Beranda / CEO / The Billionaire Trap / KEKASIH YANG DICARI

Share

The Billionaire Trap
The Billionaire Trap
Penulis: annaxolovely

KEKASIH YANG DICARI

Katya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 03:00 sore, ketika dia tiba di Hotel Larrote kota Paris. Tempat di mana Bagaskara, sang tunangannya berada. Jauh-jauh Katya pergi ke negeri ini dari Indonesia untuk bertemu Bagas. Namun, alih-alih menemukan Bagas berada di kantornya, Katya malah diarahkan ke gedung hotel ini. 

Awalnya, Katya sungguh-sungguh berpikir bahwa Bagas sedang menghadiri sebuah meeting di hotel ini. Sebagai seorang pelayan di restoran hotel di Jakarta, Katya tahu betul hotel bukan hanya dijadikan tempat bagi orang-orang untuk menginap. Begitu juga dengan Bagas. 

Katya menunggu dengan cemas dan penuh keraguan di lobby hotel. Dia tak memiliki akses untuk menghampiri tempat Bagas berada saat ini. Ia hanya menunggu penuh harap bahwa sang kekasih akan terkejut melihat kedatangannya yang mendadak menyusulnya.

Setelah sekitar setengah jam, Katya hendak menghubungi Bagas lagi. Namun suara pintu lift yang terbuka mengalihkan perhatiannya. Ia tercengang melihat rombongan orang-orang yang memakai setelan jas dan gaun keluar dari lift. Di belakang mereka, ia akhirnya bisa melihat Bagas. Katya refleks beranjak dari duduknya dan tertegun membeku di tempatnya berdiri. 

Ia memang melihat Bagas, tapi laki-laki itu tak berjalan sendirian. Bagas bergandengan dengan seorang wanita cantik yang memakai gaun pernikahan modern. Penampilannya, buket bunga yang dipegang, sampai iring-iringan yang mengantarkan mereka, membuat Katya akhirnya sadar, bahwa Bagas tidak sedang menghadiri pernikahan seseorang. Tapi ia baru saja melangsungkan pernikahan. 

Mereka semua tertawa, Bagas yang kelihatan bahagia, mencium kening wanita itu sambil berjalan melewatinya. Mungkin mereka tak menyadari kehadiran Katya. Tapi alam bawah sadar Katya tak mengizinkan dirinya untuk diam saja. Ia segera menarik kopernya menyusul mereka semua lalu suaranya yang memanggil Bagas, menarik perhatian banyak orang.

Katya bisa melihat sang mempelai wanita bertanya pada Bagas menggunakan bahasa Prancis. Lantas Bagas pun menjawabnya dengan tenang menggunakan bahasa Prancis juga. Padahal Katya bisa melihat betapa terkejutnya Bagas melihat dirinya di sini. Bukan terkejut senang karena kehadirannya, tapi lebih tepatnya terkejut karena takut. Dan Katya tak percaya dengan ekspresi itu.

Entah apa yang mereka bicarakan, tapi mempelai wanita itu malah tersenyum padanya, lalu masuk duluan ke dalam mobil, sementara Bagas menghampirinya.

"Siapa, Bagas?" tanya seorang wanita paruh baya menahan Bagas sebentar. 

"Teman ku dari Indonesia," jawab Bagas singkat. 

"Jangan lama-lama," bisik wanita itu ketus. Ia melirik ke arah Katya sebentar, memperhatikan pakaian yang digunakan gadis itu yang hanya menggunakan celana jeans, kemeja polos berwarna merah muda, dibalut jaket denim dan sepatu sneakers.

Dengan senyum palsunya, Bagas berhasil membawa Katya kembali ke dalam lobby untuk bicara. Sampai mereka benar-benar terlepas dari pandangan keluarganya.

"Kita ngobrol di dalem," ucap Bagas menuntun Katya yang linglung ke dalam cafe yang ada di hotel tersebut. Ia memesan VIP sambil sibuk menelepon pegawainya untuk membawa perempuan bernama Sophia itu pulang terlebih dahulu bersama keluarganya. Lagi-lagi Bagas menggunakan bahasa Prancis yang tak dimengerti oleh Katya.

Hingga seorang pelayan mengantarkan welcome drink untuk tamu VIP mereka itu, Katya masih diam. Ia berusaha untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Kamu udah makan? Jam berapa kamu sampai di sini?" tanya Bagas seperti biasa, nadanya terdengar begitu lembut. Tapi Katya tak bisa mendengar jelas karena pikirannya sedang bercabang kemana-mana.

"Hey, sayang ..." Bagas meraih tangan Katya sehingga Katya bisa melihat jelas cincin polos yang melingkar di jari manis Bagas. Seolah mempertegas keadaan bahwa laki-laki ini sudah benar-benar menikah.

"Aku bisa jelasin semuanya."

"Jelasin," jawab Katya lemah.

"Aku... memang sudah menikah. Aku sudah lama dijodohkan dengan perempuan tadi. Aku minta maaf karena gak bilang ini ke kamu sebelumnya."

"Terus buat apa kamu minta aku untuk dateng ke sini lusa nanti? Kamu bilang kamu serius sama aku. Sekarang kamu tinggalin aku gitu aja?" marah Katya dengan suara bergetar. Ia bahkan menarik tangannya dari Bagas, tapi laki-laki itu malah semakin kuat menggenggam tangannya.

"Hey, No, sayang... Aku gak ninggalin kamu. Aku gak mungkin ninggalin kamu, makanya aku berniat jemput kamu ke sini. Dan aku gak nyangka kamu bisa dateng ke sini sendirian sekarang," bisik Bagas menatap Katya dengan pandangan sayunya.

"I love you, Kat. I always love you. Kamu tahu kan aku, sayang banget sama kamu."

Katya menundukkan kepalanya kemudian menangis sejadi-jadinya mendengar kalimat Bagas barusan yang biasanya akan selalu membuat hatinya berbunga-bunga. Namun saat ini keadaannya berbeda, kalimat-kalimat itu hanya membuat hatinya semakin hancur. 

"Kamu gak bisa kaya begini, Gas. Kamu sudah menikah, lalu hubungan kita ini apa? Untuk apa kamu berniat bawa aku ke sini? Kamu gak mungkin menikahi dua perempuan."

"Kat, please ... Kamu harus terus ada di sisi aku. Kita gak perlu nikah. Aku udah siapin semua kebutuhan kamu di sini. Aku beli apartemen, pakaian, asisten rumah tangga, aku udah siapin semuanya, sayang. Dan aku janji, keadaan kita gak akan berubah."

Katya menghapus air matanya. Ia mendongakkan kepalanya menatap Bagas dengan pandangan kecewa.

"Apa karena selama ini aku gak bisa berhubungan intim sama kamu? Jadi kamu pilih perempuan itu? Apa karena aku -"

"Ssst... hey, sayang. Tenang, pikirin baik-baik. Kamu tahu aku juga butuh itu, dan kamu gak perlu khawatir kan? karena aku bisa dapetin itu dari istri aku nanti. Percaya sama aku, Kat, aku cuma butuh cinta kamu. Kamu mau kan terus sama aku?" bujuk Bagas mencium punggung tangan Katya sambil terus memohon.

"Aku bener-bener sayang sama kamu, Kat. Aku gak bisa jauh-jauh dari kamu. Please, tinggal di apartemen yang udah aku siapin untuk kamu. Kita bisa aman di sana, oke?"

Katya merasa kepalanya berputar, perasaannya telah campur aduk dengan segala situasi ini. Jujur saja, hatinya masih belum bisa melepas Bagas. Apalagi dengan sikap Bagas seperti ini. Tapi haruskah ia menjadi wanita simpanan Bagas? 

"Sayang, kamu bisa kan ngertiin aku? Jangan tinggalin aku, Kat..." Bagas beranjak dari duduknya menghampiri Katya dan memeluknya. 

"Kamu mau kan tinggal di apartemen?" bisik Bagas mengelus pipi Katya dengan lembut. 

Katya menahan napasnya, ia menganggukkan kepalanya pelan dengan air mata yang menetes dari salah satu matanya.

"Aku tahu kamu akan selalu cinta sama aku, Kat. I love you," bisik Bagas mencium kening Katya dengan lembut lalu kembali memeluk gadis itu erat-erat. Sementara Katya memejamkan matanya, menikmati pelukan Bagas. Tapi setiap kali ia memejamkan mata, yang terbersit di otaknya adalah ketika Bagas mencium kening sang mempelai wanita. 

"Beberapa orang suruhan aku akan nganter kamu ke apartemen. Kamu tunggu aku di sana."

Pikiran Katya benar-benar kacau, jiwanya seolah telah keluar dari raganya. Langkahnya bagai robot mengikuti dua laki-laki bertubuh tinggi yang mengantarnya masuk ke dalam mobil.

Mereka memasukkan koper Katya ke bagasi, sementara tas ransel gadis itu ia taruh di sebelahnya. Kedua pria itu duduk di kursi depan, sementara Katya di kursi penumpang belakang. Mobil mulai melaju, sementara hari mulai gelap. 

