The Beauty & The Monster

The Beauty & The Monster

last updateLast Updated : 2023-01-30
By:  Daes EagCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 ratings. 11 reviews
102Chapters
6.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Konon di sebuah hutan, hidup sesosok makhluk penghisap jiwa manusia yang disebut Moa. Ia tinggal di sebuah hutan terlarang yang berada tak jauh dari pemukiman. Dengan bantuan seorang pendeta, sebuah penghalang kuat berhasil dipasang di perbatasan antara hutan dan desa. Namun kehidupan di sana kembali terancam saat si pendeta berhasil terbunuh dan penghalang itu semakin melemah, membuat Moa bisa dengan bebas keluar masuk desa dan menyebabkan banyak korban berjatuhan. Dan di antara orang-orang itu, Moa mengincar gadis bernama Nara, yang tak lain adalah putri dari pendeta yang berhasil ia bunuh.

View More

Chapter 1

Bab 1

Beberapa orang tampak memasuki sebuah rumah dan meletakkan seorang gadis kecil di dekat perapian. Wajah gadis itu tampak begitu pucat dan berkeringat, bibirnya bergetar dan napasnya memburu cukup hebat. Dia ... tampak seperti sekarat.

Seorang pria tua yang tadi membawanya langsung mengambil sesuatu yang berada di atas meja. Sebuah mangkuk yang terbuat dari kayu itu berisi cairan berwarna hijau pekat—bahkan cenderung kehitaman.

"Minumlah," ujarnya seraya sedikit menegakkan tubuh gadis kecil di pangkuannya.

Kening gadis itu berkerut begitu merasa ada cairan aneh yang mengalir ke melewati kerongkongannya. Kedua matanya perlahan terbuka.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya pria lain yang ada di sana.

Si pria tua mengangguk. "Dia akan segera membaik," ujarnya dan membuka kepalan tangan gadis itu. Sesuatu tampak digenggamnya dengan begitu erat. Si pria tua menghela napas lega.

"Badai salju yang mengerikan. Kita datang di waktu yang tepat," sahut yang lain.

"Hal yang lebih mengerikan akan terjadi jika makhluk itu berhasil mengambil Nara. Beruntung anak ini selalu membawa norigae yang Kiara berikan. Benda ini berisi mantra dan akan selalu melindunginya dari roh jahat, tidak terkecuali Moa."

Kedua mata sayu milik Nara menatap ke luar jendela begitu sang kakek membaringkan tubuhnya di sebuah ranjang kayu di dekat perapian. Badai salju di luar sana tak kunjung berhenti.

"Kau bermain terlalu jauh, Nara. Tempat itu terlarang," ujar sang kakek seraya mengobati luka yang ada di leher cucunya. Darah tampak mengalir dari sana, dan ia tahu kalau luka itu berasal dari pedang milik Moa.

"Untung kami segera datang. Aku yakin badai salju sekarang bukanlah badai salju biasa. Kurasa ini kemarahan Moa karena kami berhasil mengambilmu terlebih dulu." Salah satu pria yang tadi bersama kakeknya berkata demikian.

"Dia terluka." Nara berujar pelan tanpa melepaskan pandangannya dari luar. Pohon-pohon di luar sana bergerak ke sana-kemari seperti hendak terlempar ke udara.

"Kau yang terluka, Nak." Kakeknya membersihkan robekan yang ada di salah satu kaki cucunya. Lukanya cukup dalam, membuat darah segar itu tidak henti-hentinya mengalir.

"Aku melihat ayah dan ibu di sana."

Gerakan tangan kakeknya terhenti sejenak. "Mereka bukan ayah dan ibumu. Itu hanyalah Moa yang menyamar dan berencana membunuhmu."

"Aku melihat mereka di sana. Mereka terluka."

"Moa membunuh orang tuamu di sana, Nara. Kau tidak boleh ke sana lagi. Kau adalah penerus ibumu. Kau harus tetap melakukan ritual itu untuk melindungi desa ini. Kau tidak boleh mati. Hanya kau yang memiliki darah ibumu di sini." Sang Kakek menatap cucunya yang terdiam. Kedua mata gadis itu tampak mengkilap. Kepalan tangannya mengerat, menggenggam norigae pemberian dari mendiang ibunya.

~Flashback~

"Tunggu aku!"

Nara berlari mengejar dua orang di depannya. Dia semakin jauh dari perbatasan tanpa disadari, meninggalkan desa tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.

"Ayah! Ibu!"

Nara mengerang saat salah satu kakinya tergelincir dan terperosok ke dalam semak berduri. Gadis itu meraih sebuah akar di dekatnya dan berpegangan kuat. Dia semakin terisak tatkala melihat salju di kakinya berubah menjadi kemerahan. Dia takut jatuh dan takut pada darah.

"Ayah! Ibu! Tolong aku!" teriaknya dengan air mata yang berlinang. Namun sayang karena dia hanya sendiri di sana, tanpa kehadiran dua sosok tadi. Mereka entah menghilang ke mana dan meninggalkannya di sana, dengan hari yang semakin gelap.

"Akh! sakit sekali!" erangnya. Tangannya terasa kebas dan juga semakin perih.

"Tolong!"

"Tolong!"

Nara berteriak kuat, berharap ada seseorang yang mendengarnya namun tak ada seorang pun yang berani mendekat ke kawasan paling terlarang itu.

"S-sakit," isaknya. Telapak tangannya sudah memerah dan hampir mengeluarkan darah.

"Sakit?"

Dengan pandangan yang semakin buram karena air matanya, Nara samar-samar bisa melihat sepasang kaki tidak jauh di depannya. Gadis itu mendongak dan melihat seseorang.

Wajah Nara seketika memucat. Makhluk mengerikan di hadapannya tidak lain adalah pembunuh kedua orang tuanya beberapa tahun silam.

Sosok yang diyakini Moa itu perlahan melangkah mendekat, namun langsung berhenti begitu melihat sesuatu yang menggantung di baju gadis itu. Kedua matanya memicing dan kepalanya sedikit berdenyut.

"Aku benci sesuatu yang berhubungan dengan ibumu." Ditariknya sebuah pedang dari sarungnya dengan perlahan. Permukaan pedang itu tampak berkilau karena terpaan sinar bulan yang sudah mulai menampakkan diri.

"Aku akan menolongmu." Salah satu sudut bibir orang itu terangkat. Dia mengarahkan ujung pedangnya yang begitu tajam tepat beberapa senti di atas permukaan kulit leher Nara hingga napas gadis itu langsung tercekat. "Tapi pertama, aku harus menyingkirkan benda ini. Lalu aku bisa menyingkirkanmu." Ujung pedang itu bergerak ke bawah, tepat ke sebuah norigae yang menggantung di baju Nara.

"Aku akan mencabik-cabik jantungmu dengan tanganku sendiri," lanjutnya.

Tubuh Nara bergetar. Pedang itu adalah pedang yang digunakan untuk menghabisi nyawa ayah dan ibunya. Nara menggenggam norigae yang menggantung di bajunya dengan begitu erat. Air matanya sudah tidak bisa dia bendung lagi. Sosok di depannya, adalah makhluk berbahaya yang paling ditakuti di desanya. Nara kini dilanda dua ketakutan besar. Dia tidak bisa memilih. Jika dia terus di posisi itu maka dia akan jatuh ke jurang dan mati. Tapi di sisi lain Moa juga tidak akan benar-benar menolongnya, Nara tahu itu. Moa hanya mengincar nyawanya dan menginginkan kematiannya.

Nara kembali berteriak begitu tubuhnya semakin bergerak ke bawah. Akar yang menjadi pegangannya seperti kehilangan kekuatan dan bersiap menerjunkannya ke dalam jurang di bawah sana.

"Kau memiliki dua pilihan, Nak. Mati terperosok ke bawah sana dan jasadmu menghilang hingga membusuk, atau buang benda itu dan aku akan menolongmu." Moa menyeringai.

