Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 04 A
By : Leni MaryatiLagi-lagi Alika hanya mengelus dada, anak baru berumur 5 tahun sudah diajari orang tuanya berhutang. Ya ampun Niken bagaimana caranya ia mendidik anak. Padahal anaknya sudah 3. Kemarin Niken juga bilang kalau diberi uang mertuanya sejuta. Lah uang itu buat apa? Anak minta jajan es krim saja ga dibelikan. Alika bertanya-tanya dalam hati.*****Sore hari sepulang dari sawah Basuki langsung mandi untuk membersihkan dirinya yang banyak terkena lumpur sawah.Selesai mandi ia duduk-duduk di teras."Bu..Bu'e.." Panggil Basuki ke istrinya yang ada di dalam. Kalau Basuki memanggil istrinya Bu'e, namun anak-anaknya memanggil Niken mamah. Itu atas permintaan Niken sendiri. Kala Niken meminta Basuki memanggil mamah, Ia menolaknya. Katanya malu kayak orang gedongan aja dipanggil mamah."Bue... Buatin teh manis panas, bu...!" Basuki memanggil istrinya tapi tidak ada sahutan sama sekali.Basuki masuk ke dalam rumahnya langsung menuju kamar dimana istrinya berada. Apa mungkin istrinya tidur, padahal ini jam 5 sore. batinnya.Pintu kamar terbuka sedikit, Basuki mengintip takut nanti membangunkan istrinya kalau tidur.Namun yang dilihatnya di luar dugaan.Mata Basuki melotot tak percaya. Apa yang sedang dilihat Basuki di kamarnya? Sedang apa istrinya itu?KrieettBasuki membuka pintu kamarnya. Ia memandang istrinya penuh tanda tanya.Sedang istrinya terlonjak kaget saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka lebar, Niken cepat-cepat menyembunyikan benda pipih ke belakang punggungnya."Apa itu bu...?" tanya Basuki pada istrinya."Bu-bukan a-apa-apa pak." gagap Niken. Ia masih berusaha menyembunyikan benda pipih yang Ia beli beberapa hari lalu.Basuki menghembuskan napas kasar. Istrinya benar-benar ga bisa diajak ngobrol baik-baik."Sini...!" Basuki meninggikan suaranya. Tangannya mengatung, meminta benda yang disembunyikan Niken.Niken akhirnya menyerahkan benda yang disembunyikan itu.Basuki menggeleng lemah. "Handphone? Punya siapa ini bu?" tanyanya penasaran."Punya ibu, pak? Ibu beli beberapa hari yang lalu." Lirih Niken. Walaupun ia sering berani dan cerewet ke suaminya, namun kalau suaminya sudah berbicara tegas begitu nyalinya ciut juga."Uang dari mana, bu.. bisa beli handphone ini?""Uang sejuta yang bapak kasih." cicit Niken."Ya ampun bue... kan kamu tahu sendiri, itu uang dikasih ibuku buat makan kita sebulan kedepan. Ya meskipun gas, minyak, beras, telor, kebutuhan lainnya sudah diberi ibu cuma-cuma. Tapi, kita setiap harinya juga butuh beli sayur untuk lauk makan, jajan anak-anak dan kebutuhan lainnya. Lha kok uangnya malah buat beli Hape, kebutuhan yang tidak terlalu penting." ujar Basuki panjang lebar."Kata siapa ga penting pak! Hape kita itu sudah jadul, cuman bisa dipake nelpon sama sms'an saja. Sekarang jamannya android, biar bisa WA nan, facebookan dan nonton youtube. Nih ibu udah belajar facebookkan." terang Niken."Beli hape kan bisa nanti-nanti to bu! kalau bapak udah dapat kerjaan dan ada uang lebih. Ini saja bapak belum ada kerjaan. Terus nanti kita akan makan apa kalau uangnya buat beli hape. Oh ya bu, kalau uangnya sejutanya buat beli hape, beberapa hari ini uang beli lauk dari