"Basic-nya perusahaan laki-laki ini berkembang di Indonesia. Artinya, dia gak punya kedudukan yang kuat di Paris. Setidaknya sebelum dia menikah dengan perempuan bernama Sophia itu. Well, gue gak begitu kenal dia secara pribadi. Tapi selama kerjasama dengan Bagas Satya ini, dia terkenal control freak," jelas Kevin. Asisten CEO perusahaannya yang tinggal di Paris untuk membantu Jevano dalam menjalankan perusahaan.
Kevin adalah laki-laki asal Indonesia keturunan Chinese yang sangat pandai. Dia sempat menjadi CEO di salah satu cabang hotel keluarganya. Maka dari itu, selain karena alasan persahabatan, Jevano memilih Kevin untuk membantunya mengurus perusahaan di sini. "Jadi, menurut gue, perempuan bernama Katya itu, adalah korban laki-laki bernama Bagas ini. Dan dia target yang sangat cocok untuk lo, Jev," ujar Kevin menyimpulkan setelah Jevano yang sudah ia anggap sebagai saudaranya ini menceritakan apa yang terjadi belakangan ini dan kenapa ia meminta Kevin menceritakan tentang seorang pengusaha bernama Bagas itu."Perempuan ini keras kepala. Dia lebih memilih luntang-lantung. Entah terlalu berani atau keras kepala," ucap Jevano yang menyayangkan keputusan Katya. "Ayolah, Jev. Katya bukan perempuan yang mudah disogok dengan uang. Coba pikirin lagi apa yang dia butuhkan. Lagipula, kayanya dia cuma trauma, bukan keras kepala. Gue tahu lo lebih gampang menganalisis seseorang."Jevano hanya mengedikkan bahunya sambil menyodorkan satu klip berisi beberapa lembar kertas salinan jadwal program hotel yang harus segera direalisasikan awal bulan ini. Dan Kevin pun sudah mengerti maksud Jevano meskipun laki-laki itu tak mengatakan.Lalu ketika Kevin sedang serius membaca kertas-kertas itu, suara dering ponsel Jevano mengalihkan fokusnya. Tak ingin mengganggu Kevin dengan dering ponselnya, Jevano pun segera mengangkat panggilan telepon dari Martin."Kenapa?""Kami membawa Katya ke apartemen, Tuan."Jevano segera mengakhiri sambungan teleponnya. Ia membereskan laptop dan barang-barang pribadinya di atas meja lalu memakai jasnya kembali."Mau pulang? Bukannya kita akan pergi ke klub?""Nanti. Katya lagi ada di apartemen." Jevano menepuk bahu Kevin tanda berpamitan lalu buru-buru melangkahkan kakinya keluar ruangan mengabaikan Kevin yang bertanya padanya."Good luck, bro!" pekik Kevin tertawa terbahak-bahak melihat keantusiasan Jevano.***Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi, Katya mau tak mau memakai pakaian yang disiapkan oleh orang-orang di apartemen ini. Kaus oblong polos berwarna putih, short pants denim dengan warna senada, kemudian dibalut cardigan berwarna pink pastel.Katya menguncir rambutnya menjadi ekor kuda, ia berdiam gelisah sambil menunggu Gita mengangkat panggilan teleponnya. Katya sendiri tak percaya Jevano mengizinkan Martin meminjamkan ponselnya. Apapun itu Katya akan berusaha menelepon Gita, entah harus meminjam uang ke bank atau kemana pun, ia tetap akan meminta Gita menjemputnya ke sini."Halo, Git... Ini gue, Katya.""Astaga, Ya Tuhan ku, Kat! Lo kemana aja sih? Kenapa nomor lo gak aktif? Oh udah ganti handphone ya? Mentang-mentang udah ketemu Bagas...""Git, gue ...""Bentar-bentar. Kebetulan banget nih, gue punya kejutan buat lo.""Halo, sayang? Katya?"Tadinya, Katya sudah berjanji untuk tak akan menangis lagi dan fokus pada tujuannya pulang ke Indonesia secepat mungkin. Tapi begitu mendengar suara Bu Eveline, air mata Katya jatuh begitu saja. Ibu pantinya ini sedang bersama Gita rupanya."Ya, Ibu ... Ini Katya.""Ya ampun, Nak. Kamu tuh bikin kita khawatir aja. Gimana kabar kamu di sana? Calon suami kamu memperlakukan kamu dengan baik kan? Ibu senang banget kalau kamu diperlakukan baik di sana, Kat.""Iya, Katya ... Baik-baik di sini," jawab Katya dengan suara bergetar."Kat ... kamu kenapa? Kamu nangis? Katya, kamu serius gak apa-apa?""Katya kangen sama Ibu," jawab Katya berusaha tertawa."Kamu nih, belum juga satu minggu di luar negeri. Nanti, kalau kamu menikah, ikut suami di luar negeri gimana? Kat, yang penting kamu selalu kabarin Ibu ya. Kalau kamu baik-baik aja, Ibu juga tenang. Tapi kalau sampe si calon suami mu itu menyakiti kamu, jangan takut bilang sama Ibu. Ingat ya, Kat. Ibu selalu bilang, Ibu gak akan rela anak-anak Ibu disakitin. Kalian semua anak baik, hati Ibu sakit kalau kalian sampai menderita sama orang lain."Katya menggigit bibirnya, ia menahan napas kemudian mengeluarkannya pelan-pelan."Bu, Katya harus pergi sebentar. Nanti Katya telepon lagi ya," ucap Katya buru-buru mengakhiri sambungan teleponnya lalu ia menangis sejadi-jadinya. Ia tahu ini satu-satunya kesempatan untuknya pulang ke Indonesia dengan meminta bantuan mereka. Tapi Katya belum siap menghadapi Ibu Eveline dan juga Gita dengan situasinya saat ini yang mengenaskan. Apa yang akan dia katakan pada mereka kalau dirinya hanya akan dijadikan wanita simpanan Bagas yang tak mungkin dinikahi? Katya tahu dibanding dirinya, Ibu Eveline yang akan hancur dan marah karena prinsipnya adalah meskipun dirinya dibesarkan tanpa orang tua, mereka tetaplah perempuan yang memiliki harga diri. Tapi sekarang? harga dirinya seolah dikoyak oleh orang yang dicintainya.Jevano yang tadinya hendak masuk ke kamar Katya tiba-tiba mengurungkan niatnya melihat gadis itu menangis terisak begitu. Ia berbalik menghadap Martin yang masih mengikutinya."Kamu bilang dia dari panti asuhan? Dia baru aja menelepon ibunya.""Mungkin Ibu pantinya, Tuan."Jevano menghela napas panjang. Ia terdiam untuk beberapa saat kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Katya."Siapkan tiket penerbangan ke Indonesia besok untuk Katya," ucapnya pelan.Namun sebelum Martin menjawab perintah dari atasannya itu, suara Katya sudah lebih dulu terdengar. Suaranya pelan dan cepat sehingga Jevano maupun Martin sama-sama harus menoleh dan mengisyaratkan pada Katya untuk mengulang perkataannya."Apa tawaran kamu masih berlaku?" tanya Katya mengulangnya dengan tempo suara lebih lambat. "Penawaran itu hanya sampai batas malam ini. Saya gak bisa lama-lama menunggu kamu. Kalau kamu tetap menolak, saya akan cari orang lain," ujar Jevano dengan tegas, sementara kedua matanya terus memperhatikan gerak-gerik Katya. Gadis itu masih kelihatan kacau, wajahnya sembab, tapi raut wajahnya masih kelihatan sedikit angkuh. Atau hanya berusaha untuk kelihatan tangguh."Kontraknya ... Apa bisa kita rundingkan?""Untuk kontrak, saya sangat terbuka. Apa artinya kamu akan menerima tawaran saya?"Katya berusaha keras menelan salivanya, lalu ia menganggukkan kepalanya pelan. Ini adalah keputusan yang mungkin akan ia sesali. Tapi ia yakin, segala macam kepura-puraan itu tak akan bertahan lama. "Sebelum membicarakan kontrak, saya mau kamu makan. Setelah itu, temui saya di ruangan saya," ucap Jevano serius. Ia menepuk bahu Martin mengisyaratkannya untuk menyiapkan makan malam Katya. Lalu sambil melangkah meninggalkan mereka, Jevano tersenyum puas. Ia bersyukur karena Katya segera memutuskan sebelum ia benar-benar melepaskan targetnya ini. Sekarang, ia sudah tak sabar mengatur apa saja yang harus dilakukan Katya untuknya.Pada dasarnya setiap manusia selalu memiliki pilihan dalam hidupnya. Begitu juga dengan Katya. Tapi untuk saat ini, baginya, hanya ada dua. Kembali pada Bagas untuk menjadi wanita simpanan, atau menerima tawaran untuk menjadi istri pura-pura Jevano.Keduanya sangat menyulitkan Katya tentunya. Tapi tujuannya sama, sebisa mungkin Katya tak pulang ke Indonesia dengan kabar buruk untuk Ibu Eveline. Ia tak ingin tiba-tiba pulang ke Indonesia membawa kabar buruk. Ditipu oleh Bagas dan luntang-lantung di jalanan kota Paris sampai ada orang yang membantunya pulang.Dan dari kedua pilihan itu, akhirnya Katya memilih untuk berada di sini. Di ruangan Jevano, duduk berhadapan dengan laki-laki itu."Silakan kamu baca aja kontraknya. Ada beberapa peraturan yang perlu kamu pahami. Kalau ada yang kamu rasa perlu dikoreksi, bilang aja," ucap Jevano setelah memberikan sebuah map kepada Katya yang berisi kontrak mereka."Kita akan bicarakan, sampai ketemu titik tengahnya. Yang penting, hak dan kewajiban
Hari ini Katya merasa dirinya dirombak habis oleh orang-orang Jevano. Rambutnya ditata rapi dengan dipotong di bagian-bagian diperlukan, diberi vitamin, dan dicatok.Seorang penata rias mengajarkan Katya untuk merias wajahnya sendiri secara elegan. Lemarinya telah dipenuhi dress, ia kembali melalui perawatan tubuh, kuku, dan gigi.Martin perlu menegaskan pada Katya untuk lebih banyak menggunakan dress selama keluarga Jevano ada di sini.Memakai dress dan high heels bukan hal baru bagi Katya. Tapi yang menjadi masalah, Katya selalu merasa tak percaya diri. Dan ia juga tak terbiasa menggunakan dress untuk keseharian begini.Martin juga memberitahu Katya kalau namanya adalah Rachel Amanda. Seorang designer. Astaga, Katya sampai harus mempelajari dasar-dasar tugas seorang designer."Katya?" panggil seorang perempuan menghampiri Katya yang sedang melihat-lihat baju di sebuah butik bernama La'Amour.Katya tertegun melihat seorang wanita cantik bertubuh tinggi proposional yang menyapanya den
Meja makan berbentuk oval dari marmer ini kini dipenuhi oleh hidangan khas Eropa. Dan untungnya, meskipun Katya tak kuliah, pekerjaannya sebagai pelayan tamu-tamu orang kayanya itu membuatnya tak asing dengan situasi mewah ini. Bedanya, dulu ia yang menyajikan makanan, tapi hari ini ia yang duduk manis sambil menerima pelayanan.Katya tersenyum kepada Rosaline, perempuan paruh baya yang pertama kali menyapanya dengan hangat. Ia perempuan yang cantik, sangat sopan, dan memiliki tutur bahasa yang lembut sehingga Katya sedikit ragu apakah orang-orang tua ini akan membicarakan tentang hubungan intim kepadanya? Katya jadi semakin yakin kalau itu semua hanyalah gurauan yang dibuat Kevin. Sementara Pramono Utama, kakek dari Jevano kelihatan lebih tegas dan agak jutek menurut Katya. Hampir sebagian waktu makan malam mereka dihabiskan dengan pembicaraan Pramono dan Jevano seputar perkembangan perusahaan di sini. Dan kalau Katya tak salah tanggap, Pramono sempat menyindir Jevano untuk segera m
Katya tak pernah menyangka akan dihadapkan pada situasi seperti ini. Dan entah kenapa begitu melihat Bagaskara lagi, kedua matanya perih, ada perasaan sesak di dadanya. Jevano awalnya ragu dengan laki-laki yang berdiri beberapa meter dari mereka ini. Tapi karena Katya tiba-tiba berhenti melangkah dengan raut wajah kaget dan memerah, Jevano jadi tahu kalau laki-laki itu tak lain adalah Bagas.Jevano menahan napasnya, ia melepaskan pegangannya pada tangan Katya ketika laki-laki itu berjalan menghampiri mereka lalu tanpa aba-aba menarik tangan Katya untuk berada di sisinya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Bagas pada Katya yang masih menatap Jevano berharap laki-laki itu mengerti untuk membantunya pergi. Tapi apa mau dikata, Jevano kembali teralihkan dengan dering ponselnya yang menandakan laki-laki itu memiliki urusan lain yang lebih penting."Pastikan nanti kamu pulang dengan Martin," bisik Jevano tepat di telinga Katya."Hey, kamu siapa?" tanya Bagas menggunakan bahasa Prancis sambil
Bagaskara memelankan laju mobilnya di belakang mobil yang dinaiki oleh Katya dan seorang laki-laki yang asing baginya. Karena terlalu fokus membujuk wanita yang sangat dicintainya itu, Bagas sampai lupa menanyakan siapa laki-laki itu? Sambil mengikuti mobil tersebut, Bagas terus menerka-nerka. Laki-laki itu memiliki mobil sport keluaran terbaru, memiliki beberapa bodyguard, Bagas yakin laki-laki itu bukanlah orang sembarangan. Bahkan, ia sampai berpikir kalau mungkin saja Katya sedang diculik saat hilang kemarin dan diancam macam-macam termasuk menghindar darinya. Jika memang benar, tentu saja Bagas tak akan tinggal diam. "Hallo, Alex. Cari tahu siapa laki-laki yang tadi membawa Katya ke dalam mobilnya. Saya ingin informasinya malam ini juga," ucap Bagas menyuruh asistennya. Ia memutuskan untuk berhenti membuntuti mobil mereka ketika mobilnya dikepung oleh beberapa mobil sedan lainnya yang ia duga merupakan mobil para bodyguard laki-laki tadi.***Mobil sport warna hitam milik Jevan
Seperti rencana Jevano, pernikahan di gelar di sebuah gereja yang sudah ditentukan. Setidaknya ada tiga orang yang membantu Katya merias dirinya. Semua orang itu mengenal Katya sebagai Rachel Amanda. Kecuali Kevin dan Sesyl. Untuk semakin meyakinkan mereka semua, Jevano menyuruh Sesyl mengaku sebagai saudara sepupu Rachel yang akan mendampingi Rachel selama pernikahan. Jevano juga membayar beberapa orang untuk menjadi teman-teman Rachel yang hadir di pernikahan tersebut. Karena tamunya juga akan lebih banyak kolega-kolega bisnisnya di Indonesia, Jevano tak terlalu khawatir. Toh, kebanyakan dari pengusaha-pengusaha itu tak akan terlalu mencurgainya. Yang terpenting adalah, mereka semua tahu dan melihat secara langsung bahwa Jevano adalah pria normal yang baru saja melangsungkan pernikahan. Penanganan riasan Jevano kenyataannya lebih mudah dan sebentar dibanding Katya. Sehingga Jevano masih bisa bolak-balik menemui beberapa koleganya sebelum upacara pernikahan. Sementara Katya, masih
Aula Amour Hotel terletak di lantai 14. Katya berjalan ke arah ruangan khusus yang digunakan sebagai ruang rias untuk mengganti bajunya. Begitu juga dengan Jevano yang sudah lebih dulu berada di ruang ganti. Sebenarnya Katya sudah merasa sangat percaya diri untuk masuk dan berganti pakaian menjadi baju kebaya. Toh, ia hanya perlu menyelesaikan acara hari ini dan kembali ke kamarnya sendiri.Tapi sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti, Leanna merasakan suara-suara ribut dan seperti ada sedikit perdebatan di dalam. Katya tak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka ributkan, tapi ia tahu di dalam ada Rosa yang sedang marah-marah sementara suara Jevano kedengaran sedang menelepon seseorang. "Rachel," panggil Sesyl yang baru saja keluar dari ruang ganti dan menahan Katya untuk masuk. Ia malah menggiring Katya menjauh dari ruang ganti."Kenapa? Ada masalah?" tanya Katya pelan.Sesyl kelihatan pucat, ia menghela napas pelan kemudian menatap Katya dengan raut wajah serius."Kayanya kamu a
"I swear to God, she is annoying." Katya berdesis kesal sambil mengambil minuman di stand minuman bersama Sesyl yang berhasil 'menculik'nya dari kumpulan keluarga Jevano dengan alasan ada teman mereka yang ingin bertemu."Itu alasannya kenapa Jevano memberikan kode sama aku untuk membawa kamu, Kat. Karena Jevano tahu, dia gak akan bisa membawa kamu pergi gitu aja dari tengah-tengah keluarganya.""Ya, untung kamu jadi saudara aku di sini. Kalau enggak, pasti aku udah gila ngadepin orang-orang kaya itu," jawab Katya lalu meminum minumannya untuk setidaknya meredakan sedikit rasa dongkolnya. "Ya udahlah, Kat. Di dalam satu keluarga kan emang ada aja yang begitu," jawab Sesyl ikut mengambil minum."Iya, ngerti. Tapi ini pertemuan pertama kita lho. Kamu gak lihat aja, dari awal dia lihat aku, tatapannya ngerendahin banget. Seumur hidup aku gak pernah ditatap kaya begitu. Terus Om nya juga gak ada empati banget. Masa iya dia nyindir Jevano soal gosip itu? Padahal kan jelas-jelas mereka nge