Diarahkannya ujung pedang ke leher Nara hingga membuat gadis itu semakin ketakutan. "Sekarang pilih. Kau ingin mati di bawah sana, atau mati di tanganku?" ujarnya dengan begitu jelas.

Kedua mata Nara menatap Moa dengan lehernya yang hampir tergores. Air matanya kembali jatuh.

"A-aku tidak ingin mati .... " Nara berujar lirih. "Aku tidak ingin mati!!"

Moa terdiam begitu kedua mata gelapnya bertumbukan dengan mata milik Nara. Tangannya mengepal kuat. Gadis kecil di depannya, kelak akan menjadi sumber ancaman baginya. Moa semakin mendekatkan ujung pedangnya hingga benar-benar menyentuh kulit leher Nara. Setetes darah segar terlihat menuruni leher gadis itu.

Nara semakin menguatkan genggaman tangannya. Dia yakin, selama norigae itu ada padanya, Moa tidak akan pernah bisa membunuhnya.

Kepala Moa kembali berdenyut. Telinganya menangkap sesuatu yang perlahan mendekat. Dia mendorong pedangnya semakin masuk ke dalam leher Nara hingga gadis itu mengerang dengan diiringi tangisan. Pedangnya, adalah satu-satunya yang bisa menangkal mantra yang ada di dalam norigae itu. Ya, itu artinya Moa tetap tidak bisa menyentuh Nara menggunakan tangannya secara langsung.

"Ayah ... " Nara berkata dengan suara parau. Gerakan tangan Moa berhenti tatkala melihat air mata yang kembali jatuh dari kedua pelupuk mata milik gadis yang masih berumur delapan tahun itu.

Dia masih anak-anak, batin Moa. Kedua matanya mengerjap. Dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini, dia harus segera menghabisi Nara.

"I-ibu ... "

Di detik berikutnya Moa menarik kembali pedangnya. Dengan cepat ia bergerak maju dan menarik tubuh Nara ke permukaan. Ia mengerang dengan tubuh yang seperti tersengat dan juga panas hingga terpental cukup jauh ke sebuah pohon besar yang ada di sana.

"Nara!" Beberapa pasang kaki terdengar mendekat ke sana. Nara yang sudah kedinginan serta ketakutan itu seperti kehilangan suaranya. Gadis itu menatap sosok yang terbaring di bawah pohon, lalu sebuah panah melesat dan menancap di bagian dadanya. Ia mengerang dan menatap beberapa manusia yang ada di sana.

Nara menatap kakeknya yang kembali memegang busur panah, namun meleset karena targetnya sudah melarikan diri dengan begitu cepat.

"Nara!" Seseorang meraih tubuh Nara ketika pandangan gadis itu menggelap.

~Flashback Off~

Note: Norigae adalah aksesori khas Korea tradisional yang digantung pada hanbok (pakaian tradisional Korea).

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
backup Asus
ceritanya bagus. marathon baca dan seru. buat cerita unik lainnya lagi kak. cerita kebanyakan tentang cinta, selingkuh, janda duda, madu dll
2023-07-29 21:24:56
2
user avatar
Henny Safrini
suka cerita yg berbeda ini bagus
2023-03-27 14:49:59
2
user avatar
Zenia Shu
sdh end kah kk
2023-03-02 13:53:48
1
user avatar
matchaaaaaa
hayoloh yooshin dateng. lanjut kk
2023-01-08 12:06:49
1
user avatar
Tuti Haryati
Kebayang ya kalo jadi Moa. berasa lg ngamatin anak sendiri dari masih kecil sampe dah dewasa
2023-01-08 11:53:17
1
default avatar
sekar.putri2882
Sarangheyo Author...... rajin update.,..
2022-09-14 18:37:38
1
default avatar
sekar.putri2882
akan kah Moa bahagia..,.????
2022-09-13 15:40:09
1
user avatar
Sekar Mayanggani
penasaran dengan akhir kisah Moa dan Nara....
2022-09-07 21:55:28
1
default avatar
sekar.putri2882
ceritanya keren.....
2022-09-06 21:59:51
1
default avatar
sekar.putri2882
hore sdh up lagi cerita nya...... semangat dong author....
2022-09-03 23:01:14
1
default avatar
sekar.putri2882
suka ceritanya, ayo up lagi dong.....
2022-09-01 23:47:02
1
102 Chapters
Bab 1
Beberapa orang tampak memasuki sebuah rumah dan meletakkan seorang gadis kecil di dekat perapian. Wajah gadis itu tampak begitu pucat dan berkeringat, bibirnya bergetar dan napasnya memburu cukup hebat. Dia ... tampak seperti sekarat.Seorang pria tua yang tadi membawanya langsung mengambil sesuatu yang berada di atas meja. Sebuah mangkuk yang terbuat dari kayu itu berisi cairan berwarna hijau pekat—bahkan cenderung kehitaman."Minumlah," ujarnya seraya sedikit menegakkan tubuh gadis kecil di pangkuannya.Kening gadis itu berkerut begitu merasa ada cairan aneh yang mengalir ke melewati kerongkongannya. Kedua matanya perlahan terbuka."Apa dia baik-baik saja?" tanya pria lain yang ada di sana.Si pria tua mengangguk. "Dia akan segera membaik," ujarnya dan membuka kepalan tangan gadis itu. Sesuatu tampak digenggamnya dengan begitu erat. Si pria tua menghela napas
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Bab 2
Sebuah lonceng berbunyi begitu ada angin yang berembus ke arahnya. Langit pagi ini tampak cukup cerah, hangat sinarnya berpadu dengan dinginnya hawa musim dingin. Orang-orang tampak berlalu-lalang memulai aktivitas mereka.Nara menyentuh permukaan lehernya yang dibalut oleh sebuah kain. Gadis itu masih mengingat kejadian beberapa waktu lalu, ketika dirinya hampir saja dibunuh oleh Moa."Aku pasti sudah mati jika tidak ada norigae ini," batinnya seraya menyentuh sebuah norigae yang selalu menggantung di bajunya. Dia tidak pernah menyangka bahwa benda yang biasa digunakan hanya untuk aksesoris pakaian itu rupanya bisa menjadi peranan penting untuk hidup seseorang. Tapi itu hanya berlaku untuk norigae milik ibunya—yang selalu dia pakai.Apa benda seperti itu bisa dimasuki mantra? Nara menyentuh paemul norigae yang berbentuk bulatan itu. Aneh sekali, padahal tidak ada yang spesial."Tu
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Bab 3
"Lepaskan!"Nara segera melepaskan anak panah di tangannya dan benda itu langsung menancap sempurna di tubuh pohon yang sudah diberi tanda oleh kakeknya. Seungmo berjalan ke pohon itu untuk melihat hasilnya. Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya pelan dan segera mencabut busur yang menancap itu."Sedikit lagi. Sudah ada peningkatan," ujarnya.Nara tersenyum. Kemampuan memanahnya sudah mulai berkembang. Meskipun sebenarnya dia masih memiliki rasa takut, tapi dia yakin kalau dia akan sehebat sang ibu yang hebat dalam memanah, juga seperti sang ayah yang handal dalam memainkan pedang dan turun ke medan perang. Nara tahu, perang yang akan dia alami bukanlah seperti perang pada umumnya. Musuhnya hanya satu, tapi di dalamnya tersimpan ratusan atau bahkan ribuan jiwa-jiwa manusia yang tak berdosa. Termasuk jiwa kedua orang tuanya.Bersamaan dengan itu seseorang berlari memasuki halaman rumah dengan napas memburu, membuat Nara dan Seungmo menoleh ke arahnya.