mana? Kita juga sudah ga punya tabungan. Apalagi kemarin-kemarin masak enak-enak, ada ayam goreng segala." tanya Basuki mengingat-ingat beberapa hari lalu. Apa ibunya yang ngasih, tapi tidak mungkin. Ibu paling-paling cuman ngasih bahan mentah seperti kemarin ngasih tempe dan tahu." Itu..tetangga yang ngasih pak. Tetangga-tetangga disini baik-baik semua. Bapak tenang aja, besok-besok pasti ada tetangga yang ngasih lauk pauk." ujar Niken yakin.Basuki menatap Niken melotot. " Bue jangan ngarepin pemberian tetangga terus! Tetangga palingan ngasih sekali dua kali, itupun kita juga harus balik ngasih mereka makanan sebagai tanda terima kasih!""Tenang telur dari ibumu masih ada 4 biji.""Emang telur 4 biji cukup untuk makan berapa hari?"Niken ga menjawab malah minta hapenya dikembalikan. "Sini pak hapenya.. ganggu aja orang lagi mainan f******k!"Basuki melempar benda pipih itu ke atas kasur."Mainan hape mulu... memang hape Androit tidak butuh kuota apa?" Basuki mengacak rambutnya kasar. Ia langsung keluar dari kamar itu, bicara sama istrinya membuatnya naik darah. Ia langsung ke dapur di sebelah kamar mereka untuk membuat teh manis sendiri.Suami pulang kerja bukannya disiapin minum atau makan, malah ditinggal mainan hape. Gerutu Basuki.Hari-hari berikutnya ia dan keluarganya mau makan apa, ga mungkin ia minta uang lagi ke ibunya. Uang dari mana coba? Bisa-bisa ia dimarahi bapaknya kalau tahu uangnya buat beli hape, padi di sawah belum panen, orang tuanya pasti juga ga pegang uang lebih.Basuki harus secepatnya cari kerja untuk makan anak dan istrinya. Jaman sekarang cari kerja susah, apalagi kalau hanya tamatan SMP. Paling hanya diterima kerja yang mengandalkan tenaga, bukan keterampilan.Basuki menyeruput teh manis buatannya sambil melamun memikirkan mau cari pekerjaan dimana. Ia harus secepatnya cari kerja agar tidak terus-terusan menyusahkan kedua orang tuanya.*****Malam hari setelah isya', Alika, suami dan anaknya sedang di ruang keluarga. Waktu-waktu senggang yang sering digunakan keluarga kecil itu untuk berkumpul bersama sambil mengobrol ringan.Chaca asyik bermain dengan boneka beruangnya, boneka kesayangan, yang selalu dipeluknya saat tidur.Alika dan Farrel duduk disofa, menikmati pisang goreng yang masih hangat sambil menonton acara berita di TV."Bun... hari ini mbak Niken kesini ga?" Farrel memulai membuka obrolan, Ia biasanya akan setia mendengar keluh kesah istrinya itu. Mendengarkan bercerita setidaknya sedikit mengurangi beban istrinya itu. Ia tak bisa bantu-bantu istri dirumah, hanya kadang-kadang saja kalau tidak sibuk dengan pekerjaan sendiri. Oleh karena itu, ia selalu meluangkan waktu menjadi tempat curhat istrinya."Tentulah..yah... Tiada hari tanpa mbak Niken kesini ketuk-ketuk pintu, minta inilah...itulah..." Alika mulai menceritakan apa yang dialami selama memiliki tetangga baru absurd itu."Tadi siang mbak Niken kesini minta Bawang merah, bawang putih, cabe, sama ambil sendiri masako serenteng. Bawang dan cabenya bunda yang ambilan, secukupnya aja. Takutnya kalau mbak Niken yang ambil sendiri dibawa lagi setoplesnya kayak waktu minta gula merah dulu." Alika cemberut mengingat kelakuan Niken, yang menganggap rumah Alika itu seperti