Achazio adalah pria yang sempurna. Wajah tampan, tubuh proporsional, otak cerdas, harta berlimpah semuanya ia miliki. Namun, hingga usianya menginjak tiga puluh enam tahun, ia belum bertemu dengan satu pun wanita yang mampu menggerakkan hatinya. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis menarik. Terdengar klise, tetapi Achazio mengakui jika dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu. Aio jatuh cinta pada Tessa, mahasiswi berusia dua puluh satu tahun yang sudah terbiasa mengalah dan berkubang dalam luka. Gadis itu berbeda, sekaligus terasa familier bagi Aio karena memiliki cukup banyak kemiripan dengan sang adik bungsu. Sayangnya, Tessa tidak memberikan respon terlalu baik untuk Aio. Namun, itu bukan masalah bagi Aio. Karena apa pun yang ia inginkan, pada akhirnya pasti akan ia dapatkan. “Kakak bukan kakak kandungku atau pacarku, jadi berhenti untuk mengatur hidupku!”—Tessa Aretina Heidi “Aku memang bukan keduanya. Tapi aku bisa lebih menjadi keduanya. Aku bisa menjadi suamimu. Kau setuju?”—Achazio Riutha Dawson
Lihat lebih banyakVania—sang nyonya rumah di kediaman Heidi—memberikan isyarat pada putrinya Elena untuk mengikutinya. Elena yang mengerti, segera melangkah mengikuti langkah ibunya dengan senang hati. Elena melirik kotak berisi gaun dari desainer terkenal di tangan ibunya. Elena mengerucutkan bibirnya dan mengeluh, “Kenapa Bunda menyiapkan gaun secantik itu untuknya? Harusnya, Bunda menyiapkan gaun cantik hanya untukku. Malam ini, aku harus terlihat lebih baik daripada siapa pun.”
Vania menatap putrinya yang cantik sembari mengulum senyum. “Bukan Bunda yang menyiapkan gaun ini, Elena. Ayahmu yang menyiapkannya. Toh, gaun yang kau kenakan terlihat lebih cantik. Dengan gaun yang kau kenakan, jelas kau lebih cantik daripada siapa pun di rumah ini. Tidak perlu mencemaskan apa pun,” ucap Vania sembari menenangkan putrinya.
Elena memang terlihat sangat cantik dengan gaun malam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Elena sendiri memanglah seorang model yang harus memperhatikan dan mempertahankan bentuk tubuhnya agar tetap sempurna di hadapan kamera. Suatu kebanggaan bagi Elena karena dirinya memiliki wajah cantik dan tubuh yang sempurna hingga sanggup memesona siapa pun dengan mudahn. Namun, malam ini Elena lebih berusaha untuk merias dirinya, mengingat tamu yang akan datang untuk makan bersama dengan keluarganya. Elena berupaya menjadi pusat perhatian. Karena itulah, Elena agak terganggu dengan gaun cantik yang dibawa oleh sang bunda, yang rasanya akan membuat rencananya terganggu.
Vania mengetuk sebuah pintu dan membukanya. Lalu seorang gadis yang terlihat masih lusuh karena kelelahan terihat berbaring dengan kaki menjuntai di tepi ranjang. Elena yang melihat gadis itu seketika mengernyitkan kening. “Aku akan benar-benar malu jika memperkenalkanmu sebagai adikku,” ucap Elena.
Gadis manis itu pun bangkit dan berkata, “Seperti Kakak pernah memperkenalkan Tessa pada teman Kakak saja.”
