"Iya Rose, ini memang mansion, ayo turun." jawab Rico. Rose turun dari mobil, mengedarkan pandangannya di sekitar mansion, beberapa penjaga menyambut. "Tenang saja, dia calon istriku!" Rico berbisik dan para penjaga mengangguk. "Silakan, Tuan, Nyonya." "Eh, tidak perlu memanggilku Nyonya." Rose memberi hormat--memasuki mansion. Rose kagum, dia tak menyangka bosnya itu memiliki mansion yang sebesar ini, siapa wanita yang tidak ingin diperistri oleh seorang Jack William. "Mansion ini pasti muat untuk banyak orang ya." "Untuk satu kampung juga muat Rose." Mereka menelusuri mansion lebih jauh menuju ruang tengah, yang tampak luas di sana beberapa sofa dengan desain klasik berwarna cream. Sementara Jack dan Kimberley bersiap, "Kita pergi berdua saja?" tanya Kimberley--memakai parfum. "Tidak, kita pergi bersama Rico dan Rose." jawab Jack merapikan pakaiannya. "Oh, Rico sungguh mengajak Rose ke sini?" tanya Kimberley. "Iya, mereka akan mengurus acara kita." Te
Rico memberikan isyarat untuknya menghubungi Rico. 'Dasar pria itu lucu sekali.' batin Rose mengangguk. Jack langsung geleng-geleng melihat pemandang itu dari dalam mobil. "Mereka manis sekali Pak." ucap Kimberley. Mobil berlalu pergi meninggalkan apartment. "Akhirnya pulang juga, ternyata baru pertama aku melihat mansion itu besar sekali, andai saja aku bisa bermain lebih lama di mansion itu, pasti aku betah, di sana juga ada Nyonya Kimberley, pasti menyenangkan." ucap Rose pada dirinya sendiri. Membereskan kamar! 'Syukurlah aku bertemu dengan orang baik seperti mereka, aku juga dibelikan gaun untuk acara itu, aku tidak boleh mengecewakan mereka yang sudah baik kepadaku.' batin Rose. "Oh ya, aku harus memeriksa hasil laporan dari universitas, semoga aku lulus." Rose meraih laptop. Rose membuka pengumuman hasil, tertera keterangan lulus dari universitas 'Polytechnic University of Milan.' "Yey, akhirnya aku lulus, aku senang sekali, aku harus memberitahu Tuan Rico." u
Tubuh Kimberley bergemetar. Dijilatnya telinga Kimberley, pria itu meraba paha gadis di sampingnya. "Jangan Pak." Kimberley menepis tangan--segera beranjak. Ditariknya tangan Kimberley, tubuhnya jatuh sempurna di depan Jack. Bug! Bongkahan pantat empuk itu mendarat tepat di atas paha Jack. "Lepaskan Pak!" "Kenapa sayang? Bukan kah kita sudah terbiasa melakukan ini?" tanya Jack--berbisik. Jack semakin mendekap tubuh Kimberley, meraba seluruh tubuh gadis di pangkuannya. "Mmhh!" Diciumnya leher beraroma khas vanilla itu membuat Jack ingin segera memakannya. "Aahh!" teriak Kimberley. Jilatan kecil itu membuat Kimberley mengerang lagi dan lagi, sentuhan di setiap inci tubuhnya terasa sama, ingin selalu dinikmati. Kimberley menoleh, "Pak ini di..." "Ssstt..." bungkam Jack--meletakan jarinya di bibir Kimberley. Diraihnya wajah itu dan mendaratkan ciuman tanpa jeda. "Mmhh!" Ciuman itu menghipnotis bersama dekapan yang sangat erat, hingga ... keduanya sulit b
'Suara apa itu? Sepertinya di balkon ada orang.' Rico bertanya-tanya dalam pikiran. Meski terdengar samar, Rico mendengar suara aneh itu. 'Astaga jangan-jangan itu Jack dan Kimberley, mereka bermain di outdoor? Gila sekali!' batin Rico--menguping. Rico dalam kegiatan mengupingnya, dia merasa geli mendengarkan suara aneh itu, dia memilih kembali ke kamar, membersihkan diri dan pergi makan. "Lebih baik aku makan saja, daripada mendengarkan suara aneh." ucap Rico--geli. "Silakan makan Tuan, semua sudah disiapkan." ucap Maid. "Iya Bu." 'Kenapa mereka belum juga selesai? Berapa lama mereka bermain? Kuat juga ya.' batin Rico di sela makan. Sementara Jack menggendong Kimberley ke kamar, mereka segera membersihkan diri, Jack segera pergi ke ruang makan, bukannya Kimberley tidak makan, hanya saja kakinya sulit berjalan. "Apa kau bisa berjalan?" tanya Jack. "Lumayan, pelan-pelan Pak." "Hmm, kau tidak perlu turun, kau tunggu di sini." Jack menuju ruang makan. Menuruni ana