supermarket gratis.Farrel hanya tersenyum menanggapinya. "Ga apa-apa bun, Hitung-hitung kita bantu tetangga, walaupun secara tidak langsung. Yang penting bunda Ikhlas ya..." Ia mengelus puncak kepala istrinya itu. Rambut hitam legam lurus sebahu Alika di elus-elus Farrel."Bulan depan uang belanja bunda ditambahi ya yah...?""Ya, nanti ayah tambahi." Alika tersenyum senang."Kamu sabar aja, mungkin Mas Basuki belum dapat kerja, jadi belum ada pemasukan. Nanti setelah mereka punya uang ga bakal minta ini itu lagi." Farrel mencoba menasehati Alika agar sabar dan ikhlas."Lah... beberapa hari lalu mbak Niken itu katanya dikasih uang 1 juta sama mbah Karni untuk makan kok yah, ya ga mungkinlah kalau ga punya uang. Lagi pula setiap pagi kan ada tulang sayur tuh... Kenapa ga beli bawang, cabe dan lainnya di tukang sayur. Malahan minta ke bunda." Alika bicara panjang lebar."Bahkan tuh yah, pas pagi-pagi tukang sayur menawari mbak Niken mau beli apa, Eh..Mbak Niken bilang apa-apanya masih komplit jadi ga bebelian dulu. Tapi apa? Ujung-ujungnya kalau mau masak butuh apa-apa minta bunda!" Alika kembali badmood kalau menceritakan tentang perilaku Niken."Dita mau jajan es krim aja, bunda yang diminta buat bayarin..huff..." tambah Alika. Ia menggembungkan pipinya dan menghembuskan napasnya kasar.Bener-bener bisa jadi darah tinggi kalau seperti ini terus.Farrel ga bisa berbuat apa-apa palingan hanya meminta istrinya itu untuk terus bersabar dan ikhlas.Selanjutnya dua sejoli itu, ngobrol hal lain. Masih banyak hal lain yang perlu mereka obrolkan dari pada ngomongin tetangga depan rumah.tbcTetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 04 BBy : Leni MaryatiTok tok tokPintu rumah Alika dan Farrel ada yang mengetuk.Sepasang suami istri itu saling pandang. "Siapa ya yah, yang bertamu malam-malam begini?" tanya Alika."Bentar ya bun, Ayah bukain pintu dulu! Nanti kalau tamu keperluannya lama, bunda buatkan minuman ya..""Siap bos..."Farrel menuju pintu dapur, tamu-tamu yang dayang seringnya mengetuk pintu dapur. Soalnya pintu utama ruang tamu mereka terbuat dari besi, karena Farrel berharap kalau ada acara besar di rumah, ruang tamu bisa terbuka lebar. KriettFarrel membuka pintu dapur."Eh mas Basuki, silahkan masuk mas...!" "Disini aja, mas. Cuman ada perlu sebentar," Basuki duduk di kursi teras diikuti oleh Farrel duduk di sampingnya. "Gimana mas kabarnya?" Farrel membuka obrolan, agar tidak terlalu canggung. Mas Basuki kenapa terlihat seperti orang bingung begitu, pikirnya. "Alhamdulillah baik mas. Mas sendiri sudah punya anak berapa? Maaf ya mas sudah pindahan beberap
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 05 A#Numpang nonton TVBy : Leni MaryatiSudah 2 hari ini Basuki kerja di toko utama milik Farrel. Basuki terlihat rajin dan masuk kerja tepat waktu. Di toko Farrel sistem penggajian seminggu sekali. Biasanya sehari diberi upah 70 ribu. Jadi, diakumulasi gaji seminggu 490 ribu kalau tidak izin libur.Tok tok tokBasuki mengetok pintu ruang kerja Farrel. Terlihat si bos masih sibuk berkutat dengan komputer, menulis pembukuan dana masuk dan keluar. Farrel menghentikan aktivitasnya dan menyuruh Basuki untuk masuk ke ruangannya. "Permisi mas, maaf menggangu!" ujar Basuki saat sudah duduk di kursi depan meja kerja Farrel."Iya, mas Basuki. Ada perlu apa mas?" tanya Farrel. Soalnya karyawan yang lain sudah pada pulang, kenapa mas Basuki belum juga pulang."Gini mas, sebenarnya saya malu mau mulai bicara gimana!" Basuki menunduk malu. "Saya sudah ga pegang uang sama sekali, kata istriku sudah ga ada yg bisa dimakan untuk besok. Saya malu jika masih
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 05 B#Numpang nonton tvBy : Leni MaryatiPintu rumah Alika terketuk. Ia meninggalkan Chaca yang masih asyik melihat kartun. Alika membuka pintunya, ternyata Dita--anaknya Niken yang datang."Tante... kata mamah... aku di suruh nonton tipi ke rumah tante, mamah sibuk soalnya." tutur bocah 5 tahun itu.Alika berpikir sejenak, Niken sibuk apa ya, bukannya tadi masih asyik membalas chat ibu-ibu di group satu persatu."Ayuk masuk..." Ketika Dita hendak masuk. Alika mencegatnya. " Eh..tunggu! Sandalnya dilepas ya sayang!" pinta Alika lembut."Iyah tante, soalnya di rumah selalu pakai sandal." Dita melepas sandalnya dan meletakkan di rak sandal. Alika langsung mengajak Dita masuk ke ruang tipi."Mamam bun..." kata Chaca."Chaca sudah lapar ya sayang... Bunda ambilkan makan ya sayang," Alika mengambikan nasi, lauk sayur bening dan bandeng goreng tepung yang sudah di masaknya. Ia duduk di samping Chaca dan menyuapinya."Dita.. mau makan sekalian ga?"
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 06 A#BerkelahiBy : Leni Maryati*****Tin tin tin Suara klakson bu sayur terdengar di perempatan jalan. Aku dan Ibu-ibu sudah berkumpul mengerubungi dagangan bu sayur. Ada Budhe Nur, Budhe Ratna, dan ibu-ibu RT 05 lainnya. Saat aku memilih-milih ikan Nila yang bagus, mbak Niken datang dari arah rumahnya. "Eh..mbak Alika, tadi Dita mau nonton tipi di rumahmu katanya ga boleh ya?" Ceroros mbak Niken membuka pembicaraan. "Bukan ga boleh mbak, Chaca masih tidur takutnya kebangun rewel. Lagipula mas Farrel hari ini mau bersih-bersih rumah, terutama ruang tipi, sofanya kotor banget." jelasku. Aku perlu menjelaskannya karena mbak Niken berbicara di depan ibu-ibu yang lain. Takutnya ibu-ibu berpikiran tentang aku yang tidak-tidak."Anak kok dibiasakan tidur pagi sih," mbak Niken masih mencari-cari celah."Dengar adzan subuh tadi Chaca sudah bangun sih mbak, tapi tadi setengah 6 tidur lagi." sahutku."Yang aneh itu kamu," timbal budhe Ratna yang terk
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 06 BBy : Leni MaryatiHari ini mumpung mas Farrel ga masuk kerja dan di rumah bersih-bersih untuk persiapan besok, pasti dia akan kecapekan. Makanya aku hari ini harus masak spesial. Nila Bakar asam manis, ayam balado, sayur bening, sama tempe goreng.Pukul 9 pagi semua menu masakan sudah tersedia, ku taruh hasil masakanku di atas meja. Ku lihat mas Farrel juga sudah selesai membersihkan sofa. Tinggal nanti membereskan ruang tamu untuk persiapan arisan besok."Mas... makan dulu yuk! mumpung masih hangat," ajakku. "Ya." Mas Farrel menggendong Chaca dan ke dapur, Ia langsung mencuci tangan. Kita bertiga duduk mengitari meja makan. "Wow... masak enak nih..." ujar mas Farrel."Iyah..sesekali, mumpung Mas Farrel full seharian di rumah. Lagi pula pasti capek habis bersih-bersih."Kita bertiga makan dengan nikmat, Chaca juga minta makan sendiri, ga mau aku suapin. Setelah selesai makan mas Farrel kembali merapikan ruang tamu, sedangkan aku sendiri ma
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 07 A#Niken oh NikenBy : Leni Maryati"Yang dapat arisan bulan ini adalah...." Bu RT membuka gulungan kertas perlahan."Bu Yati!" teriaknya lantang..."Yee...Alhamdulillah..." sahut budhe Yati senang. "Alhamdulillah... selamat ya Budhe Yati..." Budhe Yati mengangguk senang. "Sedangkan yang kejatah tempat untuk bulan depan itu di rumahnya.... Bu Nilam." lanjut bu RT membuka gulungan kertas yang kedua.Pengumuman dari Bu RT sudah selesai, saatnya ibu-ibu kembali menikmati cemilan. "Monggo ibu-ibu dinikmati cemilan seadanya, ini teko isinya es teh.. yang mau nambah silahkan..." Ibu-ibu kembali menikmati snack dan minum sambil saling mengobrol. Kulihat mbak Niken masih asyik makan, sepertinya ia tak terlalu berminat mengobrol dengan ibu-ibu yang lain.Pukul 5 sore acara arisan sudah selesai, ibu-ibu peserta arisan mulai berpamitan pulang satu persatu.Aku masih diteras, menyalami tamu yang berpamitan pulang. Di jalan depan rumah samar aku menden
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 07 B By : Leni Maryati #Rumahku Supermarket Gratis *****Pukul 10 pagi aku seperti biasa sudah menyelesaikan semua pekerjaan, tinggal santai-santai menemani Chaca. Ku lihat gawai mbak Niken rajin sekali membalas komen di aplikasi biru. Dari pagi sudah sibuk di sosial media. Tok tok tokSiapa yang mengetok pintuku? Apa mungkin mbak Niken? Baru beberpa menit yang lalu ia masih berbalas komen di statusnya. Aku melangkah ke dapur dan membuka pintu dan Taraa... "Mbak Alika..." sapa mbak Niken masih memegang gawainya sambil senyam-senyum. "Ya, mbak..." aku hanya memandanginya ditengah pintu, takutnya dia langsung menerobos masuk ke rumah ambil sesuatu. Mbak Niken masih asyik mengetik pesan di hapenya, aku jengah juga menungguinya. Ia kesini mau apa coba, numpang mainan gawai? "Ehem... mbak Niken ada perlu apa ya? kalau tidak ada apa-apa aku masuk ya..." ucapku mulai tak sabaran. "Eh... eh.. bentar mbak Alika" cegatnya. Ia memasukkan gawainya
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 08 A#Jasa Laundry GratisBy : Leni Maryati *****3 hari kemudian saat aku sedang di teras rumah untuk menghirup udara sore hari serta sekalian menyuapi Chaca cemilan, mbak Niken datang lagi dengan 2 ember besar cucian. Ia langsung masuk ke dapur rumahku."Mbak Alika.. titip dikeringkan ya..." teriaknya dari dalam dapur. Aku yang masih di teras hanya melongo mendengarnya. Apa-apaan sih, batinku tak suka."Keringkan ya mbak," Ia keluar lagi ke teras karena aku ga menyahut ucapannya. "Lah..kan ga hujan, mbak?" tanyaku."Iyah sih ga hujan, tapi ini sudah sore. Lagian kalau dijemur pasti ga bakal kering." kilahnya."Ngapain juga mbak Niken nyuci sore-sore." sahutku cepat."Udah 3 hari aku ga nyuci, kalau nunggu besok tambah lagi segunung cuciannya." ucapnya sambil merentangkan tangannya ke atas bawah."Ini terakhir ya mbak, besok-besok jangan nitip lagi."Mbak Niken hanya mesem. "Eh... makan apa Chaca, budhe minta satu ya.." ucapnya seraya menyomot