Ya, gadis manis tersebut bernama Tessa Aretina Heidi. Putri bungsu di keluarga Heidi, dan adik tiri dari Elena. Benar, Tessa dan Elena adalah saudari tiri. Jika Elena adalah putri kandung Vania, maka Tessa adalah putri kandung dari Galih Heidi sang kepala keluarga yang tak lain adalah pemilik perusahaan Heidi yang bergerak dalam bidang produk pangan. Meskipun terlihat akur ketika Galih berada di tengah-tengah mereka, dua saudari tiri itu sama sekali tidak terlihat seperti saudara ketika hanya ada Vania di sana. Vania sendiri tidak mempermasalahkan perselisihan tersebut. Ia malah mendukung putri kandungnya untuk melakukan apa pun yang ia inginkan. Elena sendiri sangat tidak menyukai Tessa. Padahal, Tessa sendiri tidak pernah mengganggu Elena. Malah sebaliknya, Elena yang selalu mengganggu Tessa.
Perawakan Tessa sendiri, sangat berbeda dengan Elena. Jika Elena memiliki tubuh semampai yang ramping sebagai seorang model yang tengah naik daun, maka Tessa memiliki tubuh yang mungil. Tessa memiliki rambut sepunggung yang tipis berwarna hitam kelam, serta tinggi badan yang mungkin hanya mencapai seratus enam puluh sentimeter. Tentu saja, ia kalah tinggi dari Elena yang seorang model. Tessa juga jarang berias, dan membuat Elena sering kali mencela penampilannya yang sangat sederhana. Siapa pun yang melihat Tessa, pasti tidak akan menyangka jika Tessa adalah putri dari seorang pengusaha.
Elena menatap jengkel pada Tessa yang barusan mengatakan sesuatu yang terdengar menyebalkan. Saat Elena akan mengatakan kekesalannya, Vania pun mengiterupsi. Ia memberikan kotak gaun pada Tessa dan berkata, “Cepat bersiap. Kita akan kedatangan tamu.”
Tessa menerimanya dan bertanya, “Kita akan malam bersama?”
“Benar. Jadi berdandanlah dengan layak walaupun sulit. Jangan terlihat menyedihkan,” ucap Vania lalu berbalik pergi diikuti oleh Elena yang tidak mengatakan apa pun. Tessa sendiri menghela napas. Ia baru pulang kuliah, dan merasa sangat lelah. Rasanya, ia benar-benar malas untuk mengikuti acara sepeti itu. Namun, perut Tessa sendiri berbunyi keras.
“Ya, setidaknya aku menghadiri acara itu untuk mengisi perut,” ucap Tessa lalu dengan riang segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
***
Elena tidak bisa melepaskan pandangannya dari pria yang saat ini duduk di seberangnya. Pria itu memiliki netra tajam yang berkilauan seperti galaksi dan rambut sekelam warna langit malam. Wajahnya juga tidak kalah indah, tampak terpahat sempurna. Seakan-akan ingin membuktikan jika sosoknya diciptakan oleh Tuhan dengan sangat sempurna. Elena melirik ayahnya yang mulai memperkenalkan anggota keluarga. Galih—ayah tiri Elena—menunjuk Vania dan berkata, “Seperti yang sudah kau ketahui, dia adalah istri Om, Vania.”
“Selamat malam Nyonya Heidi,” ucap pria itu dengan senyum formal.
“Ah, tidak perlu bertindak terlalu formal. Karena kau memanggil suamiku Om ketika di luar pekerjaan, maka panggil aku Tante saja,” ucap Vania ramah.
Pria itu mengangguk. Galih pun beranjak memperkenalkan putri sulungnya dengan berkata, “Lalu di sana ada putri sulungku, Elena. Dia bekerja sebagai seorang model. Sepertinya awal tahun ini dia juga pernah bekerja untuk iklan salah satu perusahaanmu.”
Pria itu menatap Elena dengan tajam dan berkata, “Entahlah, aku tidak mengingatnya, Om.”
Elena yang mendengar hal itu sama sekali tidak melepaskan kesempatan emas dan berkata, “Itu wajar saja, karena Anda pasti bertemu banyak orang penting dan sibuk mengerjakan banyak hal. Tapi, saya bisa mengenalkan diri kembali. Saya, Elena Heidi, Tuan Achazio.”
