Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
"Pak Jack?"Kimberley terkejut kala melihat CEO William Group ada di atas tubuhnya.Sebenarnya ada apa ini?Mengapa dia bisa di kamar mewah yang tak dikenalnya dengan sang atasan?Di atas kasur ... dan dalam keadaan terikat?!Ingatan terakhirnya adalah saat dia hendak menuju apartemen. Seseorang tiba-tiba menyerangnya dari belakang. Kimberley hendak berteriak meminta tolong, tetapi obat bius ternyata bekerja cepat pada tubuhnya. Sektika dia merasakan kegelapan melingkupinya.Hanya saja, dia samar-samar melihat tiga bodyguard dan seseorang yang tak asing ....?Tunggu ... pria yang tak asing itu adalah asisten Jack dan sahabatnya--Rico!"Kenapa? Apa kau terkejut?" ucap Jack tiba-tiba, "Apa kau akan mengabaikanku seperti hari-hari yang lalu?""Pak? Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Bapak mengikat saya seperti ini?" ucapnya frustasi.Tapi, Jack justru tersenyum sinis.Pria tampan itu bahkan mendekat padanya. Kimberley dapat mencium bau alkohol yang begitu kencang dari Jack--bercampur aro
Kimberley terdiam.Sebenarnya, apa yang membuat Jack seperti ini?Beberapa waktu lalu, Kimberley baru saja naik jabatan dari staff biasa menjadi sekretaris Jack."Aduh, bisa telat ini kalau tidak lari!" paniknya kala itu.Kimberley berjalan terburu-buru karena biasanya, dia berangkat ke kantor pagi sekali karena tidak ingin telat. Bukan karena jarak kantor dan apartmentnya jauh, tapi itu sudah kebiasaannya sejak dulu.Hanya saja, hari ini bisa-bisanya dia telat bangun!Ting!Untungnya, tak menunggu lama, lift menuju ruang sekretaris--tempat barunya setelah naik jabatan--terbuka.Hanya saja, matanya tak sengaja berpapasan dengan Jack William CEO dari perusahaan William Group!Kimberley sontak menundukan kepala sebelum memasuki lift. "Permisi, Pak."Namun alih-alih menjawab, Jack hanya mengangguk.Kimberly jadi mati gaya menghadapi langsung sang CEO yang terkenal karena muda dan brillian itu--untuk pertama kalinya.Bukan karena merasa gugup berdua karena terpesona pada pria tampan yang
Rico menghela napas.Asisten Jack itu menggeleng tak percaya dengan apa yang baru dia lakukan.Segera, dia membawa Kimberley kepada Jack yang kini menatapnya tajam."Ikat dia!" titahnya.Rico mengangguk. Diam-diam, dia merasa ngeri pada sang sahabat.Sebenarnya, dimulai dari kapan perubahannya? Apa dari kedatangan Kimberley sebagai sekretaris waktu itu?***"Ric, apa kau tahu siapa sekretaris baruku?"Pertanyaan Jack kala itu membuat Rico yang baru datang mengerutkan kening. "Maksudmu Kimberly?""Setahuku, dia dulunya staff administrasi, tapi kinerjanya bagus sekali. Bahkan, dia lolos seleksi ketat untuk jadi sekretaris," ucapnya panjang lebar, "Ada apa?"Bukan menjawab, Jack hanya mengangguk dan mulai membuka berkasnya.Hal ini membuat Rico yang notabenenya sahabat merangkap asisten pria itu bingung.Padahal, tadi pagi saat Rico diperintahkan menuju rumah untuk mengambil berkas yang tertinggal, Jack masih biasa saja.Ada apa dengan pria dingin ini yang mendadak menanyakan perempuan?
Malam semakin larut. Namun, Jack belum memejamkan mata.Setelah sahabatnya pergi, ia masih menunggu sampai Kimberley sadar.Diperhatikannya wajah cantik gadis itu dalam diam.Sepertinya, semesta mendengar keinginannya.Tak lama, Jack melihat Kimberley mulai membuka mata."Akhirnya kau bangun juga. Bagaimana misi kabur dari mansion, Sayang? Lancar bukan?" tanyanya langsung.Kimberley tampak terkejut dan hendak berbicara.Namun, Jack tak membiarkannya.Pria itu langsung mencium bibir Kimberley--kasar. Sebenarnya, dia tidak mau melakukan hal menjijikan lagi.Tapi, sepertinya hanya hal ini yang dapat mengikat Kimberley!"Kau membantah dan menolakku pantas dihukum!" geram Jack penuh penekanan di atas tubuh gadisnya. "Ampun Jack, tolong jangan lakukan itu," ujar Kimberley dan memohon, "Kumohon jangan lakukan itu Jack.""Aku sudah katakan padamu jadilah penurut, dan aku tidak akan bersikap kasar."Jack berusaha menulikan telinganya kala mendengar Kimberley menangis.Hasrat dan amarahnya
"Oh aku ingin main hujan, lama tidak main hujan," ungkap Kimberley membalikkan badan, "Pak Jack ingin main hujan juga?" tanyanya lagi. "Tentu saja, bermain hujan bersama gadisku." Pria itu tersenyum merangkul pinggang--erat. "Jack jika aku kabur lagi apa kau akan menyiksaku?" "Kenapa kau ingin sekali kabur dariku, apa kau memiliki pria di luar sana?" tanya Jack dalam pelukan. Memandangi langit yang masih mendung, komunikasi mereka terasa begitu--intens. "Jika seperti itu?" sahut Kimberley padahal dia berstatus single. "Siapapun yang berani merebutmu dariku akan kubunuh! Kau milikku dan selamanya tetap milikku!" ucapan Jack terkesan egois. "Aku hanya bercanda, jangan seserius itu Pak." ungkap kimberley mencairkan suasana, "Dasar gadis nakal." Jack meraba pantat gadisnya! "Kau lebih nakal!" teriak Kimberley menepis tangan pria itu. Mereka saling pandang! 'Mengapa aku terobsesi dengan Kimberley,' batin Jack. Jack tersenyum lebar jantungnya berdebar-debar, Unt
Jack dan rico sudah sampai apartment, mereka melanjutkan pergi ke salah satu club di roma untuk beberapa transaksi bisnis gelapnya, beberapa jam kemudian Jack kembali ke apartment untuk beristirahat menyiapkan segala pikiran untuk besok dia bertemu dengan pemilik Perusahaan Berlian terkenal di Italia, sedangkan rico memilih tetap berada di club untuk bersenang-senang dan tidur dengan wanita bayaran. [Hari kedua di Roma, Italia] "Selamat siang saya Jack William pemilik perusahaan William Group," ujar Jack menjabat tangan pemilik perusahaan berlian. "Siang, saya Bara Thomas pemilik perusahaan Thomas Diamond Group," mereka duduk dan mengobrol. "Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan Bapak Bara pemilik perusahaan berlian yang sangat terkenal di Italia, bagaimana mengenai kontrak kerjasama kita Pak?" Jack mengeluarkan berkas kontrak kerjasama! "Saya juga senang bisa bertemu langsung dengan Pak Jack pemilik tunggal perusahaan fashion di Milan, mengenai kontrak kerjasama kita
Mereka meraba tubuh kedua pria, bergerak liar dan bebas, Rico sangat menikmati sentuhan wanita itu. Berbeda dengan Jack, dia hanya diam--tidak peduli. Jack tetap sibuk dengan ponselnya, hingga ... wanita bayaran itu bertanya, "Apa dia wanitamu tuan?" seraya meraba tubuh Jack. "Iya! Dia wanitaku, wanita yang palingg cantik dan seksi di mataku, wanita yang paling bisa membuatku puas, wanita yang sangat sempurna." ungkap Jack terkesan meremehkan, "Oh kalau begitu sekarang biarkan aku membuatmu puas tuan," ucap wanita itu meraba tubuh Jack. Jack menoleh! "Hey kau tau? Punyaku saja tidak bisa bangun olehmu." ungkap Jack berwajah datar, Menarik rambut wanita itu yang hendak membuka celana tetapi Jack mencegahnya, "Jangan sedikit pun menyentuh! Ini bukan milikmu! Percuma dari awal saja aku tidak selera dan punyaku tidak bisa bangun, lebih baik kau layani asistenku saja, aku tidak minat." ungkap Jack beranjak pergi. Jack kembali pulang ke apartment lebih dulu meninggalkan as