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Bab 4
Perlahan Nara menarik salah satu anak panah miliknya. Kedua mata anak itu tidak lepas barang sedetik pun dari Moa. Kedua matanya mengkilap.Sementara Moa belum bergerak dari posisinya. Ia masih memperhatikan Nara. Dari kejauhan, anak itu tampak mirip seperti Kiara. Tatapan mata mereka tampak sama. Perlahan, bayangan ketika tubuh Kiara yang berlumuran darah kembali terlintas begitu saja. Wanita itu meregang nyawa tidak jauh dari tubuh suaminya yang terbelit akar pohon. Sementara itu, seorang anak kecil menangis meraung-raung di belakangnya. Sebuah pedang yang berlumuran darah menancap di permukaan tanah di dekatnya, beserta beberapa mayat yang tergeletak.Moa sadar, perlahan anak itu berubah seiring berjalannya waktu. Ia bisa melihat keberanian yang begitu besar perlahan muncul. Anak itu, Nara. Tidak lain adalah ancaman terbesar untuknya. Gadis itu kini sudah menarik tali busur dengan kedua mata yang tepat mengarah padanya. Pedang Moa bereaksi, bersamaan de
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Bab 5
“Semuanya akan baik-baik saja, jadi bertahanlah. Ibu dan Ayah akan melindungimu.” Kedua sudut mata Nara kian berair. Aliran anak sungai itu kian merembes keluar dan Nara kehilangan pertahanannya begitu genggaman tangannya perlahan dilepas oleh Daehyun. Pria itu tersenyum seraya mengusap puncak putrinya. Tepat di belakang, Kiara menatap dua orang yang dicintainya dengan seulas senyuman. “Jangan pergi.” Suara Nara bergetar dengan isakan yang semakin keras. -“Ayah!” Kedua mata Nara terbuka. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah seorang anak laki-laki yang berjarak cukup dekat dengannya. Nara secara refleks memeluk pemuda itu dan menangis di bahu lebarnya, menumpahkan segala kerinduannya.“Aku khawatir saat kakek berkata kalau kau terluka.” Pemuda itu berujar seraya mengusapi punggung Nara. G
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more
Bab 6
“Musim dingin sebentar lagi akan berakhir, kan?” Yooshin menolehkan kepalanya pada Nara. “Kau hanya ingin melihat maehwa mekar. Iya, kan?” balas Yooshin dengan kikihan pelan. Nara menggelengkan kepala, “Bunga maehwa bahkan masih bisa mekar saat musim dingin datang. Dia, bunga yang kuat. Ayo kita lihat bunga canola,” ujarnya.“Canola?”“Hm. Aku ingin melihat bunga canola saja.” Setelah memasukkan sebuah kayu ke perapian, Nara menatap Yooshin, “Kau, jangan pergi. Tinggalah di sini.”Kalimat itu sempat membuat Yooshin terdiam, seolah kehilangan jawaban. “Jika berlatih di luar sana hanya untuk membuatmu menjadi lebih kuat, kenapa tidak berlatih saja di sini? Kakekku juga ahli pedang, bahkan ayahmu juga. Berada di sisiku mungkin akan membawamu pada bahaya, tapi aku tidak akan bisa berbuat apa-apa jika terjadi sesuatu padamu di luar sana. Sekarang aku mungkin hanyalah anak-anak, tapi aku berjanji akan melindungimu jika sudah dewasa nanti, sama seperti kau yang selalu melindungiku selama i
last updateLast Updated : 2022-05-12
Read more
Bab 7
Bunga canola bermekaran seperti yang diharapkan. Hamparan berwarna kuning layaknya emas itu sama sekali tak menyilaukan bagi siapa saja yang melihatnya. “Cantik sekali.” Yooshin tersenyum menatap bunga-bunga canola di depannya. “Kau benar. Mereka telihat begitu cantik di hari pertama musim semi,” lanjutnya. Ia lalu menoleh pada gadis yang berada di sampingnya. “Kau … baik-baik saja? Apa kau merasa tak enak badan?” tanya lelaki itu begitu menyadari raut wajah Nara yang berbeda seperti biasanya. “Ah, ya. Aku baik-baik saja.” Nara tersenyum, lalu menatap ke depan sana. “Kurasa, aku mulai menyukai canola di musim semi.” Yooshin tertawa pelan. “Begitukah?”Lelaki itu mengangguk. “Karena ayah dan Kakek Seungmo sudah kembali, malam ini aku harus pulang ke rumah.” “Hm. Tak apa. Terima kasih karena sudah menemaniku selama kakek pergi.” “Aku sedikit bisa bernapas lega sekarang,” ujar Yooshin. “Tidak pernah lagi kudengar ada korban lagi. Apakah Moa s
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more
Bab 8
“Ma-mayat!!” Langkah Yooshin dan Nara langsung berhenti. “Apa yang kau bicarakan?” “Mayat apa maksudmu?”“Di mana kau menemukannya?” Satu per satu orang-orang yang ada di sana mulai berkerumun dan melayangkan berbagai pertanyaan. “A-aku menemukannya di –“ “Apa kau baru saja bilang mayat?” Nara bertanya begitu ia mendekat. Sudah bertahun-tahun lamanya Moa tidak lagi menjatuhkan korban, apakah sekarang ia mulai lagi? Pria itu baru saja membuka mulut hendak menjawab, namun begitu melihat Nara ia tiba-tiba berlutut di hadapan gadis itu.“Nona Pendeta, saya mohon!” Pria itu menggenggam tangan Nara kuat. “Jika ini memang ulah Moa, tolong hentikan dia!” pintanya.  Orang-orang lainnya satu per satu ikut berlutut. “Apa kau yakin ini ulah Moa?” tanya Nara memastikan. Pasalnya Moa sudah melakukan kesepakatan dengannya beberapa tahun lalu, apakah sekarang ia benar-benar melanggar kesepaka
last updateLast Updated : 2022-05-14
Read more
Bab 9
“Sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkan putriku pada Moa!!” Seungmo memberontak namun tubuhnya terkunci. “Kami tidak berniat memberikan Nona Pendeta kepada Moa. Tapi kami, hanya berusaha menyingkirkan segala nasib sial. Semula kami berpikir kalau Moa sudah berhenti, namun begitu mendengar kalau Nona Pendeta berusaha berkhianat, kami sadar kalau kami harus menyingkirkannya.” Seorang pria paruh baya berkata dengan pandanganyang sudah mengabur. Ia menatap tubuh Nara yang berada di dalam peti. “Kami bahkan sekarang kehilangan harapan kalau Nona pendeta akan bangun kembali,” sambung yang lain. “Beliau selama ini sudah bersikap baik, namun jika sudah seperti ini, biarkan kami sendiri yang bertindak.” Seungmo menatap nanar peti berisi tubuh cucunya. Ia tidak sanggup jika benar-benar harus melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana orang-orang melempar peti itu ke lautan. “Nara … “ Suaranya terdengar hampir habis. Tubuhnya ambruk begitu ora
last updateLast Updated : 2022-05-15
Read more
Bab 10
Begitu matahari lenyap dari pandangan mata, maka binatang-binatang di kegelapan akan datang sebagai gantinya. Semakin gelap, hutan akan terasa semakin mencekam. Jika tidak bisa waspada lalu mempertahankan diri, maka nyawa bisa melayang karena terkaman binatang buas kapan saja. Namun sayangnya bukan itu yang Yooshin khawatirkan sekarang. Namun ia khawatir sesuatu terjadi pada Nara, maka ia bertekad untuk mencari keberadaan gadis itu. “Sulit dipercaya jika mereka akan membunuhnya dengan cara seperti itu.” Ia bergumam. Kedua kakinya sampai di tebing tempat Nara dijatuhkan. Ia menatap ke bawah sana, mengecek apakah peti itu masih selamat, ataukah dia justru menemukan mayat. Melihat bagaimana besarnya ombak di sana, membuatnya tak bisa berpikir jernih. Sudah jelas peti itu hancur begitu menghantam air, lalu bagaimana dengan sosok di dalamnya? “N-Nara!” Dengan cepat Yooshin mencari jalan agar bisa pergi ke bawah. Ia juga harus memastikan sendiri ke
last updateLast Updated : 2022-05-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status