Benar, lawan bicara Elena saat ini adalah Achazio Riutha Dawson. Putra sulung dari keluarga Dawson yang jelas memiliki nama besar mengikuti jejak kedua orang tuanya. Sejak dulu, Elena sudah menantikan kesempatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan pria ini. Achazio atau yang lebih dipanggil sebagai Aio oleh orang-orang terdekatnya itu, hanya mengangguk tipis dan berkata, “Senang bertemu dengan Anda, Nona.”
Tampaknya, Aio tidak berniat memiliki kedekatan apa pun dengan Elena. Karena itulah, jika dengan Vania dan Galih dirinya bisa berbicara dengan santai, maka dengan Elena berbeda. Ia memasang tembok pembatas yang berisi peringatan jika dirinya tidak boleh melewati batasan yang sudah ia tetapkan. Elena menyadari hal itu dan berusaha untuk menahan kedutan pada sudut bibirnya yang tertarik menjadi sebuah senyuman manis. Jika ia ditolak, maka itu hanya akan membuat Elena semakin tertantang untuk menaklukannya Aio.
Galih pun melirik kursi yang dipersiapkan untuk putri bungsunya. Ia berbisik pada Vania, “Apa, Tessa belum selesai?”
Vania tersenyum dan menjawab, “Sepertinya, Tessa terlalu lelah setelah pulang kuliah, ia langsung tertidur. Aku tidak tega membangunkannya.”
Mendengar jawaban tersebut, Galih pun menghela napas panjang. Putrinya satu itu, memang selalu sibuk dengan kegiatan sekolahnya, dan sering kali pulang terlambat dengan keadaan kelelahan. Jadi, Galih menganggap jika kejadian kali ini sangat wajar. Ia berkata pada Aio, “Putri bungsuku sepertinya tertidur karena kelelahan. Jadi, Om tidak bisa mengenalkannya padamu. Tapi, seperti yang Om pernah katakan padamu, Tessa itu mirip dengan adik bungsumu. Selain seumuran, mereka juga memiliki tingkah manis yang mirip.”
“Wah, kalau begitu sayang sekali, aku tidak bisa berkenalan dengannya di kesempatan ini,” ucap Aio tampak tidak terlalu peduli.
Reaksinya itu jelas disukai oleh Elena yang memang sudah sangat tertarik pada Aio. Galih pun memulai acara makan malam. Elena berulang kali berusaha menarik perhatian Aio, tetapi Aio sama sekali tidak menanggapi. Hingga, di satu titik Aio pun undur diri sejenak untuk mengangkat telepon. Elena segera memasang ekspresi kesal karena Aio yang terus mengabaikannya. Galih yang melihat hal itu berbisik pada putrinya, “Elena, tenanglah. Aio bisa-bisa melarikan diri karena melihat kamu terlalu agresif mendekatinya. Putri Ayah sangat memesona, bersikaplah seperti biasanya, dan pesonamu pasti akan lebih terlihat.”
Sementara itu, Tessa yang dikira oleh Galih sudah benar-benar tidur, tampak kesal karena kelaparan. Ia tidak bisa mengikuti acara makan malam bukan karena tidur, tetapi karena dirinya dikuci dari luar. Tessa tidak bisa keluar kamar karena ia tidak memiliki kunci kamarnya. “Menyebalkan, padahal aku hanya ingin makan,” ucap Tessa lalu melangkah menuju balkon sembari menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar.
Ini bukan kali pertama Tessa diperlakukan seperti ini oleh ibu dan kakak tirinya. Namun Tessa sama sekali tidak terbiasa. Apalagi, jika sikap tidak adil ini berkaitan dengan masalah makanan. Tessa sangat sensitif dengan masalah perutnya. Tessa menendang-nendang pembatas balkon yang memiliki celah. Tepat saat itulah, salah satu sepatunya yang memiliki hak pendek itu terlepas dan jatuh. Tessa memekik pelan, dan pekikan tersebut ternyata mendapat sahutan geraman yang cukup menyeramkan. Tessa yang tampak cantik dengan gaun pilihan ayahnya, segera melongok dan memeriksa sepatunya yang jatuh tepat menimpa seorang pria yang tidak Tessa kenali. Pria itu memegangi sepatu milik Tessa dan mendongak, menatap Tessa dengan tajam.