Jack memang memfasilitasi senjata api di setiap mobil, hanya untuk alat keamanan, berjaga jika ada orang yang berbuat jahat atau mengganggu perjalanan mereka. Rico menancap gas menuju Bellagio! Di kantor, Rose menerima makanan dari office boy dan dibacanya pesan masuk dari Rico, seketika muncul senyum di sudut bibirnya. "Permisi Ibu Rose, ini makanan dari Pak Rico." ucap office boy--meletakan makanan. "Terima kasih Pak." memeriksa makanan. 'Dari Tuan Rico?' batin Rose bingung--membuka ponsel. [PESAN RICO] [Rose, kita tidak bisa makan bersama, maaf, aku harus mengurus beberapa pekerjaan dan akan sedikit sibuk.] [Oh ya, office boy akan mengantarkan makanan, harus di makan ya, nanti kau pulang juga hati-hati.] [Nanti harus kabari aku lagi! Doakan pekerjaanku cepat selesai Rose.] [Terima kasih Tuan, aku akan segera makan.] [Semoga pekerjaanmu lancar, hati-hati Tuan.] 'Manis sekali pria ini, astaga, kenapa aku jadi memikirkan Tuan Rico, aneh sekali diriku, tapi rasan
Rico tersadar, dengan sigap Rico segera membalikan arah stirnya, "Astaga, hampir saja terhantam mobil." Rico segera minggir memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, mengusap wajahnya berkali-kali, dia sedikit merasa ngantuk tapi sebentar lagi sudah memasuki kota Milan, dia memutuskan menghubungi Rose sambil mengendarai mobil, mungkin itu menolong rasa ngantuknya. [TELEPON ROSE] "Hai Rose, apa kau sudah tidur?" "Belum Tuan, bagaimana pekerjaan Tuan? "Sudah selesai, aku perjalanan pulang." "Oh pekerjaan di luar kota?" "Iya, aku dari Bellagio, sekarang aku kembali ke Milan." "Baiklah Tuan, hati-hati ya." "Iya, tapi Rose, kau temani aku sebentar ya, karena tadi aku mengantuk dan hampir saja terkena maut." "Astaga ya Tuhan, aku temani saja, tapi Tuan harus fokus menyetir ya!" "Iya Rose, ini sebentar lagi juga sampai, bagaimana soal universitasmu?" "Bulan depan aku wisuda, Tuan." "Wah! Bolehkah aku menemanimu datang ke wisuda?" "Tentu saja boleh." "Baiklah, e
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca, sumber suara itu dari salah satu Maid yang memecahkan piring kaca. Semoga ini bukan pertanda buruk! "Maaf Tuan, maaf saya tidak sengaja memecahkan piring kaca itu, berapa saya harus membayarnya Tuan?" "Tidak perlu membayar, kau cukup bersihkan bekas serpihan kaca itu dan bersihkan kamar di atas." "Baik Tuan." Jack tidak menyuruh Maid itu membayar ganti dari piring yang pecah tapi dia menyuruh untuk pekerjaan lain, Jack terbilang baik tapi dia juga mengerti aturan. "Maafkan kesalahan salah Maid didikan saya, Tuan." ucap Kepala Maid--menunduk. "Tidak apa, lain kali lebih hati-hati membawa barang yang mudah pecah." "Baik, saya mengerti Tuan." ucap Kepala Maid. "Apa harga piring itu mahal?" tanya Kimberley. "Lumayan mahal, tapi tidak apa, nanti aku bisa membelinya lagi." Jack lanjut makan. Kimberley mengangguk. "Sayang besok kita berangkat pagi sekali, besok kau juga akan segera bertemu keluargaku." "Iya pak, aku sangat gug
"Tidak apa, kalian lanjutkan saja, nanti malam jangan lupa makan makan bersama." Jack kembali ke kamarnya. "Ngomong-ngomong kamar Nyonya Kimberley di mana?" tanya Rose--keluar kamar. "Nyonya Kimberley satu kamar bersama Pak Jack." Rose tertegun mendengar jawaban Rico, 'Itu artinya Nyonya Kimberley tidur bersama Pak Jack??' batin Rose. "Rose? Kenapa?" "Tidak apa, bolehkah aku melihat balkon itu?" tanya Rose menunjuk balkon. "Tentu saja Rose, ayo kutemani." Mereka berjalan sejajar ke arah balkon. "Wah! Indah sekali Tuan." ucap Rose di pembatas balkon. "Kau suka?" tanya Rico di belakangnya. "Iya." "Aku tidak sabar menyaksikan pernikahan besok." kata Rico--duduk di kursi panjang. "Bukan Tuan yang menikah, tapi Tuan yang tidak sabar." "Hahaha..." "Mansion ini sangat luas, kalau aku di sini pasti tidak perlu liburan lagi." "Kau bisa tinggal di sini kapan saja Rose." "Ah, aku tidak enak dengan Pak Jack, mansion ini bukan tempat penampungan, hahaha." Mere