Selama perjalanan, yang Katya ingat hanyalah kejadian pernikahan tadi dan semua kaimat-kalimat manis Bagas. Bahkan, ponselnya kini terus berbunyi nada notifikasi pesan dari Bagas. Sayangnya Katya terlalu larut dalam pikirannya sampai tak melihat semua isi pesan tersebut.

Mobil berhenti di sebuah pom bensin. Salah satu dari mereka keluar untuk mengisi tangki bahan bakar mobil ini. Sementara Katya meminta izin untuk pergi ke toilet. Salah satu dari orang suruhan itu berniat mengantar, tapi Katya yang merasa risih segera menolaknya.

Di kamar mandi, Katya membasuh wajahnya lalu melihat dirinya lagi di cermin.

Hatinya sakit, ia sangat amat kecewa. Tapi apakah cintanya pada Bagas akan berakhir seperti ini? Atau ia benar-benar harus menjadi wanita kedua yang disembunyikan oleh Bagas? Semua kebutuhannya terpenuhi tanpa ia perlu bekerja keras, hubungannya dengan Bagas juga akan baik-baik saja selama tak ada orang lain yang tahu. 

Akan tetapi, di sisi lain otak Katya berontak. Haruskah ia menjadi wanita simpanan? Meskipun semua ini bukan tentang finansial, Katya benar-benar tulus dengan cintanya, tapi apakah logis ia menjadi orang ketiga dalam sebuah rumah tangga? Apapun alasannya, Katya tak bisa menolak kenyataan bahwa Bagas yang ia kenal, bukanlah miliknya, Bagas yang ia cintai sudah menikah dengan perempuan lain. 

Katya meraih ponselnya dari dalam tas, kemudian ia mencoba menghubungi Bagas. Tak seperti sebelumnya, kali ini Bagas begitu cepat mengangkat panggilan teleponya.

"Ya, sayang? Kamu udah sampai di apartemen?"

"Maaf, Gas. Aku gak bisa ..."

"Gak bisa? Gak bisa apa?"

"Aku akan pulang ke Indonesia. Aku gak bisa sama kamu lagi. Hubungan kita udah selesai sejak pernikahan kamu dimulai..."

"Apa? Sayang, enggak. Jangan kemana-mana, denger aku... Katya! Orang-orang itu akan bawa kamu ke apartmen apapun yang terjadi-"

Katya segera mengakhiri sambungan telepon itu sambil menahan tangisnya, ia segera menonaktifkan ponsel itu lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu, Katya segera keluar dari toilet hendak mengambil kopernya. Tapi, melihat dua orang yang mengantarnya itu berlari dengan raut wajah serius menuju kamar mandi, membuat Katya ketakutan. Ia buru-buru berlari melalui arah lain dan benar saja kedua orang itu mengejarnya sambil meneriaki namanya.

Katya mengumpat selama berlari. Takut, marah, dan khawatir semuanya seolah menyatu dalam satu waktu. Sulit rasanya mencari taxi dalam keadaan berlari begini. Bahkan, ia harus melewati gang-gang yang tak tahu kemana arahnya. Sampai ia menemukan jalan besar, tapi sialnya mobil sedan milik orang-orang suruhan Bagas sudah menghadangnya. Katya memilih jalan lain, menuju sebuah gang yang pastinya tak bisa dilewati oleh mobil.

Kakinya yang lelah tergelincir hingga membuatnya terjatuh. Tapi ia segera berdiri dan meneriaki sebuah taxi di seberang jalan. Orang-orang tadi masih mengejarnya di tengah kegelapan malam. Katya berhasil sampai di depan taxi, ia segera membuka pintu taxi dan melepaskan tas ranselnya. Namun tiba-tiba seorang perempuan mendorong tubuh lemahnya hingga terjatuh ke aspal lalu ia masuk ke dalam taxi meninggalkan Katya yang berusaha mengejarnya. 

Sayangnya, dari arah belakang, ada tiga orang laki-laki bersetelan jas lengkap yang menangkap tubuh mungilnya. Mereka membawa Katya masuk ke dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam sambil menutup mulutnya dengan lakban, lalu mengikat kedua tangannya dengan tali. Katya berusaha melawan dengan kemarahannya. Namun, ia baru menyadari sesuatu yang membuatnya ketakutan setengah mati. Orang-orang yang menangkapnya ini ... bukanlah orang-orang suruhan Bagas yang sejak tadi mengejarnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status