Tessa begidik ngeri. Namun, Tessa melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat binar geli tiba-tiba menghiasi netra tajam yang menatapnya tersebut, “Om, sepatu Tessa enggak papa, kan?”
Pemilik netra yang tak lain adalah Aio tersebut menyunggingkan senyum tipis yang tak kasat mata. Ia pun bergumam karena mengingat sosok adiknya, “Ternyata perkataan Om Galih benar. Kalian benar-benar mirip. Tingkah aneh kalian sama persis.”
“Ini adalah Lembah Para Raja,” ucap Aio lalu memeluk Tessa yang tengah melihat sawah yang menghampar luas sejauh mata memandang. Kini, Aio dan Tessa tengah memulai acara bulan madu mereka yang ternyata di mulai dengan menginap dan menikmati wisata di Bali. Untuk akomodasi, Aio memilih untuk menginap di Viceroy Hotel yang terletak di Ubud, Bali.Sebuah hotel bintang lima di mana kamar yang ia pesan berupa sebuah Villa mewah yang terletak di Lembah Para Raja. Nama tersebut diberikan oleh penduduk setempat untuk generasi royal Bali yang tinggal di desa-desa terdekat. Selain itu, area tersebut memang sangat indah, dan patut untuk dinamai sebagai Lembah Para Raja, karena keindahan seperti ini di zaman dulu pasti hanya bisa dinikmati oleh keturunan Raja.“Apa nanti kita bisa bermain ke sana? Tessa ingin berfoto di sana, pasti menyenangkan. Tessa ingin menunjukan pada Princess, Nessie, dan Alma bahwa kita juga berlibur ke tempat yang indah,” ucap Tessa terlihat begitu antusias.Karena setel
“Apa Nyonya sudah meminta izin pada Tuan?” tanya kepala pelayan saat Tessa memintanya untuk menyiapkan mobil dan mengantarkannya ke kediaman Dawson, yang tak lain adalah kediaman mertuanya.Setelah pindah ke rumah baru yang ia tinggali bersama sang suami, Tessa belum pernah ke luar dari rumah, apalagi tanpa didampingi oleh suaminya ini. Semua hal yang Tessa lakukan selalu ia kerjakan di dalam rumah. Baik itu kuliah, maupun bersantai sekali pun, karena memang semuanya sudah tersedia di dalam sana. Khusus untuk kuliahnya, Tessa pun pada akhirnya mengambil kelas online karena Aio memang sudah mengatur dan mengubah perkuliahannya seperti itu.Semua itu tidak terasa membebani bagi Tessa. Karena pada akhirnya Tessa bisa menjalani hari yang nyaman. Hanya saja, akhir-akhir ini, ada hal yang membuat Tessa sangat jengkel pada Aio. Tessa yang memeluk Romeo dan Juliet, telihat enggan menyebutkan nama suaminya. Benar, Tessa tengah merajuk pada Aio. Setelah membuat Tessa menggunakan kostum kucing,
“Lucunya!” seru Tessa saat melihat dua ekor bayi kucing berbulu lembut dan tebal.Tessa terlihat begitu bahagia, saat dirinya terbangun dari tidurnya dan susah membersihkan diri karena tubuhnya pegal bukan main karena Aio selalu mengajaknya berolahraga kapan pun dan di mana pun itu. Hal yang menyebalkan adalah, sekeras apa pun Tessa menolaknya, Aio tidak pernah mau berhenti dan mengalah. Untungnya, para pelayan yang akan bekerja di rumah mereka, sudah datang. Hingga mungkin Aio bisa sedikit menahan diri. Setelah Tessa selesai membasuh diri dan berpakaian dengan rapi, ia pun beranjak untuk turun dari lantai tiga.Namun begitu akan masuk ke ruang makan, Tessa sudah lebih dulu disambut oleh kejutan dua ekor bayi kucing lucu yang menjadi wujud dari janji Aio sebelumnya. Para pelayan yang membawa dua kucing tersebut, juga membawa sertifikat pengadopsian. Saat itulah Tessa sadar jika kedua kucing ini bukan kucing biasa. Tessa dengan hati-hati meraih dan menggedong salah satu dari dua bayi k
“Aio!” seru Tessa merasa malu dan kegelian karena apa yang dilakukan oleh Aio. Namun, Tessa tidak berusaha menghentikannya, karena tahu ini belum apa-apa.Tak lama, Aio pun memilih untuk melepaskan kaos tersebut membuat Tessa dengan malu-malu menutupi kedua buah payudaranya yang terlihat pas dengan ukuran tubuhnya yang mungil. Tessa memiliki kulit putih mulus, yang rasanya mengundang Aio untuk menyentuh dan menggodanya. Aio menyentuh kedua tangan Tessa dan menjauhkannya, agar dirinya bisa melihat keindahan milik Tessa yang tercipta begitu sempurna di matanya. Setelah itu Aio pun menunduk dan menciumi dada mungil Tessa dan menggodanya, hingga puncak payudaranya menegak tanpa malu-malu. Menantang Aio agar melakukan hal yang lebih daripada itu.Aio pun berniat untuk melepaskan celana dalam yang dikenakan oleh Tessa, tetapi Tessa menghalanginya. Wajah Tessa benar-benar merah padam, dan saat itu Aio mengulum senyum dan melepaskan celananya hingga menyisakan celana dalamnya saja. Ia membawa
“Wah!” Itulah seruan kekaguman yang keluar dari bibir mungil Tessa, ketika melihat kediaman yang ke depannya akan ia tinggali bersama dengan Aio, suaminya.Tidak ada pelayan yang menyambut kedatangan mereka di rumah mewah tersebut, karena itu adalah pengaturan yang dilakukan oleh Aio. Hari ini, ia ingin menghabiskan waktu bersama istrinya di rumah baru tersebut. Rasanya pasti menyenangkan menghabiskan waktu bersama di tempat baru ini. Aio memeluk Tessa yang masih berdiri di tengah aula. Tampaknya desain dan dekorasi yang dipilih oleh Aio benar-benar sesuai dengan selera Tessa. Rasanya tidak sia-sia bagi Aio mengubah beberapa sudut bangunan ini agar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Karena pada akhirnya Tessa terlihat sangat puas dengan ini.“Apa kau menyukainya?” tanya Aio lalu menghirup aroma rambut Tessa yang lembut. Aroma sampo yang juga Aio kenakan. Selain berbagi piring saat makan, hal yang menjadi kegemaran Aio saat ini adalah berbagi sampo yang sama dengan Tessa. Rasanya sang
“Hati-hati,” ucap Riri lalu melambaikan tangannya pada dua mobil yang dikendarai oleh Benroy dan Cendric.Keduanya sudah resmi pindah ke rumah baru mereka, yang memang sudah selesai pengerjaannya. Kini di kediaman Dawson, tersisa pasangan tua, Farrell dan Riri. Lalu pasangan muda, Aio dan Tessa. Farrell menatap Aio yang berdiri di belakang Tessa, dan memeluk istrinya itu dengan gemas. Tampak enggan untuk melepaskan diri barang sejenak saja. Farrell mendengkus. “Jika ingin bermesraan seperti itu, cepat pindah,” ucap Farrell.Tidak seperti kedua adiknya, Aio memang belum bisa memboyong Tessa ke rumah baru mereka. Bukan karena Aio tidak mampu untuk membuat kediaman yang nyaman, atau para pekerja yang tidak bisa menyelesaikan pengerjaan rumah tepat waktu. Namun, hal itu terjadi karena Aio mengubah beberapa tata letak dan ruangan, agar benar-benar bisa terasa nyaman saat ditinggali nanti. Tentu saja Aio mempertimbangkan kenyamanan Tessa, karena istrinya adalah hal yang sangat utama bagi Ai
