Rico memberikan isyarat untuknya menghubungi Rico. 'Dasar pria itu lucu sekali.' batin Rose mengangguk. Jack langsung geleng-geleng melihat pemandang itu dari dalam mobil. "Mereka manis sekali Pak." ucap Kimberley. Mobil berlalu pergi meninggalkan apartment. "Akhirnya pulang juga, ternyata baru pertama aku melihat mansion itu besar sekali, andai saja aku bisa bermain lebih lama di mansion itu, pasti aku betah, di sana juga ada Nyonya Kimberley, pasti menyenangkan." ucap Rose pada dirinya sendiri. Membereskan kamar! 'Syukurlah aku bertemu dengan orang baik seperti mereka, aku juga dibelikan gaun untuk acara itu, aku tidak boleh mengecewakan mereka yang sudah baik kepadaku.' batin Rose. "Oh ya, aku harus memeriksa hasil laporan dari universitas, semoga aku lulus." Rose meraih laptop. Rose membuka pengumuman hasil, tertera keterangan lulus dari universitas 'Polytechnic University of Milan.' "Yey, akhirnya aku lulus, aku senang sekali, aku harus memberitahu Tuan Rico." u
Tubuh Kimberley bergemetar. Dijilatnya telinga Kimberley, pria itu meraba paha gadis di sampingnya. "Jangan Pak." Kimberley menepis tangan--segera beranjak. Ditariknya tangan Kimberley, tubuhnya jatuh sempurna di depan Jack. Bug! Bongkahan pantat empuk itu mendarat tepat di atas paha Jack. "Lepaskan Pak!" "Kenapa sayang? Bukan kah kita sudah terbiasa melakukan ini?" tanya Jack--berbisik. Jack semakin mendekap tubuh Kimberley, meraba seluruh tubuh gadis di pangkuannya. "Mmhh!" Diciumnya leher beraroma khas vanilla itu membuat Jack ingin segera memakannya. "Aahh!" teriak Kimberley. Jilatan kecil itu membuat Kimberley mengerang lagi dan lagi, sentuhan di setiap inci tubuhnya terasa sama, ingin selalu dinikmati. Kimberley menoleh, "Pak ini di..." "Ssstt..." bungkam Jack--meletakan jarinya di bibir Kimberley. Diraihnya wajah itu dan mendaratkan ciuman tanpa jeda. "Mmhh!" Ciuman itu menghipnotis bersama dekapan yang sangat erat, hingga ... keduanya sulit b
'Suara apa itu? Sepertinya di balkon ada orang.' Rico bertanya-tanya dalam pikiran. Meski terdengar samar, Rico mendengar suara aneh itu. 'Astaga jangan-jangan itu Jack dan Kimberley, mereka bermain di outdoor? Gila sekali!' batin Rico--menguping. Rico dalam kegiatan mengupingnya, dia merasa geli mendengarkan suara aneh itu, dia memilih kembali ke kamar, membersihkan diri dan pergi makan. "Lebih baik aku makan saja, daripada mendengarkan suara aneh." ucap Rico--geli. "Silakan makan Tuan, semua sudah disiapkan." ucap Maid. "Iya Bu." 'Kenapa mereka belum juga selesai? Berapa lama mereka bermain? Kuat juga ya.' batin Rico di sela makan. Sementara Jack menggendong Kimberley ke kamar, mereka segera membersihkan diri, Jack segera pergi ke ruang makan, bukannya Kimberley tidak makan, hanya saja kakinya sulit berjalan. "Apa kau bisa berjalan?" tanya Jack. "Lumayan, pelan-pelan Pak." "Hmm, kau tidak perlu turun, kau tunggu di sini." Jack menuju ruang makan. Menuruni ana
Jack memang memfasilitasi senjata api di setiap mobil, hanya untuk alat keamanan, berjaga jika ada orang yang berbuat jahat atau mengganggu perjalanan mereka. Rico menancap gas menuju Bellagio! Di kantor, Rose menerima makanan dari office boy dan dibacanya pesan masuk dari Rico, seketika muncul senyum di sudut bibirnya. "Permisi Ibu Rose, ini makanan dari Pak Rico." ucap office boy--meletakan makanan. "Terima kasih Pak." memeriksa makanan. 'Dari Tuan Rico?' batin Rose bingung--membuka ponsel. [PESAN RICO] [Rose, kita tidak bisa makan bersama, maaf, aku harus mengurus beberapa pekerjaan dan akan sedikit sibuk.] [Oh ya, office boy akan mengantarkan makanan, harus di makan ya, nanti kau pulang juga hati-hati.] [Nanti harus kabari aku lagi! Doakan pekerjaanku cepat selesai Rose.] [Terima kasih Tuan, aku akan segera makan.] [Semoga pekerjaanmu lancar, hati-hati Tuan.] 'Manis sekali pria ini, astaga, kenapa aku jadi memikirkan Tuan Rico, aneh sekali diriku, tapi rasan
Rico tersadar, dengan sigap Rico segera membalikan arah stirnya, "Astaga, hampir saja terhantam mobil." Rico segera minggir memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, mengusap wajahnya berkali-kali, dia sedikit merasa ngantuk tapi sebentar lagi sudah memasuki kota Milan, dia memutuskan menghubungi Rose sambil mengendarai mobil, mungkin itu menolong rasa ngantuknya. [TELEPON ROSE] "Hai Rose, apa kau sudah tidur?" "Belum Tuan, bagaimana pekerjaan Tuan? "Sudah selesai, aku perjalanan pulang." "Oh pekerjaan di luar kota?" "Iya, aku dari Bellagio, sekarang aku kembali ke Milan." "Baiklah Tuan, hati-hati ya." "Iya, tapi Rose, kau temani aku sebentar ya, karena tadi aku mengantuk dan hampir saja terkena maut." "Astaga ya Tuhan, aku temani saja, tapi Tuan harus fokus menyetir ya!" "Iya Rose, ini sebentar lagi juga sampai, bagaimana soal universitasmu?" "Bulan depan aku wisuda, Tuan." "Wah! Bolehkah aku menemanimu datang ke wisuda?" "Tentu saja boleh." "Baiklah, e
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca, sumber suara itu dari salah satu Maid yang memecahkan piring kaca. Semoga ini bukan pertanda buruk! "Maaf Tuan, maaf saya tidak sengaja memecahkan piring kaca itu, berapa saya harus membayarnya Tuan?" "Tidak perlu membayar, kau cukup bersihkan bekas serpihan kaca itu dan bersihkan kamar di atas." "Baik Tuan." Jack tidak menyuruh Maid itu membayar ganti dari piring yang pecah tapi dia menyuruh untuk pekerjaan lain, Jack terbilang baik tapi dia juga mengerti aturan. "Maafkan kesalahan salah Maid didikan saya, Tuan." ucap Kepala Maid--menunduk. "Tidak apa, lain kali lebih hati-hati membawa barang yang mudah pecah." "Baik, saya mengerti Tuan." ucap Kepala Maid. "Apa harga piring itu mahal?" tanya Kimberley. "Lumayan mahal, tapi tidak apa, nanti aku bisa membelinya lagi." Jack lanjut makan. Kimberley mengangguk. "Sayang besok kita berangkat pagi sekali, besok kau juga akan segera bertemu keluargaku." "Iya pak, aku sangat gug
"Tidak apa, kalian lanjutkan saja, nanti malam jangan lupa makan makan bersama." Jack kembali ke kamarnya. "Ngomong-ngomong kamar Nyonya Kimberley di mana?" tanya Rose--keluar kamar. "Nyonya Kimberley satu kamar bersama Pak Jack." Rose tertegun mendengar jawaban Rico, 'Itu artinya Nyonya Kimberley tidur bersama Pak Jack??' batin Rose. "Rose? Kenapa?" "Tidak apa, bolehkah aku melihat balkon itu?" tanya Rose menunjuk balkon. "Tentu saja Rose, ayo kutemani." Mereka berjalan sejajar ke arah balkon. "Wah! Indah sekali Tuan." ucap Rose di pembatas balkon. "Kau suka?" tanya Rico di belakangnya. "Iya." "Aku tidak sabar menyaksikan pernikahan besok." kata Rico--duduk di kursi panjang. "Bukan Tuan yang menikah, tapi Tuan yang tidak sabar." "Hahaha..." "Mansion ini sangat luas, kalau aku di sini pasti tidak perlu liburan lagi." "Kau bisa tinggal di sini kapan saja Rose." "Ah, aku tidak enak dengan Pak Jack, mansion ini bukan tempat penampungan, hahaha." Mere
Rico berlari kembali menuju kamar mandi, dia tidak bisa menahan lagi untuk buang air kecil, itu menolongnya. 'Ayo tahan Rico, tahan!' batin Rico. "Tuan Rico, di mana remotenya?" tanya Rose. "Di dalam laci Rose." jawab Rico dari dalam kamar mandi. Rose menyalakan layar televisi sambil bersantai di ranjang. "Sudah? Aku jarang nonton televisi jadi aku menyimpan remote di dalam laci." "Sudah Tuan, bolehkah aku bersantai di ranjangmu?" "Tentu saja boleh, sebentar ya." Rose mengedarkan pandangannya di sekitar kamar, terpampang beberapa pajangan seni di dinding, juga beberapa pajangan unik seperti miniatur pistol, miniatur figur wanita dan miniatur aneh lainnya, kamarnya berwarna coklat dan hitam. 'Pria ini suka warna gelap ya, miniatur ini unik sekali.' batin Rose--meraih miniatur figur wanita berpose seksi. "Rose, ini camilan dan minuman di meja ya." Rico meletakan--terduduk di ranjang. "Terima kasih Tuan, kau punya banyak pajangan unik ya..." "Iya, kau mau?" tanya
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan