sama saya. Saya gak akan membiarkan mereka menyentuh kamu sedikit pun." Jevano menggenggam tangan Katya meskipun dirinya sendiri masih kelihatan belum tenang.Bukan sekali dua kali Jevano merasa diteror oleh seseorang. Tapi kali ini, entah kenapa ada sesuatu yang membuatnya jauh lebih takut, merasa memiliki kekhawatiran yang sebelumnya jarang ia rasakan."Sebaiknya kamu istirahat dulu. Semua ini biar saya yang urus.""Jevan, maafin saya. Saya
Jevano masih berusaha mendobrak pintu. Ia menggedor-gedor pintu tersebut dan mencoba memanggil orang-orang."Jevan, mereka gak akan mendengar. Lebih baik kamu berhenti mendobrak pintu atau badan kamu akan sakit."Sayangnya Jevano tak menyahuti kalimat Katya. Tapi ia mencoba mencari cara lain dengan melihat-lihat ke sekitar pintu. Ia tak yakin, tapi ia berharap ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu ini.Katya juga berusaha mencari sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan pintu itu. Namun, kemudian ia terkejut saat Jevano menendang pintu itu dengan kesal lalu menjatuhkan dirinya duduk di salah satu anak tangga.Awalnya, Katya merasa bingung. Aneh saja baginya, kenapa laki-laki seperti Jevano sepanik ini. Padahal basement ini masih berada di sekitar rumahnya sendiri. Mengenai celah ventilasi, ruangan ini memilikinya meskipun tak besar.Akan tetapi saat melihat Jevano gelisah dan seperti sulit bernapas, Katya buru-buru menghampirinya."Jev, kamu gak apa-apa?" tanya Katya.J