“Jaga adikku dengan baik. Jika tidak, aku sendiri yang akan memastikan bahwa kalian akan bercerai,” ucap Aio memberikan peringatan pada Zico.Princess yang mendengar peringatan tersebut mencubit tangan Aio dan kedua kakak kembarnya yang lain, karena masih saja mengancam suaminya. “Jangan mengancam Zico seperti itu. Jangan macam-macam pada suami Princess! Lalu, memangnya siapa yang mau bercerai? Princess dan Zico akan bersama selamanya, memangnya Abang ABC mau melihat Princess jadi janda bolong?” tanya Princess galak membuat para menantu terkekeh.“Janda bolong itu tanaman, Princess. Kenapa kau bawa-bawa?” tanya Cendric tidak habis pikir.“Ingat pasal satu!”Kembar ABC memutar bola matanya sebelum berkata dengan kompak, “Princess selalu benar.”Kini, keluarga Dawson tengah mengantarkan kepergian Princess dan Zico ke bandara. Pasangan itu memang akan pergi ke luar negeri dan menikmati masa bulan madu mereka. Setelah mendapatkan beberapa wejangan dan pesan dari para orang tua, Princess s
“Semuanya sudah siap?” tanya Aio pada tim yang ia panggil secara khusus untuk sesi foto pasangan yang akan ia lakukan di kediaman Dawson.Sebenarnya, bukan hanya Aio, ketiga adiknya juga tengah melakukan sesi foto pasangan dengan mengambil berbagai tempat yang berbeda sebagai latar foto. Farrell dan Riri juga tiba-tiba ingin melangsungkan sesi foto pasangan. Mereka tidak mau kalah oleh putra dan putri mereka yang tengah dalam masa yang sangat romantis dengan pasangannya. Alhasil, saat mendengar bahwa putra dan putri mereka akan melangsungkan sesi foto, Farrell dan Riri tidak mau kalah dengan melangsungkan sesi foto pasangan. Untuk memperbarui foto keluarga dan foto di album mereka.Untungnya, Aio sudah lebih dulu menetapkan kediaman Dawson sebagai tempat di mana dirinya akan melakukan sesi foto. Jadi, ia tidak perlu mencari tempat lain dan memboyong Tessa ke luar kediaman. Ini bukan waktu yang tepat membawa Tessa ke luar. Konsep dan setting foto tentu saja harus cocok, karena itulah A
Sarapan keluarga Dawson rasanya leih meriah daripada biasanya. Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari fakta bahwa ada anggota keluarga baru yang masuk ke dalam keluarga tersebut. Benar, total ada empat menantu yang masuk ke dalam keluarga tersebut. Itu tak lain adalah Tessa, Nessie, Alma, dan Zico. Jika Nessie, Alma, dan Zico sudah bisa beradaptasi, hingga terlihat begitu nyaman di tengah-tengah keluarga tersebut, maka itu berbeda dengan Tessa. Gadis manis yang sudah berstatus sebagai istri dari putra sulung keluarga Dawson itu, masih terlihat canggung. Ia masih menempel di sisi Aio, dan canggung untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. Padahal, mereka semua sudah bersikap hangat, bak keluarga yang sesungguhnya.Aio yang duduk di samping Tessa meminta istrinya itu untuk makan lebih banyak. “Tessa, makan lebih banyak. Kau harus menambah berat badanmu lagi,” ucap Aio sembari kembali mengambilkan lauk ke atas piring istrinya itu.“Tapi Tessa kenyang,” jawab Tessa